Taman belakang rumah Arvel, ramai dengan kehadiran sahabat-sahabatnya. Mereka sengaja untuk berkumpul sore ini dirumah Arvel setelah sekian lama mereka tidak melakukan ritual ini.
Beberapa piring cemilan dan juga gelas-gelas minuman terletak diatas meja di halaman belakang. Denting gitar dan juga suara Edgar yang merdu menghiasi keindahan sore itu. Langit belum gelap tapi semarak kebahagian para pemuda itu mengisi kekosongan sore.
"Vel, Arlyn mana? Belum pulang?" Fian yang baru saja datang berkumpul bersama mereka langsung menanyakan adik Arvel.
"Belum. Lagi latihan basket. Entar lagi juga pulang." Arvel yang baru saja mengambil beberapa kacang dari piringnya, langsung memasukkannya ke dalam mulutnya. Kembali didengarkannya suara tenor Edgar diiringi petikan gitar Leon.
Fian mengambil sebuah majalah lokomotif disamping Edgar dan membaringkan dirinya disamping Arvel yang sedang sibuk dengan ponselnya.
"Nggak ada acara dengan Bela?" tanya Fian lagi.
Arvel yang baru saja selesai berkirim SMS, menunjukkan ponselnya pada Fian. Terpampang jelas disana nama Bela menjadi tujuan pengiriman SMS itu. Tapi, Fian tidak sepenuhnya memperhatikan tujuan SMS Fian itu.
Dalam kesibukan mereka menikmati sore, sosok kecil Arlyn yang melangkah masuk ke dalam kamarnya, tidak berhasil mencuri perhatian Arvel dan sahabat-sahabatnya.
Arvel ikut membaringkan dirinya diatas sofa dihalaman belakang setelah Edgar berhasil menyelesaikan satu lagu untuk mereka. Fian dan Leon bertepuk tangan saat senyuman Edgar mengembang karena senang.
"Vel, Arlyn udah punya pacar belom?" Belum puas dengan pertanyaannya seputar kehadiran Arlyn tadi, Fian kembali menanyakan tentang Arlyn.
"Arlyn?" ulang Edgar pelan.
Ini untuk pertama kalinya dia berkumpul bersama teman-temannya di rumah Arvel. Leon dan Fian sahabat Arvel sejak mereka SMP, sehingga wajar saja kalau mereka mengenal Arlyn juga.
Arvel yang masih menerawang jauh tidak memperhatikan apa yang ditanyakan oleh Fian.
"Arlyn itu adiknya Arvel," jawab Leon saat melihat tidak ada jawaban. "Kamu belum kenal?" tanya Leon lagi.
"On, On, mana mungkin dia kenal. Ketemu aja, belum!" tambah Fian menyadarkan Leon.
Leon hanya menyunggingkan senyumannya karena merasa malu dengan pertanyaannya sendiri.
"Oh," jawab Edgar pendek.
"Jadi, Arlyn udah punya pacar belum?" cecar Fian lagi.
Kali ini Arvel, memalingkan wajahnya pada Fian dan menatap sahabatnya itu dengan lekat. "Tanya aja sama orangnya." Singkat namun jelas.
Jawaban dari Arvel itu, mampu membuat sahabat-sahabatnya terdiam dan menatap Arvel yang menjadi dingin.
Kembali Arvel menengadahkan wajahnya menatap langit-langit malam dan mengabaikan tatapan penuh tanya sahabat-sahabatnya.
"Ada masalah, Vel?" Leon yang baru saja meletakkan gitarnya disamping sofa mengambil beberapa kacang dari dalam piring. "Sama Bela?" tanyanya lagi, setelah tidak mendapat jawaban.
Arvel yang menyadari bahwa percuma saja dirinya untuk menyembunyikan masalah, hanya dapat mendesah dengan berat untuk menjawab pertanyaan Edgar.
"Kenapa lagi dia?" tanya Edgar, menjadi penasaran.
Arvel memilih untuk mendapatkan posisi yang nyaman untuk bercerita. Dia terduduk dengan tegak ditempatnya sambil melipat tangannya. Sejenak ditundukkan kepala untuk dapat menenangkan dirinya. "Aku nggak ngerti. Dia sekarang jadi aneh. Kalau saya ajak pergi, selalu ada alasan. Kalau disms, balesannya lama banget. Kalau ditelepon, dia selalu jawab dengan singkat." Arvel kembali terdiam dan mengambil napas. Semua sahabatnya masih belum berkomentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Choise
Teen FictionBagaimana jadinya kalau cewek yang kamu suka adalah cewek yang membuatmu menderita seumur hidup, melupakan jati dirimu, dan berpura-pura menjadi orang lain demi menyenangkan banyak orang?