Honda jazz hitam Tobias terparkir dengan rapi di halaman rumahnya, siang ini. Dia baru saja pulang setelah berkumpul dengan teman-temannya sebagai suatu pesta untuk mereka karena telah menyelesaikan ujian mereka dengan sukses.
Tobias menarik kunci mobil dari tempatnya sebelum dia membuka pintu disampingnya. Tapi pemandangan yang dapat dilihatnya saat ini bukanlah sebuah pemandangan yang dapat membuatnya bahagia.
Jeritan histeris Samantha, membuatnya terdiam disamping mobilnya. Tubuhnya menegang melihat Samantha yang sedang berteriak seperti itu. Wanita paruh baya yang masih tetap cantik itu tengah dipegang oleh Bik Jum dan Pak Amin.
Pekerja rumah Tobias ini terlihat sangat berusaha dengan keras untuk menahan Samantha keluar dari rumah itu.
Mata Samantha, yang biasanya tampak sangat indah, kini dipenuhi dengan otot-otot mata yang menegang dan membuat mata tersebut memerah seperti.
"Tobi!!! Tobias!!! Anakku, Tobias!!!" teriakan Samantha, membuat bulu kuduk Tobias berdiri tegak.
"Bu sabar, Bu. Tenang, tenang!" ucap Pak Amin dan Bik Jum bergantian.
Air mata kesedihan dan pilu mengalir dengan deras dari pelupuk mata Samantha. Kerinduannya pada Tobias membuatnya memiliki kekuatan yang besar dan mampu untuk melawan kedua pasang tangan yang tengah berusaha dengan keras menahannya itu.
"Tobias!! Tobias sayang... Anakku..." teriak Samantha lagi. Suara jeritannya, membuat hati Tobias menjadi sangat sakit. Lukanya yang sempat diobatinya dulu, kini kembali terbuka dengan lebar. Dan kini dia mulai menyadari bahwa dia belum sepenuhnya sembuh dari rasa sakit ini.
Tanpa membuang banyak waktu lagi, Tobias segera berlari mendekati Samantha. Dia memeluk Samantha dengan sangat erat saat Samantha mulai menatapnya dengan nanar.
"Ma, ini Tobi. Ini Tobias, Ma," ucap Tobias setengah berbisik, mencoba memperdengarkan suaranya pada telinga sang Mama yang masih tampak sangat histeris.
"Tobias, Tobias," ujar Samantha kehilangan suaranya.
Tobias semakin erat memeluk Samantha dan membiarkan menumpahkan kesedihannya pada pundaknya. Tanpa terasa air matanya kembali mengalir dengan deras, saat merasakan bagaimana Samantha memanggil namanya dengan sebuah kerinduan yang sangat dalam.
"Iya, Ma. Ini Tobias," ucap Tobias lagi.
Waktu yang berlalu menyadarkan Samantha akan kehadiran Tobias, dan membuatnya dapat dengan yakin sepenuhnya bahwa laki-laki yang sedang memeluknya adalah anaknya, Tobias.
"Tobias, Tobias, Sayang. Jangan pergi. Jangan tinggalin mama," ucap Samntha lagi. Kini dia berhasil memeluk Tobias dengan sangat erat. Semua tangisnya kembali tumpah ruah saat dia menemukan Tobias.
Semakin lama emosinya semakin reda dan membuatnya dapat kembali kehidupan normalnya.
Meskipun begitu, sebuah hati yang lain kembali terbuka karena semua ini.
Tobias membimbing Samantha masuk kembali ke dalam rumah, ditemani tatapan prihatin Bik Jum dan Pak Amin. Dua pekerja rumah ini, mencoba empati pada apa yang dirasakan oleh Tobias.
***
Dalam langkah-langkah pelan, Samantha masuk ke dalam kamar tidur Tobias. Setelah kejadian sore tadi, dia tidak ingin melewatkan sedetikpun untuk dapat bersama dengan anaknya dan merasakan kehadirannya seutuhnya disampingnya.
Tobias yang telah lelap tertidur, tidak menyadari kehadiran Samantha. Dia memeluk gulingnya dan tenggelam dalam mimpi-mimpinya.
Samantha duduk disamping tempat tidur Tobias sambil menatap wajah anak kesayangannya. Hanya ini memang yang ingin selalu dilakukannya berada bersama dengan Tobias, meskipun dia tidak dapat selalu mendengarkan ceritanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Choise
Teen FictionBagaimana jadinya kalau cewek yang kamu suka adalah cewek yang membuatmu menderita seumur hidup, melupakan jati dirimu, dan berpura-pura menjadi orang lain demi menyenangkan banyak orang?