part 40

2.6K 234 8
                                    

Pada deringan ketiga setelah beberapa panggilan darinya sengaja ia lewatkan, akhirnya Aldrich menyerah.

"Al, lama sekali." adalah gerutuan yang pertama ia dengar dari Delaney.

"Maaf aku sedang ada urusan penting, Del."

"Al bisakah kamu menjemputku?" tanya Delaney tegas yang terdengar seperti sebuah perintah.

"Kenapa harus?" tanya Aldrich balik.

"Nanti kamu akan menyesal kalau tidak menjemputku." kata Delaney, rasa penasaran menyambut hati Aldrich.

"Menyesal untuk?"

"Al kamu sangat cerewet malam ini. Kemarilah, ku mohon."

"Del, ada sesuatu penting yang ingin ku tanyakan padamu."

"Aku akan menjawab jika kamu ke sini Al. Just one night, please."

"Ya." tanpa salam perpisahan, Aldrich mematikan sambungan teleponnya.

*

"Makan Del?" ajak Claresta saat melihat Delaney sudah masuk ke ruang makan rumahnya. Selanjutnya, ibu Claresta datang dari dapur sambil membawa satu mangkok kaca ayam rica-rica.

"Ayo makan. Delaney pasti suka." ajak ibu Claresta pula.

Tanpa suara mereka bertiga makan bersama-sama. Setelah makannya habis, seperti biasa, ibu membuka obrolan terlebih dahulu. "Senang di Bali, Del?"

"Ya, Bu. Sangat senang, Bali sangat indah."

"Ada lagi yang lebih indah di pulau sebelah. Pernah mendengar Pulau Lombok? Labuan Bajo? Atau Raja Ampat." tanya ibu.

Delaney menggeleng, "Ini pertama kalinya ke Indonesia, baru Jakarta dan Bali."

"Sama dong seperti Claresta. Belum pernah ke sana juga dia."

Claresta berpura-pura merengut, "Memang ibu pernah?"

"Jangan salah, Clar. Ibu dulu sering berjalan-jalan dengan ayahmu."

"Berlibur dengan orang yang kita cintai. Jangankan berlibur, berdua saja berjalan jauh tanpa tujuan sudah sangat menyenangkan rasanya. Tak akan terasa pegal atau kebas kaki kita. Tak akan terasa kelu bibir kita walau digunakan untuk bercerita seharian."

Delaney tersenyum sopan, "Aku juga ingin merasakannya, Bu." Tidak berbohong dalam hatinya Delaney juga menginginkan berlibur bersama orang yang ia cinta.

"Oh harus itu!" seru ibu. "Kalian berdua juga harus merasakannya. Kalau perlu sekalian bersama-sama dengan pasangan kalian."

"Tidak tidak." kata Claresta menyela. "Aku dengan ibu saja."

"Dasar anak ibu."

"Lagipula Delaney tidak akan lama di Indonesia. Benar kan Del?"

Delaney mengangguk membenarkan perkataan Claresta.

"Oh iya, kapan Delaney akan kembali? Kenapa terburu-buru?" tanya ibu.

"Saya sudah lama di Jakarta, Bu."

"Ada urusan pekerjaan ya Del?"

"Tidak." Delaney menggeleng, "Urusan hati Bu." jawab Delaney mantab. Entah mengapa Delaney mengatakan hal itu, bibirnya seolah bergerak di luar nalarnya sendiri.

BEAUTIFUL MASKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang