Hallo Gavin 13

15.9K 1K 1
                                    

Hari ini Gavin sudah mulai sekolah. Ia sudah diperbolehkan pulang karena ia tidak mengalami hal serius akibat kejadian kemarin. Tinggal menunggu hasil CT Scan yang kata dokter akan keluar sekarang.

Setibanya di kelas, ia langsung di sambut oleh teman-temannya.

"Oh, Gavin ma bro!" sambut Ronald sambil berhigh five dengan Gavin.

"Hai juga para jones!" balas Gavin sambil mengejek teman-temannya.

"Gimana liburan lo? Asik dong?" Kali ini Davin buka suara. Ia sengaja mengatakan bahwa Gavin liburan untuk mencairkan suasana.

"Asik dong! Apalagi ditemanin itu," ucap Gavin sambil menunjuk kearah Jasmine. Jasmine yang sadar jadi pusat perhatian hanya tersenyum malu.

"Cie, yang udah akur ni ye?" tambah Atha ikut memanasi keadaan. Jasmine lalu mencubit lengan Atha kesal.

"Awww," Jerit Atha. "Ada yang salah tingkah dan nyubit gue," tambah Atha yang membuat Jasmine tambah malu.

"Udah! Yayang gue jangan di godain terus dong!" lerai Gavin yang membuat semua mata tertuju padamya.

"Gavin!" Jasmine tambah kesal. Sementara Gavim hanya terkekeh dan mengacungkan jari telunjuk dan tengahmya.

Tak lama, obrolan seru mereka terpotong karena guru yang mengajar jam ini masuk. Mereka lalu berhenti mengobrol dan mulai memperhatikan guru.

Sedangkan Gavin memilih untuk tidur. Ini biasa dilakukannya hingga semua temannya sudah hafal betul dengan kebiasaannya ini. Sebenarnya sekarang Gavin tidak berniat untuk tidur. Tapi, belakangan ini ia merasa sering sakit kepala.

***
Sepulang sekolah, Jasmine menerima sebuah pesan dari Ayleen. Ia meminta tolong agar Jasmine dapat mengambil hasil CT Scan kemarin. Ia tak bisa mengambilnya karena ada meeting mendadak. Sementara Gavin tidak bisa mengambilnya karena harus latihan basket.

Jasmine langsung menuju ke rumah sakit untuk mengambil hasil CT Scan. Setelah itu ia berencana untuk langsung mengantarnya kepada Ayleen. Saat hendak mencari taxi, tiba-tiba sebuah motor berhenti di depannya.

"Hai Jasmine," ucap orang itu sambil membuka helmnya.

"Alden! Lo ngapain disini?" tanya Jasmine kepada orang itu yang ternyata Alden.

"Gue kebetulan lewat sini dan ngeliat lo. Lo sendiri ngapain disini?" tanya Alden yang balik bertanya.

"Ini, gue ngambil hasil CT Scan teman gue," jawab Jasmine singkat.

"Ya udah, lo bareng gue aja," tawar Alden. Setelah berfikir sejenak akhirnya Jasmine menerima tawaran Alden untuk ikut pulang bersama.

Sebelum pulang Alden mengajak Jasmine makan terlebih dahulu.

"Kayanya lo peduli banget sama teman lo sehingga lo bela-belain ngambil hasil CT scannya segala?" tanya Alden penasaran. Saat ini mereka sedang berada di sebuah cafe.

"Cuma ini yang bisa gue lakukan." Jasmine menyeruput minumnya. "Dia gini karena nolongin gue pas sekolah gue ada tawuran," jelas Jasmine yang membuat Alden jadi gelisah.

"Emang siapa sih temanlo itu?" tanya Alden semakin penasaran.

"Namanya Gavin." Terasa disambar petir bagi Alden. Tiba-tiba ia terbatuk dan memuncratkan minum di mulutnya.

"Lo ga papa?" tanya Jasmine khawatir. Alden hanya menganggukkan kepalanya. Ia tak menyangka kalau Gavin lumayan parah saat kejadian itu. Sebuah senyum licik terukir di wajahnya.

"Semoga teman lo lekas sembuh," ucap Alden yang di dalam hatinya malah menyumpahi Gavin cepat mati.

"Makasi." Jasmine lalu tersenyum. Sementara Alden terus memikirkan bagaimana cara menghancurkan Gavin lagi.

