Dengan menggunakan kaos putih yang ditutupi ddengan kemeja biru yang tidak di kancing, ditambah blue jins yang dikenakan Tristan, dia terlihat sangat dewasa. Sudah hampir lima belas menit, Tristan menunggu kedatangan Arlyn yang baru saja turun dari kamarnya.
"Udah lama?" tanya Arlyn saat dia berdiri didepan Tristan yang menatapnya kagum.
Dengan menggunakan kaos biru langit dan juga celana jins hitam serta sepatu kets, Arlyn tampak sama dengan bayangannya seperti dahulu.
Rambut ikalnya yang dikuncir satu dengan hiasan kepala berwarna biru, menambah manis penampilan Arlyn.
"Ka Tristan!" panggil Arlyn sambil menepuk lengan Tristan.
"Eh, iya. Udah siap?" tanya Tristan yang salah tingkah karena kepergok sedang menatap cewek di depannya.
Arlyn hanya tertawa kecil sambil menunjukkan lesung pipi yang menjadi pemanis wajahnya itu. Dan dengan anggukan yang kuat, Tristan segera mengantar Arlyn masuk ke dalam mobilnya.
"Jadi, sekarang mau kemana, nih?" tanya Arlyn setelah mengenakan sabuk pengamannya.
"Kebun binatang."
"Kebun binatang?" Tristan mengangguk dengan yakin pada Arlyn yang menatapnya tak percaya. "Oh, aku tahu. Pasti mau ketemu sama saudara jauh, ya, Ka?" tanya Arlyn usil.
Tristan yang baru mengendarai mobilnya menjauh dari rumah Arlyn menatap Arlyn bingung. "Loh, bukannya kemaren katanya udah kangen sama nenek buyut, ya?" Tristan membalas bercandaan Arlyn, membuat suasana di mobil semakin ramai dengan tawa mereka.
Dengan langkah-langkah ringan, mereka berjalan berdua memasuki kebun binatang. Arlyn memegang botol minumannya dan berjalan di samping Tristan sambil memperhatikan beberapa tingkah hewan yang mereka lewati.
Tiba-tiba langkah Arlyn terhenti di depan sebuah kandang singa. Ditatapnya kandang yang gelap dan tampak kosong itu dengan seksama.
"Ada apa, Lyn?"
"Kasihan tuh, singanya." Arlyn menunjuk seekor singa yang sedang tertidur di dalam kandangnya yang gelap.
Tristan ikut memperhatikan apa yang sebenarnya ditunjuk oleh Arlyn. dipandanginya kembali Arlyn yang masih berdiri disampingnya sambil menatap pilu sang singa.
"Jadi inget sama bang Arvel."
"Kenapa?" tanya Tristan bingung.
"Iya. Kemaren waktu mau putus sama Bela mukanya kayak gitu. Terus sekarang udah cekak-cekik nggak jelas."
Tristan tertawa kecil mendengarkan cerita jujur Arlyn. wajahnya yang bulat dan selalu tersenyum itu tampak sangat polos. Dengan semua kejujurannya, Tristan semakin tertarik mengenalnya.
Nggak bisa bohong dikit, ya?
"Let's go!!! Kita ngunjungin saudara sepupu Ka Tristan!" ucapnya sambil menarik lengan Tristan menyeretnya ke sebuah kandang buaya yang berada tidak jauh dari kandang harimau tersebut.
Tawa Tristan meledak saat menyadari binatang apa yang ditunjuk oleh Arlyn. tangannya secara sponta mengacak rambut Arlyn, membuat lesung pipi Arlyn terlihat sangat jelas dimatanya.
"Tuh, Ka. Dia ngeliatin tuh, kangen katanya," ucap Arlyn masih dengan gaya usilnya. Tristan tidak hentinya tertawa geli melihat tingkah Arlyn.
Belum puas melancarkan aksi jahil pada Tristan, Arlyn masih menarik tangan Tristan menuju tempat yang lain dan menunjukkan banyak hal padanya. Tepat terakhir yang mereka kunjungi adalah jajaran sarang burung yang berada diujung dari kebun binatang tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Choise
Teen FictionBagaimana jadinya kalau cewek yang kamu suka adalah cewek yang membuatmu menderita seumur hidup, melupakan jati dirimu, dan berpura-pura menjadi orang lain demi menyenangkan banyak orang?