part 4

4.5K 341 3
                                    

Mobil hitam yang dinaiki sepasang kekasih itu memasuki pelataran rumah mewah berpagar tinggi.

Claresta dan Aldrich keluar dari mobil saling bergandeng tangan mesra memasuki rumah.

Tante Kenita, Ibu Aldrich menyambut mereka di ruang makan.

"Halo sayang.." sapa wanita yang wajahnya mulai menunjukkan kerutan karena sudah menua. Tapi Tante Nita tetap saja terlihat cantik dan memiliki sinar keibuan.

"Halo Tante." Claresta melepas genggaman tangan Aldrich dan pergi memeluk Tante Nita.

"Lama gak kesini Clar tante kangen."

"Kerjaan lagi numpuk Te. Aku juga kangen banget sama tante."

"Sama anaknya Tante Nita kangen gak?" tanya Aldrich ikut bersuara.

Claresta mencebik, "Enggak, udah bosen."

"Di depan mama aja malu-malu bilangnya gitu." tanpa sungkan, Aldirch menunduk dan mencium pipi Claresta di depan ibunya sendiri. Membuat rona merah keluar menghiasi pipi Claresta.

"Mama gak tau apa yang bakal terjadi bulan depan kalau sekarang aja Al udah berani cium-cium sembarangan." goda tante Nita.

Al meletakkan tangannya di pundak Claresta dan segera ditepis oleh wanita itu. Claresta malu luar biasa, dasar Al udah gak waras!

"Tante, hari ini masak apa? Aku bantuin ya?" tawar Claresta berjalan ke arah tante Nita, sengaja menjauh dari Aldrich.

"Sudah kita langsung ke meja makan aja. Makanannya udah siap."

*****

"Kamu serius?" adalah dua kata yang dikeluarkan om Dion ketika mendengar anaknya selesai berbicara menyampaikan maksudnya.

Aldrich mengangguk, "Aku kenal cukup lama dengan Claresta. Kami sama-sama cinta. Jadi, alasan apa lagi yang bisa menghambat keinginanku untuk menikahinya?"

Claresta menundukkan kepalanya dalam-dalam. Mengigit bibirnya sendiri berusaha untuk meredam teriakan atas keterkejutannya malam ini.

Tuhan dan para malaikat di surga sepertinya sedang menebarkan suasana cinta pada Claresta dan Aldrich.

Claresta tak menyangka jika malam ini Aldrich melamarnya di depan kedua orang tua lelaki itu terlebih dahulu. Mencari restu sebelum Aldrich melamar wanita yang dicintainya di depan kedua orang tua wanita itu sendiri.

"Papa setuju. Papa hanya meminta kamu siap dengan semua kehidupan barumu nantinya. Harus bisa bertanggung jawab penuh karena kamu akan membawa wanita dari keluarga orang lain untuk hidup bersamamu." Claresta menatap ke arah om Dion yang sekarang benar-benar dalam mode papa-bijaknya.

"Kejutan yang kamu katakan malam ini membuat mama sungguh bahagia." tante Nita menghapus beberapa air mata yang menetes di pipinya.

"Kamu adalah anak yang tak pernah mengecewakan hati mama. Mama yakin kamu juga tak akan mengecewakan hati wanita lain. Jika kamu merasa ini memang saatnya. Menikahlah kalian berdua. Berjanjilah kepada Tuhan jika memang kalian akan saling mencintai dan akan selalu bersama."

Apa Claresta tak salah dengar? Kedua orang tua lelaki yang amat sangat dicintainya malam ini memberikan restu mereka? Oh Tuhan.. Kenikmatan apalagi dariMu yang tak mungkin aku dustakan?

"Aku mencintainya. Benar-benar mencintainya." Aldrich menggenggam tangan Claresta, membungkus dengan tangan besarnya dan menatap ke dalam manik mata wanita di sampingnya.

"Sebelum aku berjanji pada Tuhan. Aku akan berjanji pada kalian berdua terlebih dahulu. Aku, Aldrich Morloon mencintai dengan sepenuh hati Claresta Farren." Aldrich menunduk dan mencium punggung tangan Claresta yang berada dalam genggamannya.

Claresta meneteskan air matanya, tak kuasa melihat pemandangan indah ini.

"Jadi berikan kami kabar baik dari kedua orang tuamu secepatnya, calon menantuku." mata Claresta beralih menatap tante Nita dan mengangguk dengan semangat sebagai jawaban dari calon ibu mertuanya itu.

"Sekolah di Paris membawamu banyak keberuntungan bukan?" tanya om Dion.

"Aku mendapatkan pendidikan terbaik, koneksi bisnis yang sangat besar, dan aku menemukan cintaku disana." jawab Aldrich.

Tubuh Claresta menegang. Tidak! Tolong jangan ingatkan lagi tentang Paris padanya. Apalagi di depan Aldrich dan kedua orang tua lelaki itu sekarang.

"Jadi berapa lama kalian menjalin hubungan?"

"Aku dan Claresta sudah mengenal lama. Sebelum aku lulus. Dia adalah pengagum rahasiaku." Aldrich tanpa sungkan membeberkan rahasia awal mereka saling mengenal.

Claresta ingat tentang pengagum rahasia. Dia memang pengagum rahasia Aldrich, satu-satunya cinta dalam hatinya sudah terpaut untuk lelaki yang bahkan saat itu belum mengenalnya.

"Bukan, maksud mama sejak kapan kalian berpacaran?"

Claresta dan Aldrich sama-sama terdiam. Mereka sering mengatakan bahwa mereka berada dalam status pacaran tanpa tahu tanggal berapa hari jadi hubungan mereka. Entah, mereka seolah-olah membangun komitmen saat pertama kali bertemu. Ah iya! Saat pertama kali bertemu.

"Hm.. Mungkin sejak setahun yang lalu. Saat Claresta menemuiku di bandara waktu itu dan mau pulang ke Indonesia bersamaku."

Tubuh Claresta rasanya semakin terpaku di tempat ia duduk. Tangan yang berada dalam genggaman Aldrich berangssur melemas. Tatapan matanya tiba-tiba menerawang kembali pada hari itu.

Hari yang sama dengan pernikahan Delaney, sahabatnya.

BEAUTIFUL MASKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang