Ingin Claresta mengumpat karena ternyata waktu 3 hari berjalan dengan begitu cepat.
Sesuai perjanjian, bukan kantor Pak Gunawan tempat mereka akan bertemu. Tetapi di rumah mode Claresta.
Claresta yang sejak tadi berjalan mendahului Kerin di belakangnya segera membuka pintu ruang privat yang biasa digunakan untuk menerima tamu terlebih dahulu.
Terlihat Bu Aini sudah berada di dalam ruangan itu dan juga tak lupa Delaney si super-model-yang-sialan-harus-berjumpa-lagi-dengannya dan juga asisten Delaney yang kemarin mengenalkan dirinya sebagai Barbara.
Mata Delaney bertemu dengan mata Claresta yang memandangnya dengan gelisah.
"Hai!" sapa Delaney berusaha akrab.
Claresta hanya tersenyum tipis dan mengangguk, enggan menjawab karena bibirnya terlalu kaku untuk membalas sapaan dari sahabatnya entah untuk hari ini atau satu tahun yang lalu.
"Bisa kita mulai sekarang?" tanya Claresta enggan berbasa-basi lagi.
Bu Aini segera mengangguk dan mengeluarkan tujuh potong gaun.
Claresta lebih memilih untuk ikut mengukur pakaian Delaney, dengan begitu ia bisa sibuk dan tanpa perlu repot-repot harus bertatapan Delaney.
Waktu tiga jam sudah habis Claresta lakukan untuk pekerjaannya.
Delaney sudah selesai mengganti gaun berwarna ungu yang terakhir ia coba dengan pakaian santai blouse berwarna tosca dan celana jeans berwarna abu-abunya.
Bu Aini pamit terlebih dahulu dan segera melesat pergi membawa pakaian yang akan dijahit ulang sesuai dengan ukuran badan Delaney yang ia catat tadi.
"Apa mobil jemputan kalian belum datang?" tanya Kerin kepada Barbara dan Delaney.
"Belum." jawab Delaney cepat ketika Barbara akan membuka mulutnya.
"Baiklah, aku akan mengambilkan jus jeruk untuk kalian semua. Bu Claresta mau?" tanya Kerin lagi.
Sial. Batin Claresta meradang. Apa maksud Kerin kali ini adalah meninggalkannya sendirian dengan Delaney dan asistennya dalam satu ruangan yang sama?
"Baik akan saya ambilkan juga." putus Kerin pada akhirnya ketika dirasa Claresta tak juga menjawab. "Saya permisi dulu."
"Barbara sepertinya juga ingin keluar bukan?" tanya Delaney sambil tersenyum memandang Barbara.
Barbara yang mengerti perintah bosnya itu hanya mengangguk dan menurut, "Iya, iya. Aku sepertinya ada perlu sebentar." kata Barbara dengan nada yang lambat, seperti sengaja mencari sebuah alasan.
Delaney tersenyum senang memandang asistennya yang begitu peka terhadap perintah tanpa kata yang baru saja ia lakukan.
Barbara dan Kerin berjalan hendak keluar dari pintu sebelum Claresta berteriak kesal, "Kerin!"
Kerin menghentikan langkah dan memutar tubuhnya agar dapat melihat bosnya yang terlihat sedang menahan amarah sekarang.
"Ada apa Bu?"
Cih, sok polos. Ingin sekali Claresta mengomeli sekretarisnya itu sekarang juga karena niat baik gadis itu untuk mengambilkan minuman akan menjadi malapetaka bagi Claresta yang akan ditinggalkan satu ruangan hanya dengan Delaney saja.
"Tolong beri sedikit es untuk jus jerukku." shit, kenapa harus ini yang kukatakan?
Terdengar Delaney terkikik kecil. Dia pasti tau jika sebenarnya Claresta sedang gugup.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEAUTIFUL MASK
RomanceCan you see a beautiful lie? * I'm happy for you.. Kebahagiaan adalah hak semua orang, termasuk Claresta. Sayangnya beberapa pilihan bodoh telah membutakan matanya.