Tiga hari sebelumnya...
Delaney berlari ke arah Aldrich dan Claresta yang berada di restaurant hotel milik Billy malam ini. "So happy to meet you guys as a couple." Kata Delaney sembari memeluk Claresta erat-erat.
Claresta tampak menikmati pelukan hangat sahabatnya. "Do you mind it?" Tanyanya penuh hati-hati.
Delaney melepas pelukannya dan menatap Claresta dalam-dalam. "Clar, do you happy right now?"
Claresta yang diberi pertanyaan bukannya menjawab malah melirik Aldrich di sebelahnya yang terlihat santai tengah menyantap steaknya. Aldrich yang merasa tengah dipandang membalas Claresta dengan mengangkat bahu acuh dan tetap mengunyah daging di dalam mulutnya.
"Claresta.." Delaney mencoba mengambil fokus Claresta lagi. Melihat Claresta yang segan untuk menjawab maka Delaney melanjutkan perkataannya. "Jika kamu tidak bahagia, aku sangat keberatan. Lebih baik kamu mencari pria lain yang bisa membahagiakanmu."
"Delaney." Suara tegas Aldrich memperingatkan. "Mind your words."
"Dia selalu dingin seperti itu kepadaku Clar. Aku berharap dia bisa sangat hangat padamu." Delaney pura-pura berbisik tetapi dengan suara yang keras hingga Aldrich dapat mendengarnya.
Claresta tertawa senang. Air matanya turut jatuh mewarnai rasa bahagianya ini. Delaney yang melihat itupun ikut tersentuh, dipeluknya lagi sahabat lamanya itu dengan penuh sayang.
"So the answer is yes???"
"Untuk?" Tanya Claresta bingung.
"Ya untuk kalian berdua, Clar." Delaney memutar matanya seolah kesal dengan Claresta yang masih sibuk menerka-nerka keadaan sekitarnya. Memori pikiran Claresta seolah bekerja lebih lambat daripada normalnya.
Claresta yang sedang dipandangi Delaney dengan penuh semangat menjadi kikuk sendiri. Hatinya dengan mantab memintanya untuk mengangguk untuk membenarkan tebakan Delaney. Dirinya dan Aldrich memang sudah bisa dikatakan lebih baik. Namun bagaimanakah perasaan Delaney jika dia tahu dirinya dan Aldrich kembali bersama?
Ah.. Clarestapun tak tahu apa yang sedang dirasakan Delaney. Beberapa jam yang lalu Aldrich masih terlihat mesra dengan Delaney, dan tiba-tiba kini lelaki itu dengan santai memeluknya.
Diliriknya Aldrich yang tetap santai menyantap makan siangnya seolah tidak ada beban yang tengah ia rasakan.
Merasa diperhatikan, Aldrich mengangkat pandangannya dan menemukan Claresta yang terdiam memandangnya. Aldrich mengangkat sebelah alisnya tanda kebingungan.
"Ada apa Clar?" Sebelah tangan Aldrich bergerak memeluk pundak Claresta.
Claresta hanya tersenyum dan menggeleng yang sama sekali tidak dapat menjawab kebingungan Aldrich. Perlahan Delaney mengelus lengan Claresta pelan.
"Kamu tidak perlu berkorban lagi Clar. Tidak ada yang harus berkorban diantara kita. Jujurlah pada perasaanmu." Kata Delaney seolah menenangkan Claresta.
Bagaikan sebuah mantra, perkataan Delaney cukup membuat Claresta akhirnya mengerti. Dia tidak perlu berkorban lagi, tidak perlu memikirkan semua beban hidupnya sendiri, mungkin inilah kesalahannya yang terlalu membebankan semua keputusan hanya pada dirinya sendiri. Dia lupa jika memiliki Delaney, dia lupa jika memiliki tempat berbagi.
"Aku mencintai Aldrich Del." Claresta mengakui dengan penuh keberanian. "Sejak dulu aku masih satu flat dengan Stevie hingga saat ini." Selanjutnya tatapan mata Claresta berpindah pada Aldrich. "Aku mencintai kamu." Kata Claresta kepada Aldrich dengan penuh ketulusan.
"I love you more Clar." Aldrich mendekatkan hidungnya hingga menyentuh pipi lembut Claresta.
"Guys please.." Gerutu Delaney. Dia menutup mata dengan kedua tangannya.
Aldrich tertawa lebih lebar dan berlanjut mengecup pipi Claresta yang selanjutnya dihadiahi lemparan tissu oleh Delaney. Claresta ikut tertawa, dan suasana tiba-tiba mencair begitu saja.
Andai saja dirinya bisa berani untuk berkata jujur seperti itu sejak dulu..
Batin Claresta menerawang. Tapi sudahlah.. Claresta percaya Tuhan telah meletakkan semuanya dengan alasan yang lebih baik daripada rencananya sendiri.Mungkin, jika saja Claresta sudah jujur sejak dulu Delaney tidak akan menikah dengan Daniel. Oh iya, ngomong-ngomong soal Daniel,
"Kemana kamu setelah ini Del?" Tanya Claresta menghentikan kegiatan Delaney yang sedang menyentuh burger miliknya.
"Kamu mengusirku Clar? Jahat sekali." Delaney kembali dengan aktingnya, pantas saja namanya semakin bersinar di dunia entertainment.
"Tahu darimana kamu aku akan pergi Clar?" Tanya Delaney balik.
"Karena aku tahu kamu akan menyelesaikan sesuatu." Jawab Claresta sama misteriusnya.
Sedang Delaney malah tertawa mendengarkan jawaban Claresta. Agaknya, naluri persahabatan mereka telah kembali. Bahkan tanpa repot-repot mengatakannya saja, Claresta sudah dapat menebaknya.
"Apakah dia mau memaafkanku?" Delaney mencebikkan bibirnya, pandangannya menerawang jauh.
Claresta mengangguk, "Aku sangat yakin dia akan melakukannya." Claresta ikut menerawang sosok Daniel. Setelah menimbang-nimbang lewat perlakuan lelaki itu, sudah pasti Claresta dapat menebak bahwa dia sangat mencintai Delaney.
"I wanna go my home." Delaney meracau tanpa sadar. "Aku hanya ingin.." Ia menarik napas dalam sebelum melanjutkkan, "pulang.."
Claresta tersenyum, hatinya merasa sangat tenang dan damai ketika dia tahu kemana akhirnya Delaney akan pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEAUTIFUL MASK
RomanceCan you see a beautiful lie? * I'm happy for you.. Kebahagiaan adalah hak semua orang, termasuk Claresta. Sayangnya beberapa pilihan bodoh telah membutakan matanya.