Seminggu sudah Gavin menerima pesan ancaman dari Alden. Tapi selama seminggu ini belum ada tanda-tanda Alden melaksanakan niatnya tersebut. Hal ini jelas membuat Gavin sedikit lega. Ia berharap Alden mengurungkan niatnya dan melupakan semua masalah diantara mereka.
Sekarang adalah jam istirahat, Gavin dan Jasmine tidak bisa langsung istirahat karena mereka dipanggil kepala sekolah. Dengan terpaksa akhirnya mereka mereka memasuki ruangan kepala sekolah.
"Permisi Pak," Jasmine mewakili untuk menyapa kepala sekolah terlebih dahulu.
"Oh kalian, dilakan masuk!" Kepala sekolah mempersilahkan mereka masuk.
"Maaf! Bapak memanggil kami kesini?" tanya Jasmine sopan. Gavin hanya berdiri di samping Jasmine.
"Oh, silakan diduduk." Mereka lalu duduk di kursi yang berada di depan meja kepala sekolah.
"Tiga bulan lagi diadakan lomba sekolah terbaik tingkat nasional. Lomba ini mencakup olimpiade, olahraga dan kesenian,"jelas kepala sekolah.
"Jadi bapak memanggil kalian kesini karena kalian merupakan salah satu perwakilan sekolah dalam perlombaan." Jasmine terlihat sangat antusias mendengar penjelasan kepala sekolah. Sedangkan Gavin hanya mengangguk-anggukan kepalanya.
"Gavin ... tim basket kalian akan mewakili sekolah dalam kejuaraan ini. Bapak harap kalian mulai berlatih sekarang!" jelas kepala sekolah.
"Baik pak, saya akan meminta anak-anak untuk latihan dengan giat," ucap Gavin mantap.
"Bagus! Itu baru kapten yang baik," puji kepala sekolah tulus. Gavin hanya senyum-senyum mendengar pujian Pak kepala sekolah. Sedangkan Jasmine menatapnya dengan tatapan mencemooh.
Dasar tukang pamer. Jasmime berkata dalam hati. Ini yang dia sebal dari Gavin. Menurutnya sikap Gavin seperti ini sangat angkuh.
"Dalam olimpiade matematika kalian berdua terpilih untuk mewakili sekolah," jelas kepala sekolah. Mendengar hal itu Gavin terkejut karena tidak menyangka akan ikut serta dalam olimpiade ini.
"Saya Pak?" Gavin menunjuk wajahnya konyol. Ia tak percaya akan terpilih. Tapi kalau Jasmine emang sudah pintar dari sananya.
"Iya kamu dan Jasmine. Kemarin diam-diam kami memberikan tes untuk memilih siswa yang paling layak untuk mengikuti ini. Ternyata nilai kalian berdua yang terbaik. Jadi kalianlah yang terpilih!" jelas kepala sekolah. Mereka berdua hanya geleng-geleng tak percaya mendengar penjelasan kepala sekolah.
"Khusus untuk olimpiade matematika, pemenang akan mendapatkan beasiswa kuliah di salah satu universitas di luar negeri. Kalian bisa memilih universitas mana yang kalian mau. Biaya akan di tanggung pihak penyelenggara," tambah kepala sekolah yang membuat Jasmine semakin melongo. Kuliah di luar negeri adalah impiannya dari dulu. Dan sekarang ada jalan agar dia meraih impiannya tersebut.
"Berapa orang yang akan mendapatkan beasiswa pak?" tanya Jasmine antusias.
"Hanya satu orang."
Mendengar hal itu, Jasmine merasa sedikit pesimis.
"Sorry beb. Untuk kali ini kita menjadi saingan," ucap Gavin mengerlingkan matanya pada Jasmine. Jasmine hanya melihatnya sebal.
"Tenang! Masih ada satu lagi perlombaan yang kalian ikuti," tambah kepala sekolah. Mereka berdua hanya bertatap-tatapan.
"Lomba terakhir yang akan kalian ikuti adalah lomba photografi. Saya tahu kalian adalah siswa terbaik dalam bidang ini di sekolah."
Mereka tersenyum bahagia mendengar pernyataan pak kepala sekolah. Ini merupakan momen langka yang tak boleh di sia-siakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hallo Gavin (Revisi)
Teen FictionGavin Aldebaran Abraham, cowok ganteng, kaya, most wanted, bad boy yang selalu mendapatkan apa yang diinginkannya. Namun apa jadinya kalau semua kesempurnaan itu berbalik jadi sesuatu yang tidak pernah dibayangkannya sekalipun? Jasmine Afsheen Myesh...