Hallo Gavin 26

15.2K 993 2
                                    

Kehadiran Cilla di rumah Gavin membuat suasana di keluarga itu lebih berwarna. Anak itu bisa dikatakan sebagai seorang malaikat yang dikirim Tuhan untuk membawa sedikit keceriaan kepada Gavin dan Ayleen. Hanya sebentar bagi Cilla mengambil hati semua orang yang ada di rumah. Cilla perlahan mengembalikan Gavin seperti dulu lagi.

"Cie  ... Adek Kakak sekarang mau sekolah ya?" tanya Gavin sambil menggendong Cilla dan mencium pipinya

"Iya dong! Cilla kan mau pintar kaya Kakak!" kata Cilla balas mencium pipi Gavin.

"Ya udah deh! Nanti belajarnya yang pintar ya?" Gavin menurunkan Cilla dari gendongannya dan mengacak rambutnya.

"Vin, nanti rambutnya berantakan," ucap Ayleen sambil merapikan rambut Cilla.

"Maaf ma!" Gavin lalu mencium pipi Ayleen sekilas.

"Aku berangkat dulu ya. Dadah Cilla!" ucapnya pamit dan mencubit pipi Cilla pelan.

"Dadah Macan!" Gavin melambaikan tangan pada Ayleen.

Jasmine POV

Aku ga' terima kalau Gavin masih cuek. Pokoknya aku harus buat dia kembali seperti dahulu. Dia harus tanggung jawab. Dia udah bikin aku patah hati. Rasanya hidup ku hampa banget. Biasanya aku selalu diledekin Gavin, digombalin, dijailin. Tapi sekarang malah dicuekin. Jahat kan?

Aku harus berfikir. Rasanya kenapa kesannya aku tu cewek gampangan amat ya kalau kaya gini. Tapi ga' papa. Demi Gavin tersayang. Eh becanda ding.

Tunggu dulu. Bukannya aku masih punya dua permimtaan ya? Gavin kan udah janji bakal ngabulin. Aku kenal dia. Dia bukan tipe cowok yang ingkar janji. Emang cuma itu caranya.

Kadang, Atha emang bawa keberuntungan buat ku. Kalo aja tadi dia ga' ngasih tantangan ini ke Gavin. Aku sampai sekarang masih bingung gimana caranya buat dekat sama Gavin lagi. Walaupun sebenarnya cara ini belum tentu perhasil.

Pokoknya aku berjanji. Kalau cara ini berhasil. Aku bakalan jajanin Atha seminggu. Aku bakal baik-baikin Atha. Walaupun sebenarnya aku emang udah baik.

Nanti pas istirahat semuanya akan aku lakukan.

***
Akhirnya istirahat juga. Aku harus segera bicara dengan Gavin. Akhir-akhir ini Gavin lebih sering menyendiri. Biasanya sekarang ia lagi di taman.

Benarkan? Ia ada di sini. Aku mulai mendekati Gavin. Aku duduk di sebelahnya.

"Vin!! Lo masih marah?" tanyaku takut-takut.

"Hmm," ucapnya singkat. Ternyata ia lagi tiduran di sini. Dia bersender ke bangku dan meletakan buku di wajahnya.

"Lo masih marah?" 

"Ga' ..."

"Iya lo masih marah!"

"Gue ga' marah."

"Kenapa lo masih jauhin gue? Lo selalu menghindar dari gue."

"Lo udah tahu 'kan? Gue ga' mau dikasihanin." Ia mengangkat wajahnya hingga buku yang tadi di wajahnya jatuh. Lalu ia menatapku tajam.

"Gue ga' pernah kasihanin lo. Gue tulus. Gue ... gue ngelakuin ini semua karena gue cinta sama lo!" Akhirnya keluar juga. Aku menekankan kata cinta pada kalimat ku.

Gavin cengo. Dia syok mendengar pernyataanku barusan.

"Kenapa? Lo ga percaya?" ucap ku lagi. Aku menatap Gavin tajam.

"Lo serius?" Ternyata ia masih belum percaya.

"Iya, gue serius. Gue ga' peduli gimanapun elo. Gue sayang sama lo dan gue mau lo jadi pacar gue. Dan itu permintaan gue yang kedua."

Hallo Gavin (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang