And in another life
I would be your girl
We keep all our promises
Be us against the world
And in another life
I would make you stay
So I don't have to say
You were the one that got away
The one that got away
Aku lulus!!
Entah kata-kata apa lagi yang dapat kugambarkan mewakili perasaanku sekarang.
Aku sedari tadi hanya berjalan kesana kemari dengan pakaian toga dan menyapa semua teman-temanku. Aku pasti merindukan mereka.
Nyatanya aku sendirian kali ini, aku bukan sebatang kara di dunia ini. Tapi ibuku yang hanya seorang diri mengatakan tak bisa datang karena kondisinya memang sedang sakit. Aku memaklumi itu, toh aku akan tetap diwisuda dengan nilai terbaik satu sekolah ini walaupun aku berjalan seorang diri.
Sudah ada beberapa rumah mode yang menginginkan aku menjadi desaigner disana. Ada tawaran bekerja di USA, London, Sydney, dan banyak lagi dari seluruh dunia. Tapi impianku hanya satu, pulang ke Indonesia.
Aku sangat merindukan negara asalku dan keluargaku disana. Hatiku menjadi tak menentu. Aku merasa itu adalah efek dari pertemuanku, Delaney, dan kamu beberapa yang bulan.
Sejak malam itu Delaney bersungguh-sungguh dengan perkataannya. Ia terus mengirimimu pesan. Aku tau hal itu, karena sering Delaney menitipkan ponselnya padaku. Maaf bukannya aku lancang, tapi rasa penasaran ini seolah mendikteku untuk melakukan hal-hal diluar batas. Termasuk membohongi Delaney tentang apa yang kukatakan tentangmu.
Kukira seorang Delaney akan mengaku padamu siapa dirinya sebenarnya saat pertama kali ia mengirim pesan. Tapi ternyata aku salah, seorang Delaney juga sama sepertiku. Ia memilih bungkam dan tak menunjukkan identitas aslinya.
Aku tak tau apa alasannya melakukan hal itu. Dan kuyakin kau pasti bertanya-tanya siapakah kedua gadis yang mengirimimu pesan lewat email dan nomor telepon secara rahasia selama ini.
Mungkin jika dibandingkan, aku lebih sering mengirimimu pesan daripada Delaneey. Tak jarang aku juga yang membalas beberapa pesanmu yang belum dijawab oleh Delaney lewat ponselnya.
Delaney membiarkan saja, karena ia memang mengira aku tak tau semuanya.
Aku merasa berdosa, sungguh. Delaney sangatlah baik kepadaku dan lihatlah apa yang aku lakukan saat ini padanya..
Ah iya! Berbicara tentang Delaney akhirnya aku menemukannya!
Aku melihat Delaney berdiri bersama kedua orang tuanya berfoto bersama dengan senyum yang, hmm terpaksa?
"Once again." pinta ayah Delaney pada si tukang foto.
Kulihat mereka bertiga—Delaney dan kedua orang tuanya— berpose lagi.
"Thank you, sir." ibu Delaney menerima kamera yang tadi dipegang oleh tukang foto.
"Hi!" aku mendekat ke arah mereka, menyapa, mencoba akrab.
"Hi! Congratulation, sweety. Kamu bisa lulus dengan nilai terbaik." ibu Delaney memelukku setelah mengucapkan kata selamat.
"Thank you mam. Aku pasti merindukan kalian semua." balasku memeluknya.
"Jadi benar jika kamu akan pergi dari Paris?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BEAUTIFUL MASK
RomanceCan you see a beautiful lie? * I'm happy for you.. Kebahagiaan adalah hak semua orang, termasuk Claresta. Sayangnya beberapa pilihan bodoh telah membutakan matanya.