Di dalam mobil Tristan siang itu suasana terasa sangat dingin. Tidak ada pembicaraan yang terjadi diantara mereka. Arlyn yang masih memikirkan bagaimana Tristan tiba-tiba saja mencium keningnya semalam. Dan Tristan yang tengah mempersiapkan dirinya untuk sesuatu hari ini.
"Ka, hari ini kita mau ke mana?" tanya Arlyn akhirnya karena tidak tahan dengan suasana yang begitu dingin.
"Apa?" tanya Tristan yang hari ini menjadi lebih sibuk dengan pikiran dan hatinya.
"Hari ini kita mau ke mana?" tanya Arlyn lagi. Senyumannya mengembang membuat Tristan jadi salah tingkah dibuatnya.
"Oh. Hari ini Mama mau ketemu. Jadi..."
"Kita ke rumah Ka Tristan?" tanya Arlyn yang sangat terkejut mendengarnya. Dengan senyuman ragu dan bingung, Tristan mengangguk membenarkan ucapan Arlyn.
"Waduh, gimana, nih? Mana kita nggak bawa apa-apa lagi? Aduh. Gawat gawat gawat!!!" ucap Arlyn panik. Diliriknya sekelilingnya sambil mencari sesuatu yang dapat dibawanya saat berkunjung ke rumah Tristan pertama kali dan bertemu dengan orang tuanya.
"Arlyn," panggil Tristan yang tertawa kecil melihat sikap panik Arlyn.
"Aduh, Ka. Kita berhenti dulu, deh. Nyari apa gitu..." ucapnya. Tristan hanya terus tertawa melihatnya.
"Arlyn," panggil Tristan sambil memegang lengan Arlyn mencoba menenangkannya. "Be calm down," ucap Tristan. "Mama nggak akan minta apa-apa. Dia hanya mau kenal saja. Nggak akan ada masalah, kan?" tanya Tristan sambil menatap mata Arlyn memohonnya untuk dapat mengerti.
"Are you sure?" tanya Arlyn masih dalam keadaan panik. Tristan mengangguk mantap membuat Arlyn akhirnya tersenyum kembali dan duduk santai seolah tidak pernah terjadi apapun.
"You're amazing girl..." ucap Tristan pelan dan tidak dapat didengar langsung oleh Arlyn. dia pun ikut tersenyum melihat Arlyn yang akhirnya kembali tenang.
***
"Ma!" panggil Tristan saat akhirnya mereka berdua masuk ke dalam rumah Tristan. Arlyn menggenggam tangan Tristan erat dan berjalan di sampingnya dengan takut. Ini untuk kali pertamanya bertemu dengan orang tua Tristan. Dan untuk kali pertamanya juga dia berkenalan secara langsung dengan orang tua pacarnya.
"Ma! Mama!" panggil Tristan lagi. Arlyn masih ketakutan dan menatap sekeliling rumah itu. Ketakjubannya mulai hadir saat menyadari bahwa rumah itu di susun secara minimalis namun tetap cantik. Tidak terlalu banyak barang yang ada di dalam rumah itu. Hanya sebuah sofa putih yang memiliki ukiran kayu indah dan sebuah meja kaca didepannya. Lukisan yang mengisi ruang tamu itu hanya sebuah lukisan bunga lili putih yang sangat cantik.
"Sayang, kamu sudah datang?" suara cantik milik seorang wanita paruh yang baru saja keluar dari kamar kerjanya menyapa mereka dengan sangat ramah. Arlyn tertegun kaget saat sosok wanita paruh baya yang masih sangat cantik itu mendekati mereka.
"Hai, Ma!" sapa Tristan sayang.
Arlyn yang berdiri disampingnya melihat mereka dan tersenyum senang.
"Ah, ini pasti Arlyn," ucapnya ramah sambil mengalihkan pandangannya dari Tristan.
"Iya, Tante," ucap Arlyn dengan sangat sopan.
"Dia cantik, seperti yang di foto."
Foto?
"Ma, aku keluar sebentar ada yang harus aku kerjakan. Tapi nggak lama." Saat melihat tatapan heran Arlyn, Tristan lebih memilih untuk mengabaikannya. Hatinya masih belum sepenuhnya siap. Tapi dia harus menyiapkan semuanya dengan sebaik mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Choise
Teen FictionBagaimana jadinya kalau cewek yang kamu suka adalah cewek yang membuatmu menderita seumur hidup, melupakan jati dirimu, dan berpura-pura menjadi orang lain demi menyenangkan banyak orang?