42

7 0 0
                                    

Bandung, Mei 2009

Sebelum mengakhiri semester genap yang tinggal dalam hitungan bulan itu, anggota Bixbite disibukkan dengan berbagai jadwal manggung. Maklum saja band mereka kini mulai diperhitungkan sebagai salah satu band paling potensial di Bandung.

Beberapa lagu mereka sudah mulai masuk dapur rekaman dan beberapa lagu yang menjadi single mereka telah dirilis. Dan secara otomatis, fans mereka mulai membludak sekarang. Jadwal yang padat ini dijadikan sebuah kesempatan oleh Fabian untuk melarikan diri dari kenyataan yang belum dapat diterimanya.

Bi, aku udah jadian dengan Ka Tristan!!!

Kata-kata bahagia Arlyn membuatnya semakin semangat untuk mengerjakan semua proyek untuk band mereka. Namun, dia tidak pernah fokus saat melakukan apapun. Pikirannya terus melayang bahkan sesekali dia menyalahkan dirinya untuk semua yang terjadi.

Fabian merasa bahwa dirinyalah yang salah karena tidak dapat mengungkapkan isi hatinya pada Arlyn. dan kini dia harus bisa tersenyum saat mendengar semuanya ini. Dia harus bisa menahan tangis saat melihat senyuman bahagia Arlyn terpasang diwajah kecil. Bagaimana lesung pipinya tercipta karena menceritakan Tristan.

"Bi," suara lembut Tacita tak mampu menghapuskan bayang-bayang menyakitkan itu dari pikirannya. "Bi, Fabian," panggil Tacita sambil menepuk lengan Fabian.

"Ada apa?" tanyanya spontan saat melihat Tacita yang sedang menatapnya dengan bingung.

"Lagi mikir apa, sih? Serius banget," tanyanya penasaran. Fabian memberikan senyuman simpul membuat Tacita mengerti bahwa pertanyaan bukanlah pertanyaan yang seharusnya dapat ditanyakan saat ini. "Kalau ada masalah cerita aja. Nggak usah malu-malu. Lagian kita udah kenal lama, kan?"

"Iya. Lagian emang nggak ada apa-apa. Hanya lagi capek aja," Fabian menyapu wajahnya dengan tangannya. Dia tidak ingin melibatkan banyak orang dengan urusannya.

Mengerti apa yang sedang dialami Fabian, Tacita tidak memperpanjang ucapannya lagi. Tapi, jelas dia tahu apa yang menyebabkan Fabian seperti ini. Tacita memilih untuk berlalu dari hadapan Fabian setelah menepuk lengan teman bandnya dan mempersiapkan dirinya untuk pentas selanjutnya.

Fabian mengambil gitarnya dan mengalunkan sebuah lagu dengan gitarnya yang merupakan lagu ciptaannya yang dibuat khusus untuk Arlyn.

"Kenapa tuh anak?" tanya Vigor saat melihat Tacita menjauh dari Fabian dan mendengarkan alunan musiknya yang sendu.

"Biasa, kayak nggak tahu ABG aja, lu?" timpal Herma sambil memainkan stik drumnya.

Vigor terus memperhatikan Fabian sambil sesekali menatap Tacita meminta penjelasan. Namun, Tacita lebih memilih diam dan mempersiapkan dirinya sendiri.

Semua temannya yang tengah sibuk bersiap, membuat Vigor akhirnya melepaskan pandangannya pada Fabian yang masih duduk termenung sendirian. Untuk masalah cinta seperti Fabian, Vigor tidak dapat berbuat apa-apa, dia sama sekali tidak paham dengan urusan seperti ini.

Rasa cintaku tak kan pudar dimakan waktu

Dirimu kan selalu hadir dalam hidupku

Walau tak dapat ku gapai

Cintaku kan mewujudkan bayang dirimu bagiku...

Sepenggal kalimat dalam bait terakhir lagu Fabian mengakhiri permainan gitarnya saat persiapan sore itu.

***

"Bi, cukup!" teriak Vigor saat melihat tiga botol miras dilumatnya habis. Fabian masih terus menuangkan minumannya ke dalam gelasnya sambil terus tersenyum. Sesekali dia menangis sedih namun tak mengeluarkan suara apapun.

No ChoiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang