Pertarungan terus terjadi. Pentolan Global terus menyerang dengan membabi buta. Saat tak sengaja bertatapan dengan Gavin, senyum remeh tercipta dari wajah Alden.
"Cuma ini kemampuan sekolah lo?" Alden mendaratkan sebuah pukulan di wajah Gavin.
"Sekolah gue ga' licik kaya kalian." Gavin kemudian membalas pukulan Alden. Mereka terus memukul satu sama lain hingga Gavin melihat suatu pemandangan yang membuatnya terkejut.
"Jasmine!" teriaknya sambil melepaskan pukulannya dari Alden. Kemudian dia berlari mendekati Jasmine.
"Lo kenapa disini?" Gavin menghampiri Jasmine yang tengah memeluk lututnya ketakutan. Ia terjebak di dalam tawuran yang baru saha terjadi.
"Gavin!" Jasmine lalu memeluk Gavin erat. Tubuhnya sudah bergetar karena takut.
"Lo aman sekarang!" Gavin lalu menbantu Jasmine menjauhi keributan.
Karena lengah, tiba-tiba kepala Gavin dihantam sebuah benda tumpul dengan sangat keras.
"Gavin!" teriak Jasmine panik. Darah mulai mengalir di kepala bagian belakang Gavin.
Mereka terus terusan memukuli kepala Gavin. Gavin hanya bisa pasrah. Ia masih mendengar sayup-sayup suara Jasmine memanggil namanya sebelum semuanya menjadi gelap.
"Gaviinn!" Jasmine terus menerobos orang yang sedang memukuli Gavin dan memeluk tubuh Gavin erat hingga beberapa kali ia terkena sasaran pukulan orang tersebut.
Tak lama pihak keamanan datang dan semua pentolan Global High School melarikan diri.
Teman-temannya yang merasa ada yang tidak beres langsung menghampiri Gavin.
"Astaga! Apa yang terjadi?" tanya Devin panik.
"Cepat panggil ambulance!" teriak Jasmine. Ronald lalu menelpon ambulance.
"Gimana bisa jadi gini?" tanya Davin dengan wajah emosi. Jasmine lalu menceritakan segalanya dengan sesenggukan. Ia merasa bersalah dengan kejadian ini.
"Alden sialan! Penghianat!" Ronald sudah sangat marah. Ia tak menyangka Alden tega melakukan ini.
"Alden?" tanya Jasmine masih memeluk Gavin. Ia berusaha menahan agar Gavin tak kehilangan banyak darah.
"Iya Alden. Mantan sahabat yang jadi penghianat." jelas Davin.
Ga mungkin. Ini pasti bukan dia. Pikir jasmine.
Tak lama ambulance datang. Jasmine lalu mendampingi Gavin di ambulance itu. Sementara teman-temannya menyusul di belakang dengan mobil Davin.
"Lo harus bertahan. Jangan buat gue takut." ucap Jasmine sambil menggenggam erat tangan Gavin.
***
Setelah sampai di rumah sakit, Gavin kemudian dibawa ke ruang gawat darurat. Disana sudah ada teman-temannya. Jasmine lalu duduk di sebelah Devin."Ini semua gara-gara gue." ucap Jasmine menyesal.
"Udahlah! Mendingan lo sekarang doain Gavin agar ga kenapa-napa." Devin menatap Jasmine.
"Iya, lo benar." Jasmine lalu menengadahkan tangannya dan mulai berdoa.
Tak lama, dokter keluar. Mereka berempat lalu menghampiri dokter tersebut.
"Gimana keadaan teman saya Dok?" tanya Davin penasaran.
"Teman kalian sudah siuman. Tapi kita perlu pemeriksaan lebih lanjut supaya tak terjadi yang tidak diinginkan," jelas dokter yang mungkin seusia orang tua mereka tersebut.
"Ngomong-ngomong dimana orang tua pasien?"
"Orang tuanya sekarang berada di luar negeri Dok. Besok baru datang." Kali ini yang jawab Ronald.
Dokter hanya mengangguk. "Besok suruh orang tua pasien menemui saya," kata dokter lalu meninggalkan mereka.
Tak lama, Gavin lalu dipindahkan ke ruang perawatan. Jasmine masih tetap menunggui Gavin. Ia tak mau pulang sebelum orang tua pemuda itu pulang.
Sementara tiga teman Gavin sudah pada pulang setelah disuruh Gavin.
"Lo ga pulang?" tanya Gavin sambil menerima jeruk yang barusan di kupas Jasmine.
" Lo itu bawel banget sih. Gue bilang gue mau disini!" Jasmine kesal.
"Gue lagi sakit tau. Lo masih galak aja." Gavin memasang wajah memprihatinkan membuat Jasmine geli melihatnya.
"Ga usah sok imut lo!" Jasmine menoyor pelan kepala Gavin.
"Aww!" Gavin memegang kepalanya.
"Lo ga papa?" tanya Jasmine khawatir.
"Hahaha ... Lo lucu," Gavin tiba-tiba tertawa.
"Jadi lo ngerjain gue?" teriak Jasmine lalu memukul lengan Gavin.
"Aww! Lo tu jadi cewek halusan dikit kek." Gavin mrngusap-usap lengannya akibat pukulan Jasmine.
"Bodo!" ucap Jasmine cuek.
***
Keesokan harinya, Ayleen memutuskan langsung ke rumah sakit saat baru sampai di Indonesia. Ia sangat khawatir dengan putra satu-satunya itu. Ayleen langsung menuju ke kamar inap Gavin setelah bertanya ke resepsionis."Ya ampun sayang!! Kamu ga papa?" Ayleen langsung memeluk anak kesayangannya.
"Mah ... aku ga papa. Oke?" Gavin berusaha melepaskan pelukan Ayleen.
"Mana yang sakit?" Ayleen memeriksa seluruh bagian tubuh Gavin.
"Mah ... malu!" Gavin memasang wajahnya ceberut. Tak lama Ayleen melirik kearah Jasmime.
"Ohh, ada si cantik ternyata. Pantesan."
"Hai sayang!! Makasi ya kamu udah jagain Gavin." Ayleen lalu memeluk Jasmine.
Jasmine membalas pelukan Ayleen. "Iya tante sama-sama," balas Jasmine.
"Lagian ini semua terjadi gara-gara aku. Kalau Gavin ga' nyelamatin aku semua ga' bakalan seperti ini." Jasmine menunduk. Tampak sekali wajah penuh penyesalan di diri Jasmine.
"Jasmine dengar tante." Ayleen menyentuh tangan Jasmine. "Semuanya udah takdir. Jadi Jasmine ga boleh nyalahin diri sendiri ya." Ayleen mengangkat wajah Jasmine yang menunduk.
"Makasi tante. Tante baik banget," kata Jasmine tulus.
"Oh iya tante, tadi dokter pesan agar tante segera menemui beliau," tambaunya mengingatkan Ayleen.
"Ya udah. Tante tinggal dulu ya! Titip Gavin lagi ya sayang." Ayleen lalu keluar untuk menemui dokter.
***
"Permisi dok! Saya orang tua Gavin." Ayleen memperkenalkan diri."Oh silakan duduk," Ycap dokter menunjuk bangku di depannya.
"Bagaimana keadaan anak saya dok?" tanya Ayleen langsung.
"Dari luar keadaan Gavin tidak ada yang mengkhawatirkan. Tapi untuk lebih meyakinkan lebih baik kita melakukan CT scan," jelas dokter kepada Ayleen.
"Kapan itu bisa dilakukan dok?" tanya Ayleen lagi. Ia tampak sedikit tegang.
"Hari ini juga sudah bisa dilakukan. Hasilnya akan keluar dua hari lagi."
"Baik dok! Saya akan beri tahu Gavin." Ayleen lalu permisi kepada dokter untuk memberi tahu Gavin semua ini.
Setelah menemui dokter, Ayleen kembali keruang dimana Gavin di rawat. Saat memasiki kamar, ia melihat anaknya sedang tertawa bareng Jasmine.
"Cie .... asik banget sampai ga tau mama masuk," goda Ayleen. Gavin dan Jasmine jadi salah tingkah.
"Eh mama ... cepat banget." Gavin menatap mamanya grogi. Sementara Jasmime hanya menunduk karena malu.
"Oh iya Gavin, sekarang kamu harus siap-siap karena sekarang kamu harus melakukan CT Scan." ucap mama memberitahu Gavin.
"Ya ... kenapa harus CT Scan segala sih mah? Cuma luka kecil ini." Gavin loyo. Ia malas sekali kalau sudah gini.
"Ya untuk mastiin kamu baik-baik aja."
Gavin hanya bisa pasrah. Ia tak akan menang bila harus melawan mamanya. Memang benar moto yang selalu di pegang Gavin 'wanita ga' pernah salah.'
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hallo Gavin (Revisi)
Teen FictionGavin Aldebaran Abraham, cowok ganteng, kaya, most wanted, bad boy yang selalu mendapatkan apa yang diinginkannya. Namun apa jadinya kalau semua kesempurnaan itu berbalik jadi sesuatu yang tidak pernah dibayangkannya sekalipun? Jasmine Afsheen Myesh...