PART 34

562 11 0
                                    

Allohaaaaaa *tring-tring-tring* cith muncul lagi. Sorry yach, lagi sibuk di dunia nyata. Ilham juga ilang mulu. Ya udah deh...jadi baru bisa muncul di permukaan, hehehe.

Langsung wae yach, banyak sambutannya. Gag kelar* kalo gini...

Oh iiya,baca the admission juga yach...hihihi...

Happy reading gaes ^_^

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

Ilham's POV

Walaupun aku mencintainya, tapi aku tak ingin menodainya sebelum dia sah untukku.

"Maafkan aku sayang, i can't do it now." ucapku seraya menatap matanya.

Kurasakan nafasnya yang hanya berjarak diantara hidung kami. Dia pun tersenyum kearahku.

"I'am proud of you." ucapnya dengan senyum mengembang.

"Aku akan menunggu waktu halal kita. Baru aku menyentuhmu." ucapku. Dia pun semakin tersenyum.

"Ya sudah. Bajunya di pakai dulu ya. Aku tunggu di bawah." ucapku.

***

Ku akui, ciumannya membuat ku hilang kendali. Tapi, beruntunglah diriku. Karena dia tak sampai merenggut mahkotaku. Akal sehatnya mampu bekerja dengan baik. Thanks God, gumamku.

Disinilah aku, diruang keluarga. Bingung, itu yang aku rasakan. Mengapa mas Ilham disini? Darimana dia tahu alamatku? Mr. Surya, mengenal ayah? Ku tatap bunda yang tengah duduk disampingku. Tatapannya mengisyaratkan jawaban 'nanti - bunda - jelaskan.' Aku pun mengangguk.

"Jadi?" tanyaku pada bunda ketika kami berada di dapur untuk menyiapkan makan malam.

"Vee inget ndak, sahabat ayah waktu kuliah dulu?"

"Yang namanya om Surya?"

"Yap. Itu orangnya."

"Jadi Mr. Surya, dosenku adalah sahabat ayah? Gitu bun?"

"Dan kamu telah jatuh cinta pada anaknya?"

"Iya bun." jawabku dengan senyum.

"Gak salah ya, dulu ayah pengen jodohin kalian."

"Whaaaaaat????"

"Tapi gag jadi. Bunda gag setuju. Karena bunda pengen, anak - anak bunda menemukan cinta sejatinya sendiri." ucapnya lembut sembari mengacak rambutku.

"Terus, tujuannya kesini ngapain bun?"

"Mo mutilasi kamu."

"Iih, bunda serem ah."

"Nanti kamu tahu sendiri." ucapnya penuh senyum misterius.

"Ya udah, itu makanannya angkat gih. Bawa ke ruang makan."

"Inggih bunda."

Tepat ba'da maghrib, semua telah berkumpul di meja makan. Iwan, kenapa dia disini?

"Loe pasti bibgung kenapa gue dimari?" tanyanya seakan mampu membaca pikiranku. Aku pun mengangguk.

"Dia ini sepupu aku." jawab mas Ilham. Lhaaaaa, napa pada muter semua. Hmmm. Bener deh kata pepatah, dunia tak selebar daun kelor.

"Jadi Via, kedatangan kami kesini awalnya hanya untuk bermain kerumah sahabat saya. Tapi, setelah mengetahui bahwa kamu adalah putri sahabat saya, yang tidak lain adalah kekasih anak saya. Maka kami kesini memiliki tujuan lain." jelas mister Surya. Aku melihat ayah yang tengah tersenyum sembari mengangguk kearahku.

"So? Silvia Dwi Ananda, maukah kamu menikah denganku?" punta mas Ilham. Aku tak tahu lagi. Semua tersa cepat. Bahkan, aku baru mengenalnya. Shock, itu ysng kurasakan. Kulihat kefua orangtua ku yang tengah tersenyum. Mereka mengangguk.

"Ya saya mau." jawabku.

"Jadi kapan?" tanya ayah.

"Minggu depan yah." ucap mas Ilham.

"Mesuuum mulu loe mas. Ngimpi apa gue punya mas kayak loe." sungut Zia.

"Bulan depan kan Aish mas." ucapku.

"2 bulan lagi aja Ham. Kan loe berdua bisa prepare." ucap Iwan.

"Oke deh!" jawab mas Ilham.

" Gag nyangka, kita besanan ya Tom. Ya udah, kita pulang dulu. Terimakasih untuk makan malamnya." ucap Mister Surya.

"Ya Surya. Hati-hati di jalan." ucap ayah.

"Sabar ya sayang. I miss you so much." ucap mas Ilham sembari mencium puncak kepalaku.

"Kami pulang dulu. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."




Huaaaaaaaaa.....ditunggu vote and commennya yach.... :-

Here,I'm Waiting YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang