Hallo Gavin 28

14K 938 5
                                    

Gavin POV

Ini adalah hari terakhir gue dirawat karena nanti sore sudah diperbolehkan pulang. Teman- teman juga sudah berdatangan untuk menjenguk gue. Mereka di sini sudah dari pulang sekolah.

Cilla dari tadi juga sudah di sini. Ia tadi ke sini diantar supir. Katanya sejak gue dirawat dia jadi sering nangis. Dia juga sampai tidak mau sekolah karena ingin bertemu dengan gue. Sampai-sampai Mama jadi kewalahan karena terus ditelpon Cilla.

Sebenarnya selain teman-teman dan Cilla, ada seorang lagi yang kedatangannya sangat gue nanti. Siapa lagi selain pacar tercinta. Jasmine datang bersama teman-teman gue dan Atha.

"Hai Bro! Gimana kabarlo?" tanya Devan

"Gue baik," jawab gue tersenyum ke arah Devan.

"Hai adik kecil." Devan kemuduan menyapa Cilla yang lagi duduk di pangkuan gue. Tapi ada yang aneh. Cilla seperti terpaku. Ia ga' menjawab pertanyaan Devan. Ia kelihatan sangat mengagumi Devan

Setelah itu bergantian teman-teman yang lain menanyakan keadaan gue sampai terakhir adalah giliran Jasmine. Teