44

5 0 0
                                    

"Dav, minggu depan udah mulai libur, kan?" tanya Edgar saat mereka selesai membahas soal ulangan Davina.

Sambil merapikan semua bukunya, Davina menggangguk membenarkan kalimat Edgar. "Iya, kenapa seneng, ya, nggak perlu ke rumahku sore-sore?"

"Apa? Kenapa begitu?" Davina tersenyum senang melihat reaksi Edgar yang salah tingkah karena ucapannya.

"Oh, jadi ceitanya seneng, nih datang ke sini? Kenapa? Karena ada Bik Jum, ya?" Davina masih mencoba mengajukan pertanyaan iseng pada Edgar.

"Iyalah, Bik Jum, kan baik. Makanannya juga enak-enak semua," jawabnya tidak kalah dari Davina, sedetik kemudian tawa mereka memenuhi ruang tengah rumah Davina. Setelah lama tidak bersama dengan Arlyn, Davina lebih akrab dengan Edgar dan menurutnya Edgar merupakan orang yang tepat untuk menjadi tempatnya bercerita. Dan dari Edgar pulalah dia dapat mendapatkan informasi tentang Arlyn.

"Davina, ada Arlyn tuh!" suara Mamanya membuat Davina terdiam seketika.

Arlyn? kenapa dia kesini? Tanyanya bingung. Seolah dapat membaca pikiran Davina, Edgar menepuk pundak Davina yang sedang terdiam dan terbengong sendirian.

"Kenapa?"

"Nggak bukan apa-apa."

"Kamu nggak mau ketemu Arlyn? Kasihan dia, sekarang dia bener-bener butuh teman."

"Tapi Arlyn bisa cerita ke Ka Edgar atau yang lainnya, kan? Nggak harus ke sini?" Davina masih belum bisa menahan dirinya untuk menunjukkan perasaannya yang sebenarnya.

"dia bisa cerita ke siapapun. Tapi tetap saja dia butuh sahabatnya." Davina terdiam mendengarkan kalimat Edgar. Ya, dia juga sebenarnya ingin mendengarkan semua cerita tentang Arlyn langsung dari orangnya, tidak melalui Edgar. Tapi dia tidak tahu bagaimana harus memulai hubungan mereka kembali.

"Dav," panggil Edgar sambil menepuk pundak Davina pelan. "Nggak perlu bingung. Arlyn yang datang ke sini, kan? Dia yang akan memulai semuanya. Ikutin aja semua alurnya. Yang penting kalian bisa baikan dan sahabatan lagi." Davina hanya mendengarkan semua ucapan Edgar tanpa membantahnya. "Dia hanya butuh sahabat," bisik Edgar.

Yakin dengan semua ucapan Edgar, Davina menunjukkan senyuman pada Edgar. Dia memang sudah ingin menemui Arlyn dan meminta maaf, tapi dia tidak punya cukup keberanian. Dan saat inilah yang menurutnya waktu yang tepat.

Dengan ditemani Edgar, Davina menemui Arlyn yang tengah duduk sendirian di ruang tamu rumah Davina.

"Davina," panggil Arlyn dengan suaranya yang bahagia, namun tampak jelas dari wajahnya bahwa dia sedang tidak dalam keadaan yang sangat baik. Benar seperti ucapan Edgar, dia membutuhkan seorang sahabat. Dan untuk kali ini Davina membiarkan dirinya masuk kembali dalam skenario Arlyn dan membiarkan sahabatnya memulai semuanya.

"Hai, Lyn!" sapa Edgar. Arlyn kembali tersenyum pada Edgar dan membalas sapaannya. Tidak ingin mengganggu pertemuan dua sahabat ini, Edgar pamit dan meninggalkan mereka berdua.

"Dav, aku minta maaf ya..." ucap Arlyn saat mereka benar-benar berdua dan suara motor Edgar menjauh dari mereka.

Tanpa membalas ucapan Arlyn, Davina berlari mendekati Arlyn dan mengulurkan tangannya memeluk sahabatnya. Dia benar-benar merindukan Arlyn. dia merindukan sahabatnya ini. Dengan erat Davina memeluk Arlyn dan membuat Arlyn membalas pelukannya. Dalam tangis bahagia mereka, mereka menumpahkan semua kerinduan mereka.

"Aku juga salah, Lyn," ucap Davina lirih.

***

"Dav, aku beneran minta maaf, ya. Sebenarnya aku nggak tahu kenapa kamu tiba-tiba menjauh. Tapi kalau itu karena Fabian aku minta maaf. Aku nggak ada niat untuk ngerebut Fabian, kok," ucap Arlyn cepat. Ucapannya secepat air mengalir tanpa memberikan jeda pada kalimatnya.

No ChoiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang