Dengan langkah yang terburu-buru Claresta berlari membuka pintu ruangan itu dan menatap nanar kedua orang yang sedang berdiri berhadapan.
"Mencari Claresta ya?" Delaney dengan senyum yang mengembang sempurna bertanya pada Aldrich.
Claresta menutup matanya. Mencoba mengambil ketenangan sejenak sebelum ia bisa terpelanting jatuh akibat terbongkarnya rahasia yang selama ini ia sembunyikan rapat-rapat.
Rasanya melihat Aldrich dan Delaney berhadapan membuat rasa takut di hatinya.
Takut jika Delaney membongkar semuanya.
Takut jika saja Delaney masih mencintai Aldrich.
Takut jika Aldrich marah kepadanya.
Takut jika Aldrich membencinya.
Dan takut, jika Aldrich akan meninggalkannya.
"Clar." Claresta merasakan tubuhnya terguncang.
Claresta membuka matanya dan melihat tangan Delaney menyentuh lengannya.
"Kau tertidur?" tanya Delaney dengan suara lembutnya.
"Kau terlihat sangat lelah. Pulanglah, Clar. Kurasa Aldrich menjemputmu."
Mata Claresta dan Delaney saling bertatapan. Seolah mata mereka berusaha mencari sosok manusia seperti apa yang berdiri di hadapannya.
Penuh kepalsuan. Claresta mencebik tak suka.
Jika memang kebaikan yang Delaney tampilkan ini hanyalah sebuah akting semata. Tolong hapuskan drama dalam hidup Claresta. Agar tak satu orangpun yang dapat berakting belaka dalam kehidupannya.
Penuh kepalsuan. Batin Delaney kembali meradang melihat Claresta yang selalu terdiam dan menatap ke dalam matanya.
Sesungguhnya Delaney membenci jika harus bertatapan dengan pemilik mata coklat ini.
Kenapa Claresta hanya terdiam? Tidakkah dia menganggap Delaney ada? Tidakkah dia berpikir bahwa setelah kepergiannya satu tahun yang lalu Delaney sangat butuh penjelasannya?
"Kau sakit?" tanya Aldrich berjalan mendekat ke arah Claresta dan dengan lembut meletakkan tangannya ke atas pundak kekasihnya.
Sial! Singkirkan tanganmu itu, Al! Atau aku akan tercabik. Claresta meneguk ludahnya susah payah saat melihat tangan Aldrich bersandar dengan nyaman di pundaknya.
Tahan. Atau dia pasti kucabik. Batin Delaney memerintah logikanya untuk tidak mendekat ke arah Claresta dan Aldrich yang sedang tak tahu diri memamerkan kemesraan mereka.
Claresta mengurungkan niatnya untuk memindahkan tangan Aldrich. Dia hanya mengangguk sekenanya.
Aldrich hanya menaikkan alisnya tanda tak setuju dengan anggukan Claresta yang mengatakan wanita itu baik-baik saja.
Mata Aldrich lalu naik memandang wanita lain yang berdiri di depannya.
Wanita yang Aldrich hapal betul wajahnya. Seolah begitu sering ia melihat wanita ini. Tapi dimana?
"Bukankah kau teman Roxie?" tanya Aldrich yang pada akhirnya ingat jika wajah wanita di depannya ini pernah terpasang di pigura foto yang diletakkan Roxie di meja belajarnya.
Delaney kembali mengangkat wajahnya tinggi-tinggi karena ia merasa Aldrich sudah kembali mengenalinya.
"Iya, teman Roxie yang tak salah pernah bertemu denganmu juga di birthday party Irene."
Claresta menahan rasa ingin taunya ketika mendengar kenyataan bahwa Aldrich dan Delaney pernah bertemu sebelumnya.
"Oh iya, aku ingat. Bukannya kau bersekolah di IFA, sama denganmu kan?" tanya Aldrich yang kali ini meminta perhatian pada Claresta.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEAUTIFUL MASK
RomanceCan you see a beautiful lie? * I'm happy for you.. Kebahagiaan adalah hak semua orang, termasuk Claresta. Sayangnya beberapa pilihan bodoh telah membutakan matanya.