part 8

2.6K 208 5
                                    

Claresta tersenyum memandang dirinya dalam pantulan cermin. Sangat cantik. Gaun selutut berwarna merah yang ia pakai sangat kontras dengan kulit putihnya.

Menawan. Satu kata yang terlintas di pikirannya. Claresta sangat bangga melihat hasil karyanya.

"Jadi kau yang membuat semua gaun ini?"

"Hanya gaun untuk bridesmaid dan setelan untuk groomsmen." Claresta tersenyum saat mengatakan hal itu kepada Rheana, sepupu Delaney yang juga ditugaskan menjadi bridesmaid sama seperti dirinya.

Rheana tampak anggun dengan gaun selutut yang memiliki model yang berbeda dengan yang Claresta kenakan. Ia memang sengaja membuat model yang berbeda di setiap gaunnya agar tidak terkesan monoton.

"Gaunnya benar-benar indah. Hmm, jika kamu benar Claresta berarti kamulah yang dipanggil Delaney untuk segera ke ruang riasnya." kata Rheana menyampaikan pesan untuk Claresta.

Ah iya! Hampir Claresta lupa dengan sahabatnya itu.

"Terima kasih. Aku permisi." kata Claresta sopan dan keluar dari ruang tunggu untuk para bridesmaid dan groomsmen.

Saat Claresta keluar, segala hal di gedung besar ini sudah ditata sedemikian rupa dengan tema red and gold sesuai yang kedua pengantin pilih.

Ralat, bukan dua pengantin. Melainkan keluarga kedua mempelai. Karena Daniel yang menyerahkan segalanya sesuai dengan yang diinginkan Delaney tapi Delaney tetap tidak mau memilih. Di depan Claresta ia berkata, untuk apa aku memilih tema pernikahan? Itu bukan pernikahanku!

Mengingat sahabatnya membuatnya menggeleng-gelengkan kepala. Belum ada kabar terbaru lagi dari Delaney perihal rencana kaburnya dengan Aldrich. Dan lelaki itupun sama, bahkan sudah satu minggu lamanya Claresta dan Aldrich tak berkirim pesan lagi.

Mungkin lelaki itu sedang menyiapkan rencana kaburnya, pikir Claresta. Toh ia dapat memanfaatkan waktu itu untuk kesibukannya menata berbagai perlengkapan pulang ke negara kelahirannya.

Tekad Claresta sudah bulat. Ia akan memulai kehidupan barunya disana. Atau jika ia ingin pindah, mungkin Singapura adalah negara tujuan kedua setelah Indonesia.

Tapi sebelumnya ia harus pulang, ia ingin melihat bagaimana rumahnya dulu, ia ingin bertemu dengan keluarganya. Dan ia ingin mendapatkan ketenangannya terlebih dulu. Sejenak, sebelum akhirnya ia akan siap lagi menapaki jalan baru untuknya.

Claresta sampai di depan pintu besar yang ia yakini sebagai ruang rias pengantin. Pintu terbuka tiba-tiba sebelum Claresta membukanya.

"Tante?" sapa Claresta dengan bingung melihat ibu Delaney yang keluar dengan wajah yang muram dan nampak sedang menahan amarah.

"Tolong kamu bicara dengan Delaney. Dia benar-benar-" ibu Delaney menghentikan kata-katanya dan menarik napas panjang.

"Tante gak tau apa yang sedang ada dipikirannya sekarang."

Claresta yang bingung hanya bisa terdiam menatap ibu Delaney.

"Dia bilang dia gak cinta sama Daniel. Dia bilang dia mau pernikahan ini batal. Apa maunya anak itu?"

Oh, Claresta tau sekarang duduk permasalahannya.

"Tante bisa menyiapkan yang lain. Dan aku akan berbicara dengan Delaney." kata Claresta yang sebenarnya ingin berbicara empat mata dengan sahabatnya itu.

"Tolong Clar. Beritau Delaney, ini bukan hanya acara untuk dirinya sendiri. Ini adalah acara keluarga juga. Tolong yakinkan dia untuk tidak berbuat macam-macam."

BEAUTIFUL MASKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang