PART 14

324 15 0
                                    

Satu minggu lebih sudah aku tak dapat melihat wajahnya. Semua terasa berbeda. Aku lebih banyak menghabiskan waktu dirumah pohon. Ku lakukan hal itu,karena aku merindukannya. Tatapannya,senyumnya,gaya bicaranya,dan semua yang ada padanya. Tapi,dia sering menghubungiku. Hari ini adalah hari terakhirku untuk menahan kerinduan ini mas,gumamku.

Benda pipih panjang yang terletak di atas nakas pun bergetar.

FROM : Mas Ilham

Assalamu'alaikum Vee. Bagaimana kabarmu hari ini? Apakah kamu baik-baik saja? Vee,besok mas tunggu di rumah pohon ba'da dhuhur. I miss you so badly.

Pesan itu pun membuatku tersenyum dan tak dapat menahan bahagiaku. Alhamdulillah. Terimakasih Ya Alloh,lirihku. Sungguh ku tak dapat memejamkan mata. Yang ku inginkan hanya adanya pergantian hari. Namun,perlahan mata ku pun lelah dan memaksa untuk tertutup.

***

Setelah melaksanakan sholat dhuhur,aku pun bergegas menuju rumah pohon di belakang kampus. Pasti Mas Ilham sudah di sana,batinku.

Sesampainya dihalaman rumah pohon,aku tak menemukan sosoknya. Aku pun segera menaiki tangga yang menuju rumah pohon dan ketika pintu rumah itu kubuka,sama saja. Semua nihil. Hatiku pun terasa takut. Aku takut dia tidak menepati janjinya.

Disaat itu pula,aku mendengar langkah kaki yang berjalan ke arahku. Sontak,aku pun berbalik badan dan mendapatkan sosok yang kucari sedang membawa blackforest dengan hiasan beberapa lilin kecil diatasnya.

"Happy bithday sayang." ucapnya ketika melihatku menahan air mata.

Segera disodorkannya blackforest tersebut ke arahku dan aku pun meniup beberapa lilin tersebut. Aku berdo'a dalam hati,Ya Alloh,izinkan aku mencintainya. Kue itu pun kuletakkan di meja. Aku pun langsung berlari dan memeluk sosok yang aku rindukan. Dengan cara ini aku merasa nyaman,dimana aku berada dalam dekapannya. Lama sudah aku bergelung dalam dekapannya dan sekarang kemeja yang dikenakannya sudah basah oleh tangisanku.

"Sudah,jangan nangis."

"Aku kangen kamu mas."

"Iya,mas juga."

"Aku takut mas."

"Sst,gag ada yang perlu ditakutkan sayang. Mas disini."

"Aku takut mas gag dateng."

"Aku pantang melanggar janji lho Vee."

"Gimana skripsinya? Lancar?"

"Alhmdulillah."

"Mas kok tahu aku ulang tahun?"

"Icha."

"Oh."

"Kamu suka?"

"Banget. Thank you mas. Aku aja sampai lupa kalo aku ulang tahun."

"Sekali lagi,happy birthdat ya sayang." langsung kubalas dengan senyuman.

Dia pun mengajakku menuju danau di dekat rumah pohon. Wajah itu,salah satu dosen di jurusanku bersama perempuan berusia 40 an disampingnya. Mereka melihat kearah kami dan tersenyum.

"Assalamu'alaikum pa."

"Wa'alaikumsalam salam sayang." jawab perempuan itu dengan senyum yang lembut.

"Papa mama,kenalin,ini Via."

"Mr. Surya?" pekikku kaget dan langsung dibalasnya oleh anggukan.

"Yess,Via. He is my son." aku pun mengernyitkan dahiku sembari tersenyum tipis.

"Papa kenal dia. Dia salah satu mahasiswa papa yang rajin." aku pun langsung menundukkan wajahku karena sadar warna rona pipiku yang telah berubah.

"Papa,jangan gitu ah. Kasihan Vee." ucap mama Mas Ilham.

"Ya sudah,kalian berdua dulu. Papa juga pengen pacaran sama mama." ucapnya dengan senyum.

"Ya udah pa ma,kita pergi dulu." ucapnya dan langsung mencium tangan keduanya.

***

"Capek?"

"Eh ng--nggak mas."

"Gimana hari ini?"

"Apanya mas?"

"Kamu suka?" tanyanya dengan mengelus puncak kepala ku.

"Suka,pakek banget malah." dia pun terkekeh geli mendengar jawabanku. Dia pun memgajakku masuk didalam mobilnya.

Ya,seperti janji yang diucapkan tadi,kali ini kita menghabiskan waktu berdua. Banyak hal yang ku ceritakan kepadanya. Maklumlah,udah lama ditinggal. Kali ini dia mengajakku menuju sebuah cafe yang letaknya tidak jauh dari kampus. Segelas susu coklat hangat telah menemani kita. Mas Ilham sudah hafal sekali apa yang aku sukai. Aku pun teringat akan undangan yang aku terima kemarin dari pihak fakultas,yaitu undangan pada acara wisuda.

"Vee?"

"Hmmm."

"Kamu bisa datang kan,saat aku wisuda?"

"Insya alloh bisa mas."

"Alhamdulillah kalo gitu." ucapnya penuh syukur.


Here,I'm Waiting YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang