33

6 0 0
                                    

Bandung, Januari 2009

"Bella!Bella!!! Keluar lu! Bela!!!!" panggil Arlyn sambil menggedor pintu kamar kosBela tanpa ampun. Dia sudah tidak tahan mendengar semua cerita tentang Bela danArvel. Dia sudah cukup mendengar tentang Bela yang tidak benar-benar mencintaiArvel.

"Bela!!!"teriak Arlyn masih dengan mengetuk pintu dengan kasar. Leon yang bersama denganArlyn, mencoba mencegah perlakuan brutal Arlyn ditempat umum seperti ini. Tapisemua usahanya percuma karena cewek didepannya terlampau kesal dan emosi padaBela.

"Bela!!!"teriak Arlyn dengan sekuat tenaga. "Kalau lu nggak keluar dalam hitungan ketiga, pintu kamar lu bakalangue rusak!" ancama Arlyn geram.

"Lyn,Lyn, tenang Lyn. Lu nggak boleh seperti ini," lerai Leon panik. Di tahannyalengan Arlyn dan menjauhkan cewek itu dari depan pintu kamar Bela tapi tetappercuma. "Lyn, ayo pergi!!!"

"1....2...." Arlyn mulai menghitung tanpa mempedulikan panggilan Leon. Tenaganya kinicukup kuat untuk membuat Leon menyerah menahannya dan membiarkannya melakukanapapun kini. "ti..." kaki Arlyn siap digunakan untuk menghancurkan sebuahpintu. "Ga!!!" teriaknya. Sebuah tendangan siap dilayangkan tepat saat pintutersebut dibuka oleh Bela dan membuat Arlyn terjatuh dengan kaki terlentang.

"Arlyn!!"panggil Leon dan membantunya berdiri. Suara tawa yang tertahan terdengar jelasdisekitar mereka. "Lu nggak apa-apa?" tanya Leon.

"He,bocah, ngapain lagi lu ke sini? Belum cukup Arvel marahin lu?"

Arlynberdiri dengan cepat dan menantang Bela yang berdiri dengan sombong didepannya. "Belum! Sampai lu ninggalin abang gue!"

"Apa?Ninggalin Arvel? Ninggalin sumber duit dan kebahagiaan gue? Mimpi lu!"

Tanpabanyak bicara lagi. Dengan semua kekesalannya, Arlyn mengulurkan tangannyadengan geram dan menarik rambut Bela dengan kasar membuat Bela berteriakkesakitan. Dan dengan cepat pertunjukkan jambak-menjambak rambut itu menjadisebuah tontonan seru untuk setiap orang yang melihatnya. Leon yang sudahberusaha melerai mereka tidak cukup kuat menahan amukan kedua cewek tersebut.

"Cewekmurahan lu!!" teriak Arlyn geram.

"Bocahrese!!" jawab Bela tidak mau kalah. Perkelahian sengit itu berlanjut dengantampar-tamparan dan juga pertarungan verbal yang cukup mengerikan. Dengan semuakekuatannya, Arlyn mencoba terus memberikan pukulan dan balasan untuk setiapucapan Bela.

Semuakata-kata yang telah diucapkan Bela tentang Arvel, membuat emosi Arlyn semakinmemuncak dan tanpa sadar tangannya telah melakukan lebih banyak pukulan untukBela.

"Ayoterus-terus!!!" teriak para penonton yang mendukung kedua cewek didepan mereka.

Melihatsituasi yang sudah tidak terkendali Leon mundur ke belakang dan menelepon Edgaryang dianggapnya dapat menolong untuk saat ini.

"Ayo!Terus- terus! Jambak ters! Iya tampar lagi!" teriakan penonton, tidak menjadifaktor perkelahian itu menjadi lebih sengit.

Arlyndan Bela terus mempertahankan diri dan juga keinginan mereka untuk menang.Melihat Bela yang sudah cukup lelah menahan serangan Arlyn, membuat Arlynmelayangkan kembali pukulannya. Dan dengan brutal dia menjambak rambut Belamembuat Bela berteriak dengan sangat kuat.

"Arlyn!!"suara Edgar yang menerobos kerumunan orang itu, tidak membuat Arlyn berhentimelakukan serangan.

Tepatsebelum Arlyn melayangkan pukulannya yang terakhir, Edgar yang diikuti olehLeon berlari mendapati mereka berdua. Edgar menarik Arlyn menjauh dari Bela danmenahannya, dengan melingkarkan lengannya diperut Arlyn. Begitu pula denganLeon yang menahan Bela agar tidak melanjutkan perkelahian mereka.

"Arlyn,lu apa-apaan, sih?!" tegur Edgar keras.

"Apa?Dia yang mulai ! dia yang salah! Dia pantas dapatkan perlakuan itu!" jawabArlyn.

"Bocahsialan! Lu yang mulai!" bantah Bela.

"CUKUP!Diam kalian berdua!" bentak Edgar. Mendengarkan suaranya yang keras, membuatArlyn dan Bela terdiam di tempat mereka masing-masing. Melihat dua cewekdidepannya mulai terdiam, Edgar kembali membentak para penonton. "Bubar lusemua! Ini bukan tontonan!"

"Huuuu...nggak seru!!!" ucap mereka penuh kekecewaan sambil berlalu dari hadapan mereka.

Edgardan Leon melepaskan pegangan mereka pada dua cewek itu saat semua orang telahpergi meninggalkan mereka.

"Kalianberdua seperti anak kecil, tau nggak! Ngapain harus berantem seperti itu?!"tegur Edgar kesal.

"He,Gar, pertanyaan itu seharusnya lu ajuin sama bocah satu ini. Dia yang mulai,datang-datang ke rumah orang sambil marah-marah! Nggak pernah diajarin sopansantun ya, lu!" bentak Bela.

"Diamlu! Lu yang gg sopan!" bentak Arlyn tidak mau kalah.

"Stop!"Edgar mulai menengahi perkelahian yang hampir kembali terjadi. Tanpa banyakbicara Edgar menarik tangan Arlyn membawanya pulang dan menjauhi Bela.

"Lunggak pulang, ha?!" tanya Bela pada Leon.

"Inijuga gue mau pergi! Malas banget sama cewek gila kayak lu!" ucap Leon sambilberlari meninggalkan Bela yang menatapnya dengan kesal.

***

MobilEdgar berhenti tepat didepan rumah Arlyn. tanpa pembicaraan di dalam mobilmembuat Arlyn enggan mengucapkan salam perpisahan pada Edgar.

"Arlyn,"panggil Edgar begitu Arlyn hendak membuka pintu gerbang rumahnya. Arlyn berdirimenunggu Edgar berdiri dihadapannya.

"Lyn,bukannya gue nggak mau percaya sama lu dan ngedukung lu, tapi sikap lu tadimenurut gue itu salah."

"Salah?"Arlyn menatap mata Edgar dengan kesal. "Ka, dengerin ya. Kalau bukan karenaBela itu cewek yang jahat, gue pasti nggak bakalan mengacau seperti itu! Diaudah mempermainkan Arvel! Lu masih mau membela dia, iya?" tanyanya kesal.

"Lyn,gue nggak belain Bela," jawab Edgar tetap tenang. "Tapi..."

"Tapi,gue yang salah, iya, kan?" bentak Arlyn lagi. "Gue tahu Arvel emang sahabat lu,tapi Arvel itu abang gue! Gue nggak mungkin bisa ngeliat abang gue dimaininseorang Bela begitu aja!"

"Lyn,lu pikir hanya lu yang peduli sama Arvel? Lu pikir gue, Leon dan Fian nggakpeduli sama Arvel? Iya?"

Arlynterdiam mendengarkan setiap kalimat Edgar. Tidak dapat lagi melawan ucapanEdgar.

"Lusalah. Lu pikir kita nggak pernah ngomong sama Arvel tentang Bela? Lu pikirkita tetap cuek ngeliat dia dimainin sama Bela? Nggak, Lyn. Kita juga marah,kita juga kesal. Kita udah berusaha nyadari Arvel, tapi tetap aja. Dia nggakmau dengerin kita semua."

"Teruskalian nyerah? Gue juga harus nyerah? Iya? Biarin sampai Bela puas dulu danArvel sadar? Begitu, kan?"

"Lyn,gue nggak mau kalau kita semua nyerah. Tapi kita juga harus tetap sabar sampaiArvel tau semuanya."

"Sampaikapan?" suara Arlyn yang bergetar karena tangis meluluhkan hati Edgarmembuatnya tidak sampai hati membiarkan Arlyn menangis karena hal seperti ini."Gue hanya pengen dia putus dengan Bela dan nyari cewek yang lebih baik dariBela," ucap Arlyn terputus-putus. Dan kini semua air matanya tumpah ruah tidaksanggup ditahan lagi.

Tanpamembalas ucapan Arlyn lagi, Edgar menarik pundak Arlyn dekat dengannya danmembiarkan Arlyn menangis sepuasnya disana. Saat ini Edgar dapat merasakanbagaimana lelahnya Arlyn menghadapi hal seperti ini. Tanpa banyak bicara lagiArlyn menumpahkan semua kesedihannya pada Edgar.

Dengan sabar Edgar menemani Arlyn yang masih sedih danmenepuk kepala Arlyn dengan sayang.

No ChoiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang