part 45

2.7K 210 8
                                    

"Lalu apa yang akan terjadi pada akhirnya Del?" Tanya Barbara sambil meniru Delaney yang memandang jauh ke depan.

Terima kasih pada kaca mata hitam yang Delaney kenakan karena benda itu benar-benar melindungi pandangannya dari sengatan sinar matahari siang ini.

"Semua akan bahagia pada akhirnya." Delaney meneguk hingga tandas minuman kaleng bersoda.

"Kamu juga?" Tanya Barbara sedikit tidak yakin. "Tanpa Aldrich?"

Delaney yang masih fokus dengan kaleng kosong ditangannya mengangguk. "Bukankah kita akan selalu berakhir dengan orang yang tepat?" Tanya Delaney balik.

Barbara menggeleng, "Bukan begitu, maksudku kamu melepaskan Aldrich yang kamu rebut susah payah untuk kembali bersama Claresta?"

Delaney mengangguk lalu menggeleng, "Kamu belum paham maksudku Barbara." Delaney menoleh dan memusatkan pandangannya pada Barbara. "Jika setiap orang akan berakhir dengan orang yang tepat, dan Aldrich tidak berakhir denganku maka akupun bukan orang yang tepat untuknya." Delaney mengelus pundak Barbara. "Well.. Salahkan aku yang membawa topik berat seperti ini untuk kamu cerna. Enough, kita masih banyak urusan." Delaney mengakhiri percakapannya dengan berjalan lebih dulu, meninggalkan Barbara yang masih mematung di tempat sambil menghisap ujung kukunya.
 
  
  
  
*

"Maaf?" Claresta menyela setelah akhirnya ia dapat menguasai dirinya sendiri. Pandangannya ia alihkan pada nampan di atas nakas sembari tangannya dengan cekatan membawa segelas susu mendekat ke arah bibirnya. Sebagai pengalihan, Claresta meminum susu vanilla beberapa teguk. Syukurlah Aldrich tetap diam tak bersuara karena jelas itu akan mengganggu fokus Claresta.

"Mungkin aku lelah hingga membayangkan yang tidak-tidak." Kata Claresta, ia mengambil setangkup roti dan dengan cepat ia memakannya.

"Tidak Clar." Aldrich maju selangkah mendekat ke arah ranjang. "A-aku.. aku" Sialan, Aldrich menjadi gagu.

"Tolong Al." Claresta memotong ucapan Aldrich. "Kamu sudah punya Delaney yang mencintaimu, kalian bahagia aku yakin itu. Tolong jangan mengatakan hal yang tidak pantas untukku."

"Bagaimana jika aku dan Delaney tidak bahagia?"

"Kamu tidak melihat senyumannya, tawanya, kamu tidak bisa merasakan betapa senangnya dia saat bersama denganmu? Sungguh?"

"Bahagia bukan hanya sekedar senyuman dan tawa kan Clar?"

"Aku telah melihat semuanya Al."

"Kami tidak saling mencintai."

"Omong kosong!" Hardik Claresta dengan berani. Sungguh Claresta tidak ingin mempercayai apa yang dikatakan lelaki ini, rasanya sangat berbanding terbalik dengan apa yang ia lihat tadi pagi. Mereka berdua bahkan berpelukan ya Tuhan..

"Astagaa.. Apa perlu aku menelpon Delaney sekarang di depanmu untuk mendengar pengakuannya secara langsung?" Dengan cepat Aldrich merogoh seluruh kantung saku pakaiannya dan menemukan benda pipih itu di salah satunya.

"Tunggu.." Claresta menghentikan gerakan tangan Aldrich, takut jika apa yang dilakukan lelaki ini adalah tindakan buru-buru tanpa pikir panjang seperti yang pernah terjadi padanya waktu itu. Dia tidak mau Delaney merasakan sakit seperti yang ia rasa.

"Kami berdua memutuskan untuk menyelesaikan semuanya." Kata Aldrich sambil duduk di pinggir ranjang.

"Hubungan kalian?"

"Tidak ada hubungan, aku dan Delaney sama sama menyadari bahwa yang beberapa minggu ini kita jalani hanya sebuah kepura-puraan."

Claresta menggeleng lalu tertawa, tidak mungkin. Ya Tuhan perlukah hal ini terus ia ulang-ulang bahwa mereka tadi sempat berpelukan.

BEAUTIFUL MASKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang