part 46

2.3K 188 7
                                    

Stay safe yaa semuanya dimanapun kalian berada
Jaga kesehatan, jangan lupa cuci tangan dan jangan keluar kalo ga perlu2 bgt
Semoga Tuhan selalu melindungi kita semua, aamiin..
 
    
  
   
  
  
  
  
 
-------------
 
 
 
 
 
Tiga hari kemudian..

   
 
 
 
Delaney melangkah dengan penuh percaya diri memasuki lobi utama. Kaki jenjangnya yang kali ini beralaskan ankle strap heels berwarna putih membuat irama ketukannya dapat menjadi pusat perhatian semua orang di sana.

Suasana riuh yang sebelumnya terjadi di lobi akibat banyaknya manusia lalu lalang seketika terhenti. Para satpam yang menjaga lobi utama dan resepsionis yang berada di jajaran meja depan seketika berdiri dan menundukkan kepalanya tanda hormat.

Delaney langsung masuk menuju lift khusus yang berada di lorong paling kiri. Setelah pintu lift tertutup rapat, Delaney memencet angka 15. Dari kaca lift Delaney bercermin, tampilan yang sempurna tetapi mengapa masih ada sebagian dari dalam dirinya yang masih berkecil hati untuk niatnya hari ini? Padahal mati-matian dia menyiapkan tekad, mental, dan perkataan yang tepat untuk menggambarkan kondisinya sekarang dengan sangat baik.

Delaney menghembuskan napas dan menata kembali lekuk bajunya sebelum dia keluar dari lift yang sudah berhenti di tempat tujuannya.

"Ibu.." Ucapan menggantung dan kesan tidak percaya dari Serena yang sudah ia kenal selama satu tahun inilah yang pertama ia dapatkan.

Delaney hanya balas mengangguk dan tanpa mengatakan apapun dia maju ke arah pintu yang di depannya bertuliskan Chief Executive Officer. Tanpa mengetuknya terlebih dahulu, Delaney mendorong kenop pintu untuk membukanya. Dari daun pintu, dia dapat melihat lelaki itu duduk di singgasana kebesarannya dan masih fokus dengan tumpukan berkas dan komputer di depannya.

"Serena.. Kamu tahu kan pentingnya mengetuk pintu terlebih dahulu?" Tanya Daniel setengah mendesis. Dilepaskan kaca mata bacanya sebelum mendongak dan menemukan seorang wanita cantik yang tidak pernah ia kira akan sudi untuk datang ke kantornya.

"Serena tahu." Jawab Delaney sambil menutup pintu di belakangnya. "Tapi sayangnya aku bukan Serena."

Daniel berdiri dari duduknya, tidak peduli akan deadline yang harus ia selesaikan sebelum jam makan siang nanti, rasa penasarannya tidak dapat menunggu lebih lama lagi.

"Del.." Daniel tidak dapat mengatakan apapun kala melihat wajah cantik itu. "Apa kamu menginginkan sesuatu?" Tawarnya dengan sangat hati-hati. Ada rasa takut yang datang saat menebak hal apa yang membuat Delaney datang. Saat mereka dalam status suami istri dulu bahkan Delaney tidak mau tahu tentang pekerjaannya. Dalam selang waktu satu tahun, wanita itu hanya datang satu kali itupun untuk menunggunya di dalam mobil. Hati Daniel seketika menghangat, apakah kabar baik yang akan diterimanya?

Namun bagaimana jika yang di dengar malah sebaliknya?

"Aku ingin mengurus sendiri perceraian kita. Berikan semua berkasnya padaku." Kata Delaney dengan tatapan tajam.

Daniel terkejut dengan apa yang wanita ini katakan. Hancur sudah semua harapan baik yang sempat tumbuh dalam benaknya.

Sungguh tega, istrinya ini tetap sama sekali tidak tersentuh setelah pengakuan penuh air mata yang terjadi beberapa waktu lalu.

Daniel meninggalkan Delaney dengan janji bahwa dia akan melepaskannya sebenarnya bukanlah hal yang ia harapkan, bahkan saat pesawat yang ia tumpangi telah mendarat di kota ini pun Daniel masih berharap bahwa Delaney akan datang dan kembali padanya. Namun setelah penantian berminggu-minggu, ternyata inilah yang ia dapatkan, Daniel harus menerima semua ini. Daniel harus pasrah dengan kekalahannya.

BEAUTIFUL MASKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang