Halo Gavin 4

22.2K 1.4K 6
                                    

Saat mereka masih berpelukan, tiba-tiba Ayleen datang sambil membawa bubur dan obat. Karena malu, mereka berdua langsung melepaskan genggaman tangannya. Ayleen hanya tersenyum melihatnya. Ia lalu mendekati mereka dan mengecek suhu tubuh Gavin.

"Gimana, udah mendingan?" tanya Ayleen lembut.

"Udah ma," jawab Gavin.

"Ya udah. Sekarang kamu harus makan dan minum obatnya." Ayleen hendak menyuapi Gavin. Namun ditahan oleh Gavin.

"Ma, Pahit ... Ga' mau!" ucapnya manja.

"Eh kamu, ga' malu ya manja dekat cewek cantik," kata Ayleen memanas-manasi Gavin. Akhirnya dengan terpaksa Gavin membuka mulut dan mulai memakan bubur suapan Ayleen.

Melihat hal itu, Jasmine terkekeh sendiri. Ia tak menyangka seorang Gavin ternyata sangat manja. Gavin hanya mengerucutkan bibirnya. Ia sangat malu sekarang. Ia tahu Jasmine tengah menertawakannya.

"Ma ... udah ya!" ucapnya berbisik. Perutnya sudah tidak tahan menerima bubur Ayleen.

"Ya udah, sekarang kamu harus meminum obatnya!" Ayleen meletakan sisa bubur tadi diatas meja. Lalu mencubit hidung mancung Gavin.

Gavin yang cemberut hanya pasrah dan meminum obat yang du beri Ayleen. Tak lama, ia tertidur karena efek yang ditimbulkan obat itu.

"Kamu ikut tante ya," Ayleen menggandeng tangan Jasmine menuju ruang keluarga. Jasmine hanya menurut dan duduk di sebelah Ayleen.

"Kamu pacarnya Gavin ya?" tanya Ayleen sambil menggoda Jasmine.

Bu--kan ... tante, aku sama Gavin hanya teman," ucap Jasmine gugup.

"Ga papa cuma teman. Tante senang lo kamu sama Gavin. Kamu harus sering-sering kesini ya." Ayleen menatap Jasmine tulus.

"Insyaallah tante." Jasmine membalas seyum Ayleen.

" Sebenarnya tante kasihan sama Gavin. Ia kehilangan Papanya tepat setelah dia lahir karena kanker otak. Setelah itu, tante harus menggantikan posisi Papanya di perusahaan karena beliau anak tunggal. Jadilah sekarang Gavin kesepian." Raut wajah Ayleen sekarang berubah jadi sendu. Jasmine tahu, pasti Ayleen sangat menyayangi Gavin.

Jadi, dibalik sifatnya yang jail, ternyata Gavin sangat kesepian? kata Jasmine di dalam hatinya.

"Tante mohon, kamu jangan pernah tinggalin Gavin ya. Ia butuh orang seperti kamu." Ayleen lalu menggenggam tangan Jasmine. Ia sangat berharap Jasmine akan memberikan warna di kehidupan anaknya.

"Iya tante. Akan saya usahakan," jawab Jasmine. Ayleen lalu tersenyum ke arah Jasmine.

Gimana mau usaha, mereka tiap bertemu selalu ribut. Gavin sangat suka membuat Jasmine kesal. Apalagi Gavin selalu mengunggulinya dalam berbagai hal. Itu membuat Jasmine kesal pada pemuda itu.

Setelah puas bercerita, akhirnya Jasmine pamit pulang karena sudah mau magrib. Ia diantar ke depan pintu oleh Ayleen karena supirnya telah menunggu disana.

Setibanya di rumah, ternyata keluarganya telah berkumpul di ruang keluarga. Setelah mengucap salam. Ia langsung duduk di samping Arya dan merebahkan tubuhnya ke badan Arya.

"Ih, ganti baju dulu sana! Lo bau." Arya lalu menutup hidungnya dengan sebelah tangan dan tangan satunya mendorong tubuh Jasmine.

"Enak aja bau. Gue selalu wangi tahu. " Jasmine mengibaskan rambutnya ke arah Arya yang membuat pemuda itu tambah kesal.

"Sudah-sudah," lerai ayahnya. " Kamu dari mana? Kenapa baru pulang?" tanya ayah lembut.

"Pacaran kali," celetuk Arya yang langsung dipelototi bunda.

Jasmine menatap Arya sinis. Lalu ia beralih menatap ayah. "Aku tadi jengukin teman yang sakit yah. Makanya pulang telat," jelas Jasmine jujur.

"Ya udah. Ganti baju sana dan istirahat." Jasmine mengangguk dan langsung menuju kamarnya. Tak lupa ia menjulurkan lidah kearah Arya. Keluarganya hanya geleng-geleng melihat tingkah putri bungsunya itu.

Sesampainya dikamar, Jasmine mengecek ponselnya dan dia melihat ada pesan dari Gavin.

GavinA: makasih ya sayang udah jengukin aku😍

AfshinJasmine: Iye sama*. Tapi ga usah pake syg😡

GavinA: gengsi lo. bilang aja lo khawatirkan makanya jengukin gue. sampai rela cariin alamat gue lagi😉

AfshinJasmine: Geer lo😤

GavinA: 💋💋

Jasmine melemparkan ponselnya sembarangan. Tapi, sebuah senyum terlihat di bibirnya. Ia membayangkan kejadian bersama Gavin tadi. Lalu segera ditepisnya ingatan itu. ini ga boleh terjadi.

Sementara di kediaman Gavin, ia sedang dikunjungi oleh tiga curut. Siapa lagi kalau bukan sikembar plus Ronald.

"Bisa sakit juga lo?" tanya Davin mengejek.

"Sialan lo." Gavin melemparnya dengan bantal.

"Tapi gue mau kok jagain lo sampai sembuh," potong Ronald dengan mulut penuh makanan.

"Itu sih karena di sini banyak makanan." Davin merebut makanan dari tangan Ronald dan memakannya.

Ronald hanya cengengesan dan mengambil makanan lain yang ada di sampingnya. Tiba-tiba Devan berbicara.

"Tapi lo kenapa bisa kaya gini?" tanya Devan serius.

"Gue kemarin nganterin Jasmine tapi di jalan kehujanan. Jadi deh kaya gini." Gavin menjelaskan kronologi kejadian kemarin pada teman-temannya.

"Cie ... semakin dekat ni ... prikitiw," goda Ronald sambil menirukan gaya komedian Sule.

"Demi Adek Abang Rela hujan-hujanan." tambah Davin yang membuat semua tertawa.

"Tapi gue heran kenapa Jasmine kesel banget kalau sama gue," potong Gavin serius.

"Lo tanya aja keorangnya. mungkin lo pernah bikin dia sakit hati," usul Devan. Devan benar. Mungkin ada sesuatu yang dulu pernah dilakukan Gavin hingga membuat gadis itu seperti ini. Memang disaat seperti ini orang yang bisa diandalkan untuk bicara hanya Devan. Karena hanya dia yang bisa diajak serius.

Mereka memutuskan untuk menginap di rumah Gavin. Ini bukan kali pertama mereka menginap. Hampir tiap minggu mengingat Gavin sering ditinggal Ayleen ke luar kota atau luar negeri. Rumah Gavin sudah seperti rumah kedua bagi mereka. Jadi tak perlu singkan lagi. Mereka akan mekkukn apapun yang mereka inginkan di sini selama masik dalam tahapan wajar.

tbc....

Hallo Gavin (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang