"Tristan!"
Ditengah kerumunan banyak orang yang berdesak-desakan di dalam mall. Tristan membalikkan badannya dengan cepat begitu mendengar namanya dipanggil dengan keras oleh seseorang.
Seorang cowok dengan rambut hitam panjang sebahunya berlari mendekati Tristan dan Diera yang berdiri menunggunya. Semakin lama seorang cowok dengan kulit coklat gelapnya semakin terlihat jelas dengan senyuman di wajahnya.
Diera tidak melepaskan pandangannya dari cowok itu, yang menurutnya sangat... keren!
Tanpa sadar dia sudah menahan napas karena penasaran dengan cowok yang mengenal Tristan itu.
"Kemana aja?!" tanyanya senang sambil menepuk lengan kiri Tristan dengan kuat.
"Stay in Bandung!" Tristan tersenyum manis menyambut teman lamanya ini. Rasanya sudah setahun mereka tidak pernah bertemu lagi. Dan ini merupakan pertemuan mereka yang tidak terduga.
"Gimana kabarmu sekarang, Co? Rambutnya makin panjang aja, nih?" tanya Tristan lagi sambil memperhatikan Marco secara detail.
"Not bad." Lama kembali mereka terdiam, hingga Marco menunjuk Diera yang berada disamping Tristan. Tristan sendiri sampai kaget menyadari bahwa Diera masih terus memperhatikan Marco didepannya. Matanya terbelalak bulat dan bibirnya menyunggingkan sebuah senyuman yang belum pernah dilihat Tristan sebelumnya. "You're girl friend?"
Tristan hanya tertawa kecil sambil menarik lengan Diera berhadapan dengan Marco. "Marco, ini Diera. Diera, ini Marco," ujarnya memperkenalkan mereka berdua. "She's my classmet."
"Diera," diulangnya lagi namanya sambil membalas uluran tangan Marco dihadapannya. Setelah lama dekat dengan Tristan, Diera tidak pernah tahu kalau dia memiliki teman sekeren Marco. Kulitnya yang seperti terbakar itu tampak sangat maco. Ditambah lagi dengan timbunan-timbunan otot yang membentuk lengannya.
Dan untuk Diera sangat sulit membayangkan Marco adalah seorang siswa SMA sama sepertinya.
"Sibuk nggak?" tanya Tristan memecah lamunan Diera. "Gabung sama kita aja. Mau makan, nih."
"Kedengarannya menyenangkan."
***
Disalah satu pojokan food court di dalam mall, mereka bertiga duduk sambil menunggu pesanan mereka.berbagai cerita sepanjang perjalanan dua cowok didepan Diera membuat gelak tawa dan juga berbagai ungkapan yang sulit untuk dapat dimengerti oleh Diera.
"Jadi, gimana dengan blue girl?" tanya Marco saat menghabiskan minuman bersodanya.
"Blue girl?" ulang Diera pelan. Tristan menatap Marco tenang dan duduk dengan tegak ditempatnya. Dapat dirasakannya bagaimana Diera sangat ingin tahu tentang 'blue girl' yang sedang menjadi bahan pembicaraan mereka.
Paham dengan perubahan sikap Tristan, Marco melancarkan senyuman maut pada Diera, membuat cewek itu terpana dengan senyumannya dan memerah karena senang. Diteguknya lagi jus alpukat dengan berbagai perasaan campur aduk.
Tidak tahu apa yang terjadi dengan dirinya, Diera jadi salah tingkah dibuatnya. "Sepertinya aku harus ke toilet dulu," ujarnya sambil segera berlalu dari sana.
Melihat Diera telah hilang dari pandangan, Marco merapatkan tangannya diatas meja dan menunggu jawaban Tristan. "Blue girl?" ulang Marco.
"Dia baik." Mata Marco belum lepas menatap teman lamanya itu, dia tahu masih ada yang lain yang akan diucapkan oleh Tristan. "She's singel."
"Keep in singel?" tanya Marco memastikan apa yang baru saja didengarnya.
Tristan hanya menganggukkan kepalanya meyakinkan Marco bahwa yang didengarnya memang benar.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Choise
Teen FictionBagaimana jadinya kalau cewek yang kamu suka adalah cewek yang membuatmu menderita seumur hidup, melupakan jati dirimu, dan berpura-pura menjadi orang lain demi menyenangkan banyak orang?