Claresta berjalan mengikuti langkah kaki sekretaris Pak Gunawan di depannya dan berhenti di depan ruang ganti.
Tanpa bicara, sekretaris Pak Gunawan mengetuk pintu dua kali.
"Masuklah." Terdengar jawaban dari dalam.
Sekretaris itu membuka pintunya dan meminta Claresta masuk sebelum pamit untuk pergi kembali masuk ke dalam ruang pemotretan.
Claresta mengangguk sebagai jawaban dan masuk ke dalam ruang ganti diikuti Kerin dan Bu Aini yang masing - masing tangan mereka membawa beberapa potong gaun.
"Hai desaigner." Sapa Barbara ketika melihat Claresta datang.
"Hai." Claresta mengukir senyumnya. "Apa kabar?"
"Kabarku baik. Tapi akan lebih baik lagi jika kamu segera membantu nyonyaku untuk berganti pakaian." Barbara sedikit mengecilkan nada suaranya, "Dia sudah mengomel sejak tadi."
Claresta tertawa tanpa suara mendengar kejujuran Barbara.
"Gaun pertama yang berwarna emas. Tolong masuklah dan bantu dia bersiap." pinta Claresta sambil menunjuk pojok ruangan yang tertutup tirai.
Mendengar komando dari atasannya, Kerin dan Bu Aini segera beranjak dari tempatnya berdiri.
Selang beberapa saat, Delaney keluar dengan gaun berwarna emas yang melekat sempurna di tubuhnya. Tatanan rambut bergelombangnya pun menjadi nilai tambah.
Claresta tersenyum ke arah Delaney tanpa sadar. Sedangkan Delaney yang melihat senyuman Claresta mendengus, tidak ingin berbasa - basi untuk sekedar membalas ataupun menyapa.
"Bagus," kata Claresta berjalan mendekat ke arah Delaney dan membenarkan tatanan hiasan mutiara di lengan gaunnya yang terbuka.
Saat Claresta mendongak dan matanya bertatapan dengan Delaney, saat itu juga dia tau jika Delaney hanya memandangnya datar tanpa ekspresi.
"Sudah sudah kita bisa menambahkan yang lain di sana. Ayo cepat!" kata Barbara memecah tatapan tajam Delaney kepada Claresta.
Delaney tetap diam dan berjalan mendahului keluar ruang ganti.
*****
Waktu yang diperkirakan untuk sekali sesi pemotretan hari ini adalah 30 menit. Dan akan ada 4 kali sesi pemotretan hari ini, hal itu juga ditunjukkan dengan adanya 4 gaun berbeda yang dibawa oleh Claresta.
Saat sesi pemotretan pertama akan selesai, tiba - tiba Kerin menghampiri Claresta terburu - buru.
"Ada apa?" tanya Claresta dengan keras karena teredam suara musik yang sengaja dinyalakan.
Kerin mendorong Claresta menjauh dan keluar dari ruang pemotretan. Di balik pintu, Bu Aini terlihat sedang memegang sebuah gaun berwarna violet yang Claresta ingat juga akan dipakai pemotretan hari ini.
"Kenapa?" tanya Claresta sedikit kesal.
"Bu, payet di bagian perut gaun ini terbuka. Maaf atas kesalahan pengecekan yang saya lakukan." Kata Bu Aini setengah ketakutan.
"Bagaimana bisa?" tanya Claresta setengah menyentak. Dengan cepat, Claresta mengecek bagian terbuka yang ditunjukkan Bu Aini.
"Kau membawa peralatan menjahit?" tanya Claresta dan dibalas anggukan oleh Bu Aini yang memang sering membawa peralatan menjahit manualnya jika bepergian.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEAUTIFUL MASK
RomanceCan you see a beautiful lie? * I'm happy for you.. Kebahagiaan adalah hak semua orang, termasuk Claresta. Sayangnya beberapa pilihan bodoh telah membutakan matanya.