part 21

2.3K 191 21
                                    

Kerin meletakkan dua orange juice di meja sofa yang ada di dalam ruangan Claresta.

Kerin memposisikan tubuh tegaknya kembaki di samping sofa tempatnya duduk, wajah atasannya sedang kaku dan serius.

Claresta memandang Kerin dengan tatapan penuh tanya, seolah menanyakan untuk apa lagi Kerin berada di sampingnya.

Kerin yang di pandangi seperti itu hanya mampu menelan lagi pertanyaan kemanakah perginya Claresta sejak kemarin, lalu ia pergi dari hadapan Claresta dan lelaki yang hanya diam sejak tadi.

Setelah kepergian Kerin, Daniel nampaknya tak mau lagi menunggu lama untuk membuka suara.

"Kau sahabat Delaney kan?" tanyanya memastikan lagi.

"Iya." jawab Claresta pelan. Jika Delaneey masih menganggapnya.

"Dan kau juga yang merancang busana—"

"Bridesmaid and groomsmate di pernikahanmu." kata Claresta memotong ucapan Daniel.

Daniel mengangguk setuju, "Delaney sering menyebut namamu."

Melihat Claresta yang hanya diam, Daniel melanjutkan kalimatnya. "Dalam mimpinya. Dia sering mengigau namamu. Kau pasti sangat dekat dengannya."

Air mata Claresta jatuh tanpa tertahan. Delaney pasti sangat terpuruk, bahkan di saat seperti itu Delaney pasti masih memikirkannya sampai terbawa dalam mimpi. Sahabat macam apa dirinya ini?

"Kau jadi menikahinya pada hari itu?" tanya Claresta memastikan. Daniel hanya diam memandanginya. "Am I wrong?"

"Iya. Tapi aku tak melihatmu di hari pernikahanku. Bukankah seharusnya kau juga ada dalam barisan bridesmaid Delaney?" tanya Daniel ingin tahu.

Claresta mendesah, sebelum mengatakan segala kejujurannya ia harus memastikan satu hal. "Kau mencintainya?"

Daniel tanpa sungkan mengangguk, "Aku mencintai istriku."

Kening Claresta berkerut, "Kau belum menceraikannya?"

"Delaney yang menceraikanku, dia memaksaku menandatangi surat itu sementara dia melarikan diri ke negara ini."

"Dan kenapa kau tak menurutinya?"

"Apa kau gila?" Daniel setengah meninggikan nada bicaranya. "Aku sangat bingung apa yang diinginkannya, sejak pernikahan kami aku selalu berusaha mengerti segala kebutuhannya, peduli akan setiap masalah hidupnya, dan aku berusaha menjadi suami yang baik untuknya. Aku tak akan membiarkan Delaney bertindak semaunya sendiri."

"Delaney memang seperti itu sejak dulu. Bukankah lebih baik kau meninggalkannya saja agar hidupmu tak terbebani?" tanya Claresta lagi.

"Jika aku bisa, aku sudah meninggalkannya sejak dulu." Daniel menunduk dan mengamati jam hadiah ulang tahunnya dari Delaney.  "Aku tidak bisa. Sekeras apapun aku mencoba." lanjutnya.

Claresta tersenyum senang, lelaki ini memang tulus mencintai sahabatnya. Delaney sangat beruntung dicintai lelaki seperti Daniel, seharusnya Delaneey menikmati hidup bahagianya dengan Daniel. Bohong jika Claresta tidak berpikir egois untuk tetap melanjutkan kisah cintanya dengan Aldrich lagi.

Cih, batinnya mengolok. Dirinya tak akan mendapat kesempatan itu lagi.

Claresta menggeleng pelan, memusnahkan pemikirannya mengenai hidup tua bersama Aldrich, dia harus melupakan semua mimpi masa depannya itu.

"Kau sudah bertemu Delaney?" tanya Claresta setelah meneguk minumannya.

"Tidak." jawab Daniel tegas. "Delaney terkadang seperti anak kecil jika kita tak menuruti apa yang ia minta. Dia tahu aku sudah merobek surat cerai itu. Dan jika aku muncul untuk membawanya kembali, dia pasti akan kabur lagi."

BEAUTIFUL MASKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang