Jasmine POV
Tiba saatnya acara pesta perayaan kemenangan Abraham High School. Akhirnya aku memutuskan untuk menghadiri acara itu. Aku akhirnya sadar karena ternyata Gavin tidak menyukai aku terpuruk dan bersedih. Jadi aku harus bangkit. Aku tidak akan mengecewakan Gavin. Aku harus tangguh seperti halnya Gavin yang selalu tangguh. Aku harus membuat Gavin bangga. Gavin harus tahu kalau aku bahagia untuknya.
Aku datang diantar Bang Arya. Karena memang aku tidak memiliki pasangan saat ini. Saat tiba di lokasi acara. Aku langsung melihat Atha yang melambai ke arahku. Dia langsung mengejarku. Atau mungkin bukan aku tapi Bang Arya.
"Hai Kak Arya," ucap Atha centil. Dasar memang Atha, bukannya dia menghampiriku malah ke Bang Arya. Memang kalau sudah cinta.
"Hai Atha," jawab Bang Arya datar. Tapi aku tahu sekarang Kak Arya sedikit terpesona melihat penampilan Atha.
Atha menggunakan dress selutut pink baby dengan rambut yang disanggul simple. Dia kelihatan lebih imut dengan mode poni pendeknya.
"Masuk bareng Atha yuk Kak?"
"Sorry Tha. Gue ke sini cuma mau nganter Jasmine."
"Ya ... kok gitu?"
"Iya ... Jas, gue pulang."
Aku hanya mengangguk. Kulihat Atha cemberut. Kasihan juga dia. Sudah bertahun-tahun menyukai Bang Arya tapi selalu dicuekin Bang Arya.
Sepanjang perjalanan menuju lokasi acara. Semua mata mengarah kepada kami berdua. Aku jadi risih sendiri. Sementara Atha dengan pedenya berjalanan seakan-akan dia sedang berjalan di catwalk. Aku memang tidak terbiasa berdandan seperti ini. Berbeda dengan Atha yang memang sangat girly.
"Tha, gue malu," ucapku berjalan sambil menunduk.
"Ga' usah malu. Kita berdua cantik kok ..." ucap Atha dengan pedenya.
"Tapi semua orang ngelihatin kita. Gue kan risih."
"Sini lo liat ke gue!"
Atha kemudian memutar tubuhku.
"Lo cantik. Dress lo juga cantik. Sangat pas dengan tubuh lo. Apa lagi ya ... ?"
"Omg ... ini kalung lo bagus banget. Gue suka," ucap Atha histeris..
Saat ini aku memakai gaun berwarna peach selutut dengan pita berwana senada di bagian pinggang. Baju yang tidak terlalu terbuka namun begitu pas di tubuhku. Tak lupa aku juga menggunakan kalung pembelian Gavin. Rambutku ku biarkan terurai tapi ku bentuk spiral di bagian ujungnya.
"Min ... gue tanya ... itu kalung lo beli di mana?"
Aku yang tadinya melamun sadar begitu Atha mencolek pipiku. Atha sudah kelihatan bete karena pertanyaannya tidak kunjung ku jawab.
"Ini ... ini hadiah dari Gavin," ucapku sedih.
"Ini cantik banget Min ..."
"Iya ... ini cantik ... dua bintang ini adalah gue dan dia sesuai sama nama kuta berdua. Aldebaran dan Afshin yang berarti bintang."
Aku menyentuh liontin bintang di leherku.
"Gavin romantis banget," ucap Atha kagum.
"Lo benar ... udahlah ayo kita masuk."
Aku lalu menarik tangan Atha menuju ke dalam ruangan. Begitu masuk gue langsung melihat Devan, Davin dan Ronald yang telah tiba terlebih dahulu.
"Hai ..." ucapku menyapa mereka.
"Waw ... kalian berdua cantik." Davin memperhatikanku dan Atha.
"Makasih ..." ucap kami berdua.
"Eh, kayanya udah mulai. Ayo kita kesana." Tunjuk Atha ke arah panggung.
Kami lalu memutuskan untuk mendekati panggung karena acara telah dibuka oleh MC.
"Perhatian semuanya! Sebelum kita memulai acara ini. Kita akan memulainya dengan suatu acara yang sangat special. Untuk itu lebih baik kita persilahkan untuk Bapak kepala sekolah untuk memulainya."
Kepala sekolah lalu naik ke atas panggung setelah pembawa acara tadi mempersiapkannya.
"Selamat malam anak-anak. Kalian pasti tahu dalam rangka apa kita mengadakan acara ini. Acara ini terlaksana karena prestasi yang baru saja diraih sekolah kita. Kalian juga pasti tahu siapa diantara kalian yang paling banyak berpartisipasi memberikan kemenangan. Yang pasti orang itu sudah tidak asing lagi bagi kita. Dia seorang kapten tim basket kita. Juga pemenang olimpiade matematika dan photografi. Untuk itu sekolah memutuskan untuk memberikan penghargaan yang tinggi untuk dia. Untuk Gavin Aldebaran Abraham. Yang walaupun sekarang ia tak bisa hadir. Namun pihak sekolah sudah berhasil tersambung dengan Ibundanya. Ibu Ayleen Abraham melalui rekaman video."
Aku terkejut. Benarkah ini? Aku sampai tidak bisa berbicara apa-apa. Ternyata sekolah tidak melupakan Gavin. Lalu aku kembali fokus melihat layar di depan untuk melihat yang akan disampaikan Tante Ayleen.
"Selamat malam semua. Sebelumnya saya mau mengucapkan terima kasih kepada kepala sekolah karena sudah mau menghubungi saya. Sebelumnya saya juga minta maaf karena bukan Gavin langsung yang menerima penghargaan ini. Saya mengucapkan banyak terima kasih karena kalian semua telah membantu Gavin hingga dia dapat memenangkan ini semua. Terutama kepada semua sahabatnya yang selalu ada setiap Gavin butuh. Gavin pasti senang sekali kalau nanti ia tahu kalau dia menang. Dia juga pasti bangga mengetahui kalau tim basketnya juga mendapat juara.
Sekali lagi saya benar-benar mengucapkan terima kasih. Saya juga mengharapkan doa dari semuanya agar Gavin cepat sadar dan melewati masa kritisnya.
Satu lagi. Saya mohon maaf kepada Jasmine dan teman-teman Gavin. Saya tidak memberitahu kalian waktu saya membawa Gavin ke luar karena waktu itu sangat mendesak. Sekali lagi maafkan Tante. Selamat malam."
Wajah tante Ayleen kemudian menghilang dari rekaman tadi digantikan dengan foto Gavin dari kelas sepuluh. Aku tak tahu dari mana mereka mendapatkan foto-foto itu karena akulah yang menjabat sebagai ketua ekskul photogtafi tapi aku tak tahu apa-apa.
Yang paling membuatku kagum adalah foto-foto yang ada di kameraku juga ada foto kebersamaan Gavin dan teman-temannya. Bahkan foto Gavin bersamaku juga ada dan terakhir Foto Gavin sendirian waktu ku ambil saat sunset waktu kami liburan.
Aku tak tahu harus berkata apa. Mataku sudah berkaca-kaca. Setelah itu aku melihat ke arah teman-temanku. Mereka hanya tersenyum.
"Ini semua rencana kalian?" tanyaku.
Mereka hanya tersenyum. Setelah itu kami bergandengan tangan berlima. Aku, Atha, Devan, Davin, dan Ronald. Kemudian kami kembali fokus ke layar yang masih menampilkan foto-foto Gavin dengan latar lagu sheila on seven sahabat sejati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hallo Gavin (Revisi)
Teen FictionGavin Aldebaran Abraham, cowok ganteng, kaya, most wanted, bad boy yang selalu mendapatkan apa yang diinginkannya. Namun apa jadinya kalau semua kesempurnaan itu berbalik jadi sesuatu yang tidak pernah dibayangkannya sekalipun? Jasmine Afsheen Myesh...