Dengan mengenakan t-shirt biru dan blue jeans, Fabian meninggalkan rumahnya dan melangkah menuju rumah Arlyn. hari ini dia akan menunjukkan lagu-lagu ciptaannya pada Arlyn. dan dengan sebuah gitar yang terselempang pada punggungnya, Fabian mengayun langkah dengan ringan menemui Arlyn.
Lima blok dari rumahnya, dia harus berbelok ke kanan agar dapat bertemu dengan Arlyn. semua persiapan telah dilakukannya dengan maksimal. Dan dengan kepercayaan dirinya, Fabian mulai membusungkan dada dengan bangga.
Tepat saat dia akan berbelok pada belokan terakhir, Fabian mulai mengembangkan senyumannya saat melihat Arlyn yang baru saja keluar dari gerbang rumahnya sambil mengiring sepedanya.
Tidak ingin melepaskan kesempatan emasnya, Fabian berlari mendekati Arlyn yang baru saja selesai mengunci kembali pagar rumahnya.
"Arlyn!" panggilnya, menghentikan langkah Arlyn.
Arlyn menatap Fabian yang tampak segar hari ini. Diberikannya senyuman saat melihat Fabian yang sedang menatapnya dengan bangga. "Pagi, Bi!"
"Mau kemana? Bawa-bawa sepeda seperti itu?" tanya Fabian sambil mengamati Arlyn dan juga sepedanya.
Dengan celana jins pendek dan t-shirt belel serta sendal jepitnya, Arlyn tetap terlihat manis. Rambutnya dikuncir ke atas sangat tinggi dan poninya tetap menutupi dahinya. Lesung pipinya terus tergambar diwajahnya. Deretan giginya yang kurang rapi itu terlihat jelas sekarang.
"Aku mau ke supermarket," jawab Arlyn sambil menunjukkan selembar kertas yang berisi catatan belanjaannya. "Kamu?"
"Rencananya mau main ke sini. Tapi kalau aku ikut boleh, kan?" tanya Fabian lagi.
Arlyn berpura-pura serius berpikir saat mendengarkan permintaan Fabian. "Boleh, asal kamu yang bawa sepedanya, ya?"
"Never mind!!!" Fabian mengambil alih sepeda Arlyn dan memberikan gitarnya pada Arlyn. dan dengan cepat Arlyn berlari masuk kedalam rumahnya untuk menyimpan gitar Fabian terlebih dahulu.
Arlyn duduk diboncengan sepeda yang dibawa Fabian dengan nyaman sambil mengantongi catatannya.
"Siap?"
"Siap!!!" teriak Arlyn semangat.
"Jalan!!" Fabian mulai mengayuh sepeda tersebut dengan kuat meninggalkan rumah Arlyn.
***
Didalam supermarket yang tidak jauh dari tempat tinggalnya, Arlyn dan Fabian berjalan menyusuri setiap blok-blok yang ada di toko tersebut. Sambil terus memperhatikan catatan kecilnya, Arlyn mengambil semua bahan yang diperlukannya.
Fabian yang dengan rela hati mengikuti, membawa trolly untuk semua belanjaan Arlyn.
"Bi, tolong ambilin itu!" Tangan Arlyn menunjuk pada sebuah biskuit yang berada jauh diatas. Dan dengan tangan yang terulur, Fabian meraih satu untuk Arlyn dan meletakkannya pada trolly. "Makasih!"
Kembali berjalan menyusuri setiap blok yang ada, Arlyn melengkapi semua kebutuhannya. Dengan teliti dia kembali memeriksa semua belanjaannya sebelum masuk kasir.
"Selesai!"
"Yakin? Nggak ada yang kelupaan, nih?" tanya Fabian mencoba meyakinkan Arlyn. Arlyn kembali mengingat semua belanjaannya dan juga catatannya. Dan semuanya sudah lengkap.
"Yakin! Semuanya udah aku ambil. Tinggal bayar aja," jawabnya.
"Ok," Fabian membawa trolly tersebut menuju kasir.
Dengan cepat Arlyn mengeluarkan semua belanjaannya dan meletakkannya diatas meja kasir, membiarkan pegawai supermarket itu menghitung semua belanjaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Choise
Teen FictionBagaimana jadinya kalau cewek yang kamu suka adalah cewek yang membuatmu menderita seumur hidup, melupakan jati dirimu, dan berpura-pura menjadi orang lain demi menyenangkan banyak orang?