"Clar sini, cookiesnya sudah mau matang." seru Ibu. Sore tadi, setelah dari pagi hingga siang Claresta habiskan dengan berbaring di kamar saja, Ibu mengajak Claresta membuat cookies coklat yang sering mereka buat dulu.
"Ibu mau gak kalau buka toko kue sendiri? Biar Ibu berhenti kerja jadi koki. Kue-kue Ibu enak kok rasanya, Claresta yakin orang-orang pasti banyak yang suka."
"Jadi Claresta mau buatin Ibu toko roti sendiri?"
Claresta menggeleng, "Ya nanti Claresta suruh Sammy yang bangunin tokonya." dan mereka berdua pun tertawa.
"Sammy sedang dekat dengan asistenmu ya?" tanya Ibu memastikan.
Claresta mengangguk lalu menggeleng, sedangkan Ibu menatap anaknya heran.
"Claresta tahu mereka dekat, tapi tidak tahu dekatnya sudah sampai mana. Lagipula siapa yang tahu jika Sammy tidak mendekati wanita lain di Singapur Bu."
"Ibu yakin semua anak Ibu tidak main-main jika sudah mengatakan cinta. Apa Sammy pernah mengatakan cinta pada siapa namanya?"
"Kerin, Bu. Claresta tak pernah tahu apa Sammy pernah mengatakannya atau tidak."
"Kalau begitu doakan saja, semoga Sammy cepat bertemu jodohnya. Ibu ingin melihat anak-anak Ibu menikah."
Claresta mengangguk sambil terus tersenyum iblis matilah kau Sam, "Aamiin.."
Ibu yang sudah selesai menyusun cookies yang sudah dingin ke dalam dua toples berukuran sedang mengajak Claresta menuju ruang keluarga.
Ibu menyalakan televisi. Sesungguhnya Claresta berharap tidak ada lagi kesialan yang menghampiri dirinya, atau mungkin dapat dikatakan dia sedikit trauma untuk menyalakan televisi.
Ibu mengganti channel terakhir yang tadi pagi menayangkan gosip tentang Aldrich dan Delaney ke channel lain yang sepertinya sudah Ibu hapal di luar kepala. Entah acara apa yang ingin ditonton Ibu, karena Claresta hanya melihat iklan yang sedang tayang.
"How is your day?" tanya Ibu.
"Hari ini aku tidak kemana-mana, Bu."
"Kenapa?"
"Lelah, aku mungkin terlalu banyak jalan kemarin." jawab Claresta tak sepenuhnya berbohong. Memang setelah seharian kemarin dia menikmati liburannya, kakinya terasa pegal.
"Halo pemirsa kembali lagi bersama saya dan Model Internesyenel yang telah mendunia." Suara dari televisi menginterupsi pembicaraan Claresta dan Ibunya. Si pembawa acara talkshow yang merupakan komedian terkenal di Indonesia membuat aksen-aksen lucu ketika berbicara. Ibu terlihat ikut tertawa melihat tingkah lucu pria itu.
"Siapa lagi kalau bukan? Delaney Evaleen. Good night Delaney."
"Selamat malam semuanya." Delaney tersenyum seraya melambaikan tangan ke arah penonton di depannya, yang kemudian dibalas dengan teriakan heboh dari penonton yang terdengar sangat antusias melihat Delaney.
"Ya ampun aku udah capek-capek belajar bahasa Inggris loh, ternyata dia jawab pake bahasa Indonesia yaa." kata si pembawa acara itu lagi. Dan Delaney tertawa terbahak-bahak melihat aksi si pembawa acara.
"Clar, itu Delaney?" tanya Ibu memastikan, Clarestapun mengangguk.
Claresta kembali fokus pada layar kaca. Delaney memang sangat cantik, rambut panjang terurai lurus membingkai wajah khas wanita Eropanya yang tercetak jelas. Hari ini dia mengenakan pakaian santai, dengan celana jeans berwarna biru, kaos putih dan jaket jeans berwarna biru senada. Tak lupa juga wedges berwarna hitam yang tak terlalu tinggi dikenakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEAUTIFUL MASK
RomanceCan you see a beautiful lie? * I'm happy for you.. Kebahagiaan adalah hak semua orang, termasuk Claresta. Sayangnya beberapa pilihan bodoh telah membutakan matanya.