Bandung, Januari 2006
"Hai, Tobi," sapa Manda, saat berdiri tepat disamping meja belajar Tobias.
Mendengar sapaan itu, Tobias segera mengangkat wajahnya dari salinan tugas fisika yang sedang dikerjakannya. Dilepaskannya kaca mata saat dia melihat Manda yang berdiri dengan malu-malu disampingnya.
"Ada apa, Man?" tanya Tobias lagi. "Duduk," ajaknya sambil memberikan kursinya untuk Manda. Dengan malu-malu, Manda ikut duduk disamping Tobias dan kembali terdiam. "Sori, aku lagi ngerjain tugas fisika. Tapi, kalau kamu mau cerita, aku dengerin, kok," ujar Tobias lagi.
Dia kemudian kembali menyibukkan dirinya dengan tugas Marco yang telah dipinjamnya itu. Belum genap seminggu masuk sekolah, tapi tugas fisika sepuluh nomor sudah membuat mereka kalang kabut.
Untung kalau soalnya yang mudah. Dan tinggal masukin rumus, angka, hitung, beres! Kalau harus ngulik rumus dulu, menyontek saat jam istirahat adalah pilihan tepat.
Dengan tulisan yang sudah sangat besar, Tobias memenuhi buku tugasnya dengan berbagai angka. Beberapa nilai ia coba membuat jawaban salah agar tidak dicurigai.
"Kamu kerjain dulu, deh," ucap Manda dengan sabar.
Bingung dengan jawaban Manda, Tobias menatap cewek cantik disampingnya itu. "Yakin? Atau aku dengerin dulu?" Tobias memberikan saran pada Manda.
Tapi, cewek itu menggelengkan kepalanya dengan kuat. Dengan senyuman yang masih merekah diwajahnya dia membiarkan Tobias menyelesaikan tugas-tugasnya dulu.
Tidak cukup lama Manda harus menunggu karena Tobias berhasil menyelesaikan dua nomor terakhir dalam waktu lima belas menit. Dengan mantap ditutupnya buku tugas Fisika itu dan dia memutar badannya agar dapat menatap Manda yang telah menunggunya dengan sabar.
"Ada apa? Tumben, kamu sampai harus ke kelasku?" tanya Tobias sambil menunggu dengan sabar.
Tapi Manda tidak langsung menjawab pertanyaan Tobias. Dia sibuk memainkan jarinya dan sesekali menatap kelas Tobias yang tidak sepi. Ada beberapa teman-teman kelasnya yang sama sibuknya dengan Tobias menyalin tugas. Dan ada juga yang sedang makan bekal mereka secara berkelompok.
Tidak mengerti dengan apa yang menjadi perhatian Manda, Tobias ikut memperhatikan sekitarnya. Kacamata yang hanya digunakan saat belajar itu, dilepaskannya sambil menunggu Manda berbicara.
"Ada apa, Man?" tanya Tobias lagi.
"Sebenarnya aku mau ngomong sesuatu, tapi nggak disini." Tobias menegakkan punggungnya mendengarkan ucapan Manda.
Poni yang hampir menutup mata Manda, tidak dapat menghalangi Tobias untuk melihat manik mata temannya itu. Sambil melirik jam tangannya, Tobias berdehem membersihkan tenggorokannya yang kering.
"Lima menit lagi udah bel masuk. Gimana kalau pulang sekolah nanti?" saran Tobias.
Manda membalas tatapan Tobias dengan binar mata indah. Akhirnya dia mendapatkan apa yang diinginkannya.
Dengan kuat Manda menganggukkan kepalanya menyetujui saran Tobias. "Ok, pulang sekolah aku tunggu didepan gerbang, ya," tambah Tobias lagi.
"Nggak usah, biar aku yang datang ke sini," tolak Manda.
Kaget mendengar jawaban Manda, Tobias menatapnya bingung. "Aku tunggu digerbang," ujar Tobias dan kali ini dengan penuh ketegasan, membuat Manda tidak dapat membantahnya lagi.
Manda hanya mengangguk sekali lagi untuk menyetujui saran Tobias. Dia tahu, kalau Tobias tidak ingin membuatnya menjadi seorang cewek yang akan dicap mengejar-ngejar cowok. "Saya antar ke kelas, ya. Ayo!" Tidak menolak ajakan Tobias, Manda segera berdiri dan berjalan disamping Tobias.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Choise
Teen FictionBagaimana jadinya kalau cewek yang kamu suka adalah cewek yang membuatmu menderita seumur hidup, melupakan jati dirimu, dan berpura-pura menjadi orang lain demi menyenangkan banyak orang?