***
Setelah makan, Alden langsung mengantarkan Jasmine kerumah Gavin. Setelah Alden pergi, Jasmine langsung menekan tombol bel. Tak lama, Ayleen keluar dan langsung mempersilakan Jasmine masuk.

"Makasi sayang! Kamu baik banget." Ayleen langsung memeluk Jasmine dan membawanya duduk di ruang tamu.

"Gavin belum pulang ya Tan?" tanya Jasmine melirik ke arah kamar Gavin.

"Anak itu mana pernah pulang jam segini. Paling nanti mau magrib baru pulang." jelas Ayleen yang membuat Jasmine mengangguk-angguk paham.

"Oh ya Tan, ini hasilnya." Jasmine menyerahkan sebuah map coklat yang berisi hasil CT Scan Jasmine pada Ayleen.

Ayleen menerimanya dan langsung membuka map tersebut. Saat mengeluarkan hasilnya, Ayleen hanya diam membeku. Tidak ada pergerakan apapun yang dilakukan Ayleen. Jasmine tau pasti ada yang tidak beres. Lalu berusaha menyadarjan Ayleen.

"Tan, Tante kenapa?" Jasmine berusaha menggoyang-goyangkan tangannya pada wajah Ayleen. Tak lama tubuh Ayleen semakin lemah dan akhirnya tidak sadarkan diri.

"Tante! Ya Ampun." Jasmine panik. Ia berusaha menepuk pelan wajah Ayleen.

"Siapa aja tolong!" teriak Jasmine yang membuat semua asisten rumah tangga Ayleen keluar.

"Ya ampun Non Ayleen." Panik Surti melihat keadaan Ayleen.

"Tolong angkat Tante Ayleen," minta Jasmine pada dua orang sekuriti rumah Gavin. Sekuriti itu langsung mengangkat tubuh Ayleen menuju kamanya.

Setelah dibaringkan, Jasmine lalu mengoleskan minyak kayu putih di hidung Ayleen dan tak lama Ayleen membuka matanya.

"Tante ini minum dulu." Jasmine memberikan segelas air kepada Ayleen. Setelah meminum air tersebut, Ayleen jadi sedikit lebih tenang.

"Ga mungkin! Ini semua ga mungkin," kata Ayleen pelan. "Ga mungkin semuanya kembali terulang. Selama ini Gavin hidup dengan baik. Ga mungkin .... " Air mata Ayleen mendesak keluar. "Gavin sayang!" Lama-lama Ayleen mulai sesenggukan.

"Tante tenang ya?" Jasmine mencoba menenangkan Ayleen.

"Jasmine! Gavin ...." ucap Ayleen disela tangisnya.

"Gavin kenapa Tan?" tanya Jasmine dengan perasaan mulai tidak tenang.

Ayleen menata lurus kedepan. "Dia sama seperti papanya," tambahnya hampir tak bersuara.

"Aku ga ngerti tan ..." kata Jasmine bingung.

"Kanker otak. Dia terkena kanker otak."

Jasmine kaget mendengar pernyataan Ayleen. Tanpa sadar air matanya juga telah mengalir di pipinya.

"Mungkin saja ini salah Tan. Kan kita ga' mendengar langsung dari dokternya." Jasmine menghapus air mata di pipinya. Ia berusaha mengelak dengan apa yang baru saja dibilang Ayleen.

"Tante belum sanggup untuk kehilangan lagi. Kenapa harus Gavin?" Ucap Ayleen parau.

"Tante harus kuat buat Gavin." Jasmine lalu memeluk Ayleen. Ia berusaha memberikan ketenangan pada wanita itu.

"Kamu benar. Tante harus kuat. Bukan, kita harus kuat buat Gavin!" ucap Ayleen tersenyum.

"Kita harus memastikannya langsung pada dokter yang dulu menangani Papanya Gavin." ucap Ayleen lagi. Jasmine hanya mengangguk paham. Ia lalu menghapus sisa air mata yang ada di pipinya.

Ayleen lalu menyentuh tangannya. "Jangan beritahu Gavin dulu ya," mintanya sungguh-sungguh.

"Iya tante." Janji Jasmine kepada Ayleen. Mulai hari ini ia berjanji akan selalu ada buat Gavin apapun yang terjadi.

Tbc...

Hallo Gavin (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang