part 9

2.4K 183 1
                                    

Shit!

Sekarang semua mata memandang ke arah Claresta penasaran seolah-olah dia adalah seorang terdakwa yang bersalah.

Bibir Claresta mengering karena sedari tadi tak dibiarkan bibir itu bergeser barang sesentipun.

Ketika Claresta ingin membuka suara, wanita super model yang sangat Claresta kenalin itu tertawa terbahak-bahak membuat Claresta mengerutkan keningnya bingung.

Kegilaan apa lagi ini, batin Claresta.

Wanita cantik itu berdehem pelan untuk meradakan tawanya dan berkata, "Maaf, maaf. Saya sedang belajar mendalami akting. Maaf, wajah kalian tak perlu serius seperti itu."

Semua yang ada di ruang rapat ini tertawa, termasuk Kerin dan Bu Aini yang berdiri di belakang Claresta yang membatu.

Sialan, peran apalagi yang sedang wanita ini mainkan?

"Pak Gunawan?" tanya wanita cantik ini membangunkan Pak Gunawan dari mode tidak-sadarnya.

Pak Gunawan mengangguk, "Maaf, saya hanya tak menyangka jika anda fasih berbahasa Indonesia."

"Saya memang bisa bahasa Indonesia, karena saya pernah hampir tinggal di negara ini." sial, wanita ini menekankan kata-kata terakhirnya dan menatap tajam ke arah Claresta.

"Oh iya, di samping saya ini adalah desaigner yang akan merancang busana untuk anda pada beberapa pemotretan kita nanti." Pak Gunawan memperkenalkan wanita itu kepada Claresta di sebelahnya.

Wanita itu tersenyum miring dan mengulurkan tangannya ke depan.

Claresta yang mendapat senggolan halus dari lengan Kerin segera tersadar dan membalas uluran tangan itu.

Sekarang tangan mereka bersentuhan. Oh Tidak!! Sudah berapa lama mereka tidak kontas fisik seperti saat ini? Claresta merasakan tangannya teremas pelan.

"Claresta." kata Claresta yang sebenarnya tak perlu lagi memperkenalkan dirinya pada wanita cantik ini.

"Delaney Evaleen."

*****

Claresta membuka pintu besar itu dan mengedarkan pandangannya.

Dia menemukannya! Menemukan sahabatnya sedang meringkuk di depan cermin besar meja rias.

Claresta berjalan ke arah Delaney dan dengan pelan mengambil satu bunga mawar merah plastik yang memang digunakan untuk mempercantik rambut Delaney di acara pernikahannya hari ini.

Dengan hati-hati Claresta menyentuh rambut Delaney yang sudah di tata sedemikian rupa cantiknya. Claresta menancapkan mawar merah tadi ke rambut delaney dengan perlahan.

Delaney yang merasakan seseorang mengusiknya segera bangkit dari posisi telungkupnya dan menoleh ke arah Claresta yang sekarang sedang tersenyum kepadanya.

Hati Claresta tersentuh kala melihat air mata Delaney yang meninggalkan jejak-jejak alirannya di sekitar mata indahnya.

Claresta tau Delaney adalah wanita yang kuat dan berpendirian. Bahkan mungkin bagi Delaney menangis adalah hal yang sangat haram untuk dilakukannya. Tapi lihatlah, apa yang dilakukan sahabat Claresta saat ini?

Menangis.

Claresta mengusap air mata yang masih menggantung di pelupuk mata dan mengalir di sekitar pipi Delaney. Membuat wanita itu semakin terisak.

BEAUTIFUL MASKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang