Sinar lembut matahari pagi, masuk melalui celah-celah jendela kamar Arvel. Dari balik gulingnya, Arvel menahan sinar menhati dengan kedua tangannya. Matanya terasa sanagt perih menerima hujanan sinar mentari. Dan dengan perlahan dia akhirnya terbangun dari tidurnya.
"Good morning my baby bear!!!!" sapa Arlyn senang saat melihat abangnya tersadar. Menyadari kehadiran Arlyn, Arvel mencoba membuka matanya selebar mungkin dan duduk dengan tegap ditempatnya.
"How do you feel, dear? Are you dizzy??" tanya Arlyn yang telah duduk di atas tempat tidur abangnya dan menatap abangnya dengan lesung pipi yang dipasang sejak dia memasuki kamar Arvel.
"Ini masih pagi, nggak usah berisik!!" ucap Arvel kesal. Namun, Arlyn hanya tertawa renyah dan memukul lengan Arvel dengan kuat.
"Apaan, sih? Sakit!" ujar Arvel kesal.
"Itu hukuman karena lu udah berani mengganggu tidur gue!"
"He, siapa yang ganggu tidur lu?"
"Siapa lagi, kalau bukan my sweet baby bear yang tiba-tiba aja mabuk dan mengacau di bar!" jawab Arlyn memperjelas, senyumnya masih ditahannya untuk menyadarkan abangnya yang semalam, tanpa sadar telah meresahkan beberapa warga negara Indonesia yang berada di salah satu bar di Bandung.
Arvel yang menyadari bahwa dirinya telah salah, hanya dapat terdiam dan mengusap tengkuk belakangnya yang terasa sakit. Arlyn telah berlari keluar kamar Arvel dan kembali dengan cepat sambil membawa segelas susu hangat.
"It's for you my sweet baby bear," ucap Arlyn manis. Dia senang tidak ada adu verbal dengan Arvel. Kesempatan yang baik untuk memperbaiki hubungan mereka.
"Thank's," Arvel meletakkan gelas kosongnya di atas meja disampingnya.
"Bang, hari ini jalan, yuk. Lu nggak kuliah, kan? Gue pengen main," ajak Arlyn lagi. Arvel yang tidak mengerti kenapa Arlyn bersifat begitu baik padanya saat dia telah menuduhnya yang bukan-bukan tak dapat berkata apapun. Ditatapnya mata coklat tenang yang sama dengannya itu dengan perasaan bersalah namun tetap penuh sayang.
"Bang! Bang Arvel!!!" panggil Arlyn. "My sweet baby bear!!!" teriak Arlyn dengan keras. Arvel yang baru saja tersadar tersenyum senang melihatnya dan mengacak puncak kepala Arlyn, membuat rambut ikalnya berantakan.
"Woy! Woy! Baru keramas, nih. Baru kering!" ujar Arlyn sambil merapikan rambutnya.
"So, where do you want?" Arlyn berpikir sejenak dan akhirnya tersenyum senang pada Arvel.
"TAMAN SAFARI!!!" jawabnya mantap. Mereka berdua hanya tertawa mendengarkan ucapan bahagia Arlyn dan tanpa sadar perang bantal akhirnya terjadi dengan sengit diantara mereka.
Tawa bahagia mereka kembali hadir setelah sekian lama mereka melancarkan aksi diam.
"Gitu, dong. Lebih enak ngeliat lu senyum daripada cemberut, Bang," ucapan tulus Arlyn terlontar begitu saja.
Arvel kembali terdiam dan mulai menyadari kesalahannya. "I'm so sorry, Lyn. Gue udah nuduh lu yang nggak-nggak. Padahal niat lu hanya buat nolongin gue." Arvel menghirup napas dalam dan menghembuskannya dengan perlahan. Rasa sedihnya kembali hadir saat mengingat bagaimana kemaren dia baru saja menyadari banyak hal yang selama ini telah membutakannya.
Didepan matanya sendiri dan disaksikan banyak orang, Arvel melihat Bela yang tengah menangis merengek di depan Boby, kesalahan yang mereka lakukan membuat Bela akhirnya menanggung malu. Ucapan kasar Boby tetap diterimanya asalkan cowok itu tidak mengabaikannya.
Seolah mendapatkan sebuah timah panas dihatinya, Arvel berpaling dari Bela saat itu juga dan memutuskan cewek itu tepat didepan semua orang. Dia tidak tahan melihat semua drama yang terjadi didepannya. Dan dengan ditemani tiga sahabatnya Arvel melampiaskan semua kekesalannya di bar dan membuat beberapa orang menjadi khawatir dengan keberadaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Choise
Teen FictionBagaimana jadinya kalau cewek yang kamu suka adalah cewek yang membuatmu menderita seumur hidup, melupakan jati dirimu, dan berpura-pura menjadi orang lain demi menyenangkan banyak orang?