Selama Arvel masih terus berada dibawah bayang-bayang Bela, Arlyn tidak dapat membuat dirinya merasa nyaman. Dia masih melancarkan aksi diam sama seperti Arvel. Tidak hanya dirumahnya tapi juga disekolahnya.
Dan untuk sebagian orang aksi diam Arlyn cukup menguntungkan karena mereka berhasil mendapatkan ketenangan. Tapi tidak untuk Davina. Sahabatnya yang satu ini tidak habis pikir kenapa Arlyn bisa sampai sepeduli ini pada Arvel.
Arvel memang saudara kandungnya, tapi Davina belum pernah melihat seorang adik yang sangat perhatian sampai pada masalah pribadi saudaranya. Dan bahkan Arlyn seperti merasakan sendiri bagaimana Arvel jatuh dalam kesedihannya.
"Dav, Arlyn mana?"
Sore itu saat latihan basket dimulai, Tristan sempat mendatangi Davina yang sedang menyeka keringatnya dan berkumpul bersama dengan teman-temannya. Sebenarnya ini bukan kali pertama Tristan menanyakan keberadaan Arlyn. Sudah sejak Arlyn mendengar kabar tentang Bela dan Arvel, Arlyn jarang tidak ikut latihan.
"Nggak datang," jawab Davina datar sambil menegak air minumnya.
Tristan kembali menatap Davina merasa jawabannya tidak tepat pada sasarannya. "Alasannya apa?" tanya Tristan lagi.
Sejenak Davina berpikir. Dia sulit untuk memberitahu Tristan apa yang sebenarnya sedang terjadi pada Arlyn, tapi dia sendiri sangat sulit untuk berbohong saat ini. "Dia... Dia sakit."
Dari ujung matanya, Tristan mencoba menemukan kebenaran dari ucapan Davina itu. Hatinya ragu untuk mempercayainya apalagi saat melihat air muka Davina yang tampak kebingungan.
"Sakitnya nggak parah, sih. Biasa cewek. Sakit bulanan," jawabnya lagi.
Sekali lagi Tristan mencoba mencari kebenaran dari ucapan Davina tapi dia sama sekali tidak bisa membongkar apa yang menjadi kebenarannya. Dan dengan terpaksa dia akhirnya menerima semua ucapan Davina.
"Oh, gitu."
Tidak butuh waktu yang lama untuk membahas soal Arlyn. sedikit kebohongan Davina setidaknya membantu untuk dapat mengetahui bagaimana keadaan Arlyn saat ini. Dan dia dapat menghirup napas lega.
Setidaknya Tristan tahu, kalau ada Davina yang akan menolong Arlyn bila dia mendapat masalah. Dan Davina yang akan menjadi orang pertama yang dapat dia minta keterangan.
***
Tidak hanya dalam latihan basket saja, tapi tindakan Arlyn kali ini membuatnya mulai sedikit menjauh dari pergaulannya. Kegiatannya setiap hari hanya dikelas membaca atau di perpus. Dua tempat ini menjadi tujuan favoritnya selama beberapa hari ini.
Perpustakaan untuk Arlyn, merupakan suatu tempat sunyi yang nyaman yang dapat membawa ketenangan sendiri untuknya. Dan terkadang diperpustakaan, Arlyn dapat tertidur dengan nyenyak.
Setiap hari dia akan samapi dirumah setelah Arvel tertidur dan itu membuatnya cukup kelelahan. Untung saja masih ada Leon yang mau menemaninya menjelajah malam. Dan saat pagi hari dia akan pergi paling pagi untuk menghindari pertemuan dengan Arvel.
Disalah satu sudut ruang perpustakaan, Fabian yang selalu mengamati Arlyn mulai merasa aneh dengan sifatnya. Dari cara membaca jelas tidak ada fokus disana dan dia tidak bisa menikmati apa yang sedang dibacanya.
Sesekali matanya akan menerawang jauh dan mencoba memikirkan sesuatu dalam waktu yang lama. Dan saat dia kembali menatap bukunya, dia akan tampak sangat kebingungan. Matanya yang seperti itu akan sangat mudah untuk tertidur saat dia tidak dapat lagi mengerti apa yang dibaca.
Fabian akan mendekati Arlyn saat dia tertidur. Tapi sepertinya hari ini dia tidak bisa membiarkan semuanya terjadi.
Dengan sebuah buku ditangannya, Fabian mencoba mendekati Arlyn yang sedang duduk disudut ruang perpustakaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Choise
Teen FictionBagaimana jadinya kalau cewek yang kamu suka adalah cewek yang membuatmu menderita seumur hidup, melupakan jati dirimu, dan berpura-pura menjadi orang lain demi menyenangkan banyak orang?