26

21 0 0
                                    

Sudahhampir tiga bulan sejak liburan sekolah berlangsung dan Arlyn belum jugaberhasil bertemu dengan Tristan. Berulang kali Arlyn mencoba menghubungiTristan tapi tidak juga mendapat balasan. Atau kalaupun hubungan telepontersambung dia hanya akan mendengar alasan sibuk dari Tristan.

SebenarnyaArlyn tidak ingin membiarkan pikirannya membawanya menjadi salah paham padasikap Tristan. Tapi dia sendiri tidak dapat menghindari dirinya untuk tidakmembenarkan pikirannya saat ini.

Berbagaimacam film kartun yang dilihatnya tidak juga berhasil mencuri perhatiannya danmembuatnya teralih dari memikirkan Tristan. Dia masih terus memikirkan keadaanTristan. Dan keinginannya untuk bertemu dengan Tristan membuatnya semakinsering mencoba menghubungi Tristan, hingga dia tidak mendapatkan jawaban apapundari usahanya.

Arlynmencoba untuk tetap bertahan dan terus berpikir bahwa Tristan akan segeramenghubunginya saat dia sudah tidak sibuk nanti. Tapi, mengingat gosip yangberedar disekolahnya, dia tidak yakin kalau hal itu akan terjadi.

"Iya, Ka Mel yang bilang, kalau KaTristan dan Ka Diera sekarang jadi deket banget. Mereka selalu berduakemanapun. Udah kayak orang pacaran, gitu,"

KalimatMila terngiang dibenaknya. Dia memang tidak memiliki ikatan apapun denganTristan. Dan sekarang status merekapun belum jelas. Mereka hanya sebatas kenaldan dekat. Tidak ada hubungan spesial yang dapat mengingat Tristan ataupunArlyn untuk menjaga jarak dengan lawan jenis.

Meskipunbegitu, hati Arlyn tetap tidak tenang. Dia sangat ingin meyakinkan dirinyadengan mendengar semuanya langsung dari Tristan. Dia ingin Tristan yangmengatakan padanya bahwa dirinya dan Diera hanya teman. Hanya sebatas teman.

"KaTristan kemana, sih?" runuk Arlyn dalam hatinya. Sesekali dipandanginya ponselyang terletak tidak jauh dari sampingnya dan dia kembali menatap layar pesegididepannya.

Namunsebuah ketukan dipintu rumahnya mengalihkan perhatiannya. Dia tidak inginbertemu dengan siapapun sore ini. Dia ingin sendirian!

Sekalilagi ketukan dipintu itu terdengar. Dan dengan malas, Arlyn melangkahmeninggalkan kursinya dan membuka pintu tersebut.

"KaEdgar?" sapanya bingung. Edgar hanya tersenyum saat melihat Arlyn yang keluardan membuka pintu untuknya. Arlyn menatap sekelilingnya dan kembalimemperhatikan tamunya. "Bang Arvel belum pulang. Mungkin nanti malam barupulang," ucapnya cepat.

"Akuke sini untuk ketemu kamu."

"Saya?"Edgar semakin melebarkan senyumannya untuk Arlyn.

***

Setelahmelakukan basa-basi ramah tamah mereka, Arlyn merasa cukup terhibur dengankehadiran Edgar. Dan tanpa berusaha menolak permintaannya, Arlyn bersiapmengganti pakaiannya dan mengikuti Edgar.

Katanyahari ini dia ingin membawa Arlyn kesebuah tempat yang nyaman dan indah. Yangmungkin akan sangat disukai Arlyn.

MobilEdgar melaju cepat dijalan Dago yang dingin. Dan didepan sebuah tempat luasdengan hembusan angin yang cukup kencang, Edgar menghentikan mobilnya. Dengansikap seorang pria sejati, Edgar memutar mobilnya dan membukakan pintu untukArlyn.

Hembusanangin malam langsung menyelinap masuk kesela-sela jaket yang dikenakan Arlyndan Edgar. Namun keindahan malam cukup membuat mereka menghilangkan sedikithawa dingin itu. Arlyn mengikuti Edgar mendekati sebuah tebing yang tidak jauhdari tempat mobil Edgar berhenti.

Lampu-lampukota Bandung menjadi pemandangan indah yang belum pernah disaksikan oleh Arlynsebelumnya. Sepertinya melihat kembali peristiwa Bandung Lautan Api yang pernahterjadi beberapa tahun silam. Lampu-lampu dari jalan dan gedung-gedung tinggiyang ada dibawah tebing itu terlihat sangat cantik.

No ChoiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang