PART 29

419 11 0
                                    

Ilham's POV

Mobil yang ku kendarai,perlahan memasuki kota onde-onde. Ya,kota Mojokerto. Kota yang terkenal dengan Amukti Palapanya.

Nyaman. Itu yang kurasakan. Suasana alam pedesaan dan hijaunya padi,membuat penglihatanku segar.

"Ham,itu di depan belok kanan ya. Nanti lurus aja. Ada gapura warna merah belok kanan lagi." jelas papa.

"Oke pa." sahutku.

Pagi ini papa mengajak kami kerumah sahabatnya saat kuliah dulu. Papa juga bilang,kalau anak sahabat papa kuliah dikampus yang sama denganku. Ah,bakpia ku sayang. Apa kabar dia hari ini. Aku pun belum sempat menghubunginya. Dimana ya dia tinggal? Senyumku terus mengembang mengingat wajahnya.

Mobilku pun terpakir di depan rumah yang minimalis. Terlihat seorang pria seusia papa sedang membersihkan mobilnya.

"Assalamu'alaikum. Tomo."

"Wa'alaikumsalam." jawabnya menoleh kearah kami.

"Lho,Surya?" tanyanya kaget.

"Iya. Ini aku. Ini istriku dan ini dua anakku." ucap papa dengan senyum.

"Ayo masuk dulu." ucapnya seraya membukakan pintu.

"Silahkan duduk. Kamu tetep aja ya. Kalau mau kesini gag pernah bilang." ucapnya dengan tawa.

"Eh Mas Surya?" ucap seorang wanita seusia mama. Aku yakin dia adalah istri dari Om Tomo.

"Wah,ini Defa adik tingkat kita dulu kan? Beneran hebat kamu. Bisa buat semua cowok di kampus pada minggir. Hahaha." ucap papa.

"Kamu bisa aja. Oh iya,ini istri kamu namanya siapa?" tanya Om Tomo.

"Ini karin istri ku. Ini Ilham dan ini Zia." ucap papa mengenalkan kami satu persatu.

"Wah,kamu pinter mas cari istri,cantik. Makanya anak-anakmu tampan dan cantik." ucap tante Defa.

Semua terasa sangat bersahabat. Tak ada canggung sedikitpun diantara kami.

"Om,anaknya kemana?" tanya Zia.

"Maksut loe apa sih Zi,mo pedekate sama anaknya Om Tomo?" bisikku di telinganganya.

"Terserah gue!" jawabnya ketus.

"Anak om yang cowok lagi sekolah. Dia masih SMA kelas X. Yang cewek tadi--"

"Tadi bunda suruh jemput adik disekolah." jelas tante Defa.

Terdengar suara motor matic berhenti di pekarangan rumah. Dengan langkah yang terburu-buru,seorang anak laki-laki dengan seragam SMA memasuki ruang tamu.

"Assalamu'alaikum. Ayah,bunda. Neng---"

"Neng kenapa?" kepanikan terlihat di raut tante Defa.

"Mas papan bun." ucap pemuda tersebut dengan wajah berapi-api.

"Benar-benar tidak bisa dimaafkan!" ucap Om Tomo dengan berapi-api.

"Neng dimana sekarang?" tanya tante Defa dengan linangan air mata.

"Di RS.Gatoel bun."ucapnya dengan amarah.

"Yah,kita kesana yah. Ayo yah." pinta tante Defa pada Om Tomo.

Aku pun merasa iba. Melihat tante Defa yang berlinang air mata.

"Iya bun. Ayo kita kesana sekarang." ucap Om Tomo.

"Kita ikut." pinta papa dan Om Tomo hanya bisa mengangguk.

Perjalanan kami pun di warnai dengan kecemasan. Mama berusaha menenangkan tante Defa. Rafi---pemuda itu tak hentinya merapalkan do'a untuk kakak tercintanya. Aku pun berusaha menguatkan hatinya.

"Insya Alloh dia akan baik-baik saja." ucapku pada Rafi.

"Iya kak. Terimakasih." kami pun telah memarkirkan mobil.

Paviliun Dahlia 06. Itulah kamar yang harus kita datangi. Keluarga Om Tomo masuk kedalam kamar tersebut. Aku dan papa lebih memilih menunggu diluar kamar. Sedangkan mama dan Zia memilih pergi ke apotek. Karena Zia mengeluh sakit perut. Biasa,PMS. Hehehe.

Samar terdengar suara bentakan Om Tomo. Papa dan aku pun masuk untuk melihatnya.

"Apa yang kamu inginkan Fan? Belum puas lihat keadaan Via seperti ini!" bentaknya.

Aku pun kaget melihat wajah laki-laki itu.

"Ifan!" bentakku.

"Ilham?" tanyanya bingung. Matakupun beralih pada sosok yang tengah terbaring dengan selang infus di punggung tangan kirinya dan perban di kepalanya.

"Via?" pekikku. Aku pun langsung memeluknya. Aku tak kuasa menahan air mata.

"Via sayang,bangun. Mas disini sayang." aku pun mengecup keningnya berulang kali.

"Bangun sayang. Mas disini. Mas ada buat kamu. Bangun sayang." ucapku lagi.

"Ham gue---" ucapnya terpotong.

"Shut up! Belum puas loe buat dia takut! Belum puas loe nyakitin dia! BELUM PUAS hah? Pergi loe dari sini! Muak gue sama loe! Loe ganggu dia,loe nyakitin CALON ISTRI gue,loe berhadapan sama gue!" ucapku berapi-api. Kini mataku beralih pada sosok lemah dihadapanku.

"Ilham,Via akan baik-baik saja." ucap tante Defa yang berusaha menengkanku. Air mataku pun mulai mengering dan rasa kantukku pun mulai menyerang.

Happy reading :-)

Jangan lupa vote and commennya ya? Thank you :-)

Here,I'm Waiting YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang