Part 41

463 15 2
                                    

Typo berhamburan #abaikan... wkwkwkwk

Happy reading semuanya :-)


Waktu itu semakin dekat. Waktu dimana aku akan bersanding dengannya. Tapi, entah mengapa aku merasakan hal yang aneh akhir-akhir ini. Bahkan mungkin, terlalu aneh untuk ku rasakan. Rasa rindu dan ingin bertemu dengannyasetiap saat semakin menggebu. Ada apa ini? Apa akan terjadi sesuatu hal? Dan ketika ku ceritakan padanya, dia hanya tersenyum dan berkata, "all be fine, honey. I'm here for you and forever for you." Itulah dia, calon suamiku. Selalu mempunyai cara untuk meredam pikiran negatifku. Tak salah jika aku menentukannya sebagai dermaga hati terakhirku.

Pagi ini kembali aku berjalan melewati jembatan kecil pembatas asrama putri dan kampus. Niat hari ini adalah menyelesaikan segala keperluan untuk semester depan. Ini semua aku lakukan agar tak mengganggu proses pernikahanku nantinya. Ku melihat seseorang tengah menatapku dengan lengkungan di bibirnya. Dialah Aish, sahabatku.

"Bakpiaaaaaaaaaaaa" kudengar seseorang memanggilku.

"Hiaaaaaaaaaaaah, kemanten baru. Ngapain di mari? Bukannya honneymon loe ya?"

"Lha, loe yang mo jadi manten juga, ngapain di mari?"

"Gue mo ngurus KRS tapi udah kelar kok. Nah loe? Jangan bilang mo ngurus cuti kuliah."tebakku.

"Ogak lah. Gue mo pindah kuliah sayang."

"Kemana? Kok mendadak?"

"Lha, emang Mas Ilham belum bilang?" tanyanya.

"Engga." Jawabku dengan menggeleng kepala.

"Laki gue dipindah ke German. Barter ama laki loe." Jawabnya.

"Oh, gitu. Nah kalo gue nikah, loe datang kan?"

"Iya lah bakpia sayang." Jawabnya.

"Ya udah cepet pulang gih. Inget 2 hari lagi di pingit loe." Tambahnya.

"Byeeeeeee." Ucapnya dengan melambaikan tangan


***

Sore ini,disinilah aku berada--di rumah pohon. Aku begitu merindukannya. Ku duduk di tepi jendela. Pandanganku jauh menerawang, melihat senyumnya ditengah derasnya tetesan air dari langit. Aku pun ikut tersenyum dan menggapai wajahnya. Tapi tak bisa. Dia terlalu jauh untuk ku gapai. Aku pun hanya bisa memeluk tubuhku dan merasakan aroma petrichor yang sanggup menenangkan hatiku.

Aroma yang kurindukan kini muncul bersamaan dengan lengan kekar yang tengah memeluk tubuhku. Ya, tak diragukan lagi. Ini aromanya. Aroma tubuh yang kurindukan—Mas Ilham.

"Miss me, honey?" tanyanya.

"So much."

Dia pun semakin menyerukkan wajahnya di leherku. Menghirup aroma tubuhku. Mungkin dia juga merindukanku.

"Mas, lusa aku harus pulang."ucapku

"Iya, papa tadi bilang. Kita dipingit 1 minggu." Ucapnya.

"Iya, engga apa-apa kan?" tanyaku ragu.

"Selama itu yang terbaik untuk kita, why not?" ucapnya dengan mencium pelipisku.

"Mas kok tahu aku disini?"

"Tadi mas ke asrama. Kata Iwan kamu pergi."

"Iwan?"

"Iya, dia kan ketemu Rinda tadi. Jangan-jangan kamu engga lihat dia ya?" tebaknya.

"Hehehe. Engga tahu mas."

"Ya udah, kita mau kemana hari ini?"tanyanya.

"Aku engga pengan kemana-kemana. Cuma pengen kamu disini nemenin aku." Ucapku dengan menatap matanya. Lagi dan lagi dia hanya tersenyum dan mengacak rambutku.

"Hssssst, aku disini dan akan selalu disini untukmu sayang." Ucapnya dengan mempererat pelukannya. Aku pun merasakan ketakutan yang teramat sangat. Tetaplah bersamaku, batinku.





Hadeeeeeuh, segini dulu ya. Cith lagi baper. Nulis part ini sekaligus dengerin lagu buat mata jadi engga kuat. Jadi periiiiiiiiiiiiiiiih....wkwkwkwkwk.

Cerita ini bakal kelar dalam bulan ini. Biar pas libur semester, cith bisa liburan juga, wkwkwkwk.

Makasih buat yang masih setia nunggguin cerita ini. Makasih udah ninggalin jejak juga. Makasih juga buat silent reader. :-)

Tetep ditunggu vote dan kritikannya ya. Thank you :-)


Here,I'm Waiting YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang