13

3 0 0
                                    

"Tobi!!!" Samantha yang sudah berdandan dengan rapi dan cantik itu, memanggil anak kesayangannya dengan bangga. Usianya yang memsuki setengah abad itu tidak terlihat karena riasan wajahnya. Sederhana, tidak berlebihan tapi pas dengan usianya.

"Tobi!!" sekali dipanggilnya putranya saat melihat jam tangannya.

Dari lantai dua, terdengar sebuah pintu terbuka dan derap langkah kaki setengah berlari menuruni tangga dengancepat.

Dengan mengenakan t-shirt abu-abu dan celana jeang sontok, Tobias menemui sang Mama yang sudah berdiri tepat ditengah ruangan.

"Ada apa, Ma?"

"Kamu lagi sibuk, nggak?" tanya Samantha saat melihat Tobias yang memakai kacamata. Jelas kalau anaknya itu sedang belajar saat dia memanggilnya.

"Nggak juga. Tadi hanya ngerjain tugas aja. Ada apa?" tanya Tobias lagi.

"Hari ini mama ada acara di rumah Oma. Kamu bisa antar mama ke sana?"

Sejenak Tobias terdiam sambil berpikir. Dia menerawang langit-langit diatasnya dengan wajah yang sibuk berpikir.

"Tapi, kalau kamu lagi belajar mama bisa minta Pak Amin yang antar," ujar Samantha lagi tidak ingin membuat anaknya merasa terganggu dengan permintaannya.

"Apa sih yang nggak buat mama," ucap Tobias lagi. Dia tersenyum senang sambil memeluk Samantha dengan erat. "Tobi ganti baju dulu kalau begitu."

Samantha memukul lengan Tobias dengan bangga dan membiarkannya lari masuk ke dalam kamarnya dan berganti pakaian.

Samantha menunggu Tobias didepan rumahnya. Dan dalam waktu lima menit, Tobias sudah keluar dari rumahnya dengan mengenakan kemeja coklat dan juga celana jeans hitam. Kacamatanya telah dilepaskan dan disimpan, karena tidak akan terlalu berguna saat mereka tiba di rumah Oma nantinya.

***

Kediaman Oma Tabita ramai dengan berkumpulnya keluarga besar itu. Hari libur telah berakhir tapi kesibukan dirumah Oma Tabita belum berakhir. Wajar saja karena cucu bungsu Oma, Davi, akan melangsungkan pernikahan tidak lama lagi.

Tobias yang sebenarnya tidak begitu menyukai keramaian ini terpaksa harus bersabar menunggu Samantha yang ambil bagian dalam kepanitiaan itu.

Paman, Tante, dan sepupunya memenuhi setiap sudut ruangan dalam rumah Oma Tabita. Sedangkan Oma, sedang menunggu mereka semua didepan tv. Davi yang mempunyai hajatan, tidak ingin ikut ambil pusing. Dia lebih memilih untuk menyerahkan semuanya pada orang-orang tua. Dan dia hanya tinggal menerima keputusan akhirnya.

Tobias mencoba mencari tempat yang paling nyaman untuk menghindari kepadatan penduduk dirumah itu. Taman belakang rumah Oma yang luas menjadi tujuannya saat ini.

Tobias mengambil tempat duduk disalah satu bangku taman yang ada dan duduk memandang keindahan taman. Bunga-bunga yang bermekaran disana tumbuh segar. Warna-warnanya memberikan ketenangan tersendiri untuk Tobias.

Rumput-rumput hijau tampak segar karena baru saja disiram. Menghirup udara segar itu, membuat paru-paru Tobias terasa sejuk. Udara yang baru saja masuk mengganti karbon dioksida dalam darahnya.

"Disini ternyata," suara Davi yang baru saja datang menemui Tobias, membuat Tobias mengangkat wajahnya dan menatap Davi.

"Yang punya hajat malah disini," goda Tobias. "Nggak takut acaranya bakal jauh lebih heboh?"

Davi terkekeh kecil mendengar ucapan Tobias dan duduk disamping sepupunya itu.

"Tenang aja. Orang tua tahu yang terbaik!" tawanya lagi. Tobias ikut tertawa mendengarkan ucapan Davi itu.

No ChoiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang