PART 21

756 12 0
                                    

"Tuch kan,aku dicuekin." ucapku dengan bibir mengerucut.

"Sayang,sebentar ya. Ini tinggal dikit lagi." ucapnya dengan fokus menatap laptop di depannya.

Kencan siih kencan. Tapi gag ada ceritanya,hari minggu kencan di kantor. Nemenin calon suami lembur ngecheck dokumen-dokumen yang udah setia nungguin.

"Mas?"

"Hmmm"

Tuch kan,panceeeet ae. Nyebelin tau gag. Bingung ngadepin cowok yang workaholic.

"Mo tanya nich."

"Apa?"

"Mas sayang gag sama aku? Mas cinta gag sama aku?" jiaaaah,gaswat. Ucapanku membuatnya berpindah duduk di sofa yang bersebelahan denganku.

"Kamu itu ngomong apa siiih sayangku." ucapnya dengan mengelus rambutku.

"Lha situ siih enak. Nah aku. Ada cewek cantik nan imut kok dianggurin." sungutku. Dia pun mengacak rambutku dengan gemas dan kini dia menatapku. Aku tak dapat mengartikannya. Lama-lama aku jadi bingung sendiri.

"Oh,ceritanya gag pengen dianggurin? Mau dikasih kerjaan,gitu?" ucapnya dengan senyum. Aiiiih,senyumnya. Ngajak olahraga mulu. Hahaha. Ampun dah!

"Gag juga siiih. I mean,aku males kalo cuma duduk manis dan liatin mas ngadep dokumen ato laptop terus." jelasku tegas.

"Ya udah,sini. Kamu tidur di pangkuanku. Ntar kamu kan bisa grepe-grepe. Hehehe."

"Dasar pak de mesum."

Aku pun membajak ponselnya. Semua lagu-lagu di ponselnya kusambung dengan headsheet. Maksudku mo dengerin lagu,tanpa harus mengganggunya.

"Sayang?" tangannya mengusap pipi chubbyku.

"Hmm."

"Ngantuk yach? Maaf yach? Gara-gara mas kamu bosen gini." tatapnya penuh sesal.

"Mmm,ndag apa kok mas. Aku seneng bisa deket mas. Apalagi lagi kalo tiap hari."

Hari ini benar-benar membuatku lekah. So,Mas Ilham nganterin aku balik ke asrama. Kebersamaanku pada hari minggu ini membuat aku semakin yakin dengan pilihanku. Aku begitu menyayanginya. Ya Alloh,izinkanku menyayanginya,lirihku.

Kali ini,pikiran ku mulai terusik dengan secarik kertas dengan initial Mr.I. Aku belum memberitahunya. Mungkin besok,batinku. Segera ku menutup mata dan mempersiapkan diriku untuk hari esok.

***

Ilham's POV

Mungkin awalnya aku ragu. Aku takut mrnerima penolakan. Tapi,aku pun tak ingin kehilangan dirinya. Aku sangat mencintainya. Setelah aku melamarnya pribadi,aku sedikit merasa lega. Karena dia tidak menolakku. Tapi Ifan,kali ini adalah seseorang yang dengan sigap akan merebutnya,jika aku melukai hatinya. Semua indah. Seperti mimpi.

Setelah pertemuan kami di hari minggu,kali ini aku tak dapat menemuinya lagi. Dikarenakan tugas-tugas perusahaan. Meeting ini-itu dan sebagainya. Tapi aku menikmatinya,karena inilah proses. Sama dengan hati ku. Menikmati proses perkenalan yang begitu singkat dengannya. Nikmati prosesnya,batinku.

"Ehm" deheman mama sontak membuyarkan lamunannku.

"Ada apa ma?"

"Itu nasi kenapa gag habis-habis?"

"Eh,i--iya ma."

"Mas Ilhaaaaam." tuch kan mulai deh toa.

"Apa an sih Zia? Toa banget loe! Ini tuh rumah! Bukan hutan,so gag usah teriak-teriak. Gue gag budek!" sungutku kesal.

"Kali aja udah budek. Yang di denger cuma omongannya Mbag Via."

"Kalo itu mah pasti,adek ku sayang." ucapku dengan mengacak-acak rambutnya.

"Gimana Via? Udah kamu lamar? Apa katanya?"

Tuch kan,mama mulai kepo deh. Untung deh papa lagi ke luar negeri. Ngurusin usaha disana dan jenguk kakak angkatku. Ya,aku punya kakak angkat.

"Maaaaaas!"

"Gue gag budek,tau!"

"Itu loh ditanyain mama."

"Tenang ma. Semua lancar." ucapku dengan yakin.

"Alhamdulillah kalo gitu."

"Idiiiiih,mo punya ponakan donk gue. Hahaha."

"Iya donk deg. Ma,bisa gag lamarannya dicepetin?" ucapku.

"Kenapa Ham?" tanya mama bingung.

"Aku gag mau ada yang nyuri garis start." yakinku.

"Nunggu papa dulu." jawab mama.

"Cie...yang pengen cepet-cepet nempel." ucap Zia

"Iya lah. Gue kan gag mo jauh-jauh dari dia. Nah,daripada loe. Gag jelas sama siapa."

"Mas sarap! Udah tau gue masih sekolah,ya suka-suka gue. Cuci mata itu perlu mas. Hahaha."ucapnya.

"Iya deh. Gue percaya."

"Oh iya ma,Bang Riko ikut pulang juga ma?" tanyaku.

"Ya nggak lah. Kan abangmu lagi sibuk juga disana." ucap mama.

"Mas,gue nebeng loe ya. Plis" ucap Zia memohon.

"Iya."

"Horreeeeeee."

"Zia,gag usah toa bisa gag!"

"Gag bisa Mas. Mulut juga mulut gue. Weeeek."

Pletak

Ya,satu jitakan cantik mendarat di kepala adeg ku saayang.

"Mama,mas nakal. Huweeee"

"Kamu juga Zia. Pakek toa segala sih. Ayo makan. Terus berangkat." tegas mama.

Kami pun menyudahi obrolan pagi ini di meja makan. Dan aku harus berkutat dengan dokumen-dokumen sialan. Getaran yang berasal dari saku celanaku,membuat ku sejenak melupakan dokumen-dokumen itu. Sebuah pesan masuk.

FROM : Bakpia

Morning calon suamiku. Pasti lagi sibuk ya. Jangan telat maem ya. Dan 1 lagi,senyum. Biar gag tambah tua. Hehehe. Semangat sayank.

TO :Bakpia

Morning too calon istriku. Ya nih sayang,dokumennya banyak banget. Makasih ya udah ngertiin mas. Jadi pengen segera meresmikan semuanya. Hehehe.

FROM : Bakpia

Ciyeee yang pengen cepet-cepet. Hehehe. Ya udah dosenku udah datang sayank. See you.

TO : Bakpia

Ya udah met kuliah sayank. Nanti aku hubungi lagi. Love you.

Ya,pesan yang membuat aku bersemangat hari ini. Terimakasih sayank ku,gumamku.


Vomennya jangan lupa ya :-)

Here,I'm Waiting YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang