Part 47

412 14 7
                                    


PS : Mulmed di puter yach :-)


Cannot touch, cannot hold

Cannot be together

Cannot love, cannot kiss

Cannot have each other

Must be strong and we must let go

Cannot say what our hearts must know


Happy reading :-)



"Panggil dokter Fajar sekarang!"bentaknya.

"Cepat panggil dia!"tambahnya

Perlahan ku buka mata ini. tak ada yang aneh. Aku masih disini, di kamar rumah sakit tempat Mas Ilham di rawat. Setelah ku edarkan pandangan, menatap lekat manusia – manusia di ruangan ini, aku merasa sesuatu telah terjadi.

"Mama?"ucapku menghampirinya.

"Via. Kamu harus kuat ya nak."ucapnya dengan linangan air mata.

"Apa ma? Ada apa? Kenapa ma? Mas Ilham mana ma?"tanyaku cemas.

"Neng tenang dulu ya."ucap Rafi.

"Kamu dari mana dek?"

"Nganter Mas Ilham ke UGD."jawabnya

"UGD? Kenapa? Ada apa? Mas Ilham kenapa? Jawab! Jawab dek!" bentakku.

Aku pun bergegas menuju ruang UGD. Tak ku pedulikan mama dan Rafi yang tengah memanggilku. Aku tak peduli. Yang aku inginkan hanyalah kesembuhannya. Aku berlari sekuat tenaga seolah berpacu dengan waktu. Melewati setiap lorong bersama dengan tangis harapku untuknya. Hanya dia, ya hanya dirinya.

"Papa?"

"Via?"

"Mas mana pa?"

"Dia di dalam sedang ditangani dokter Fajar."

"Ada apa pa?"

"Tidak ada apa – apa. Dia akan baik –baik saja. Sekarang, do'akanlah dia."ucap papa dengan mengelus rambutku.

Aku pun menjauh dari papa. Memilih berdiri di depan ruang UGD. Tak lama, mama pun datang bersama Rafi. Rafi mendekat. Meraih tubuhku dalam dekapannya dan menggiringku menuju tempat duduk yang telah tersedia. Aku tak tahu seperti apa nanti hariku, bila aku tanpa dirinya.

"Raf, kenapa jadi seperti ini?"

"Kenapa semua berbalik?"

"Apa aku tak pantas bahagia?"

"Apa aku tak pantas bersanding dengannya?"

"Apakah dia pantas untuk ku nanti?"

"Apa penantianku akan berakhir sia – sia?"

"Jawab Raf! Jawab! Jawab neng Raf!"bentakku dalam dekapannya. Tubuhnya bergetar. Dia menahan sesakku. Dia menangis, merasakan apa yang ku rasa.

"Apa aku terlalu berharap padanya?"

"Apa aku terlalu jelek untuknya?"

"Apa ak – "

"Cukup neng! Cukup!"bentaknya dan mempererat dekapanku.

"Kami akan menikah, iya kan Raf?"

"Kamu jadi uncle nanti untuk anak – anak neng sama Mas Ilham."ucapku melemah. Ku rasakan tubuhnya semakin bergetar hebat. Dia mulai membelai rambutku dan mengecup keningku.

Here,I'm Waiting YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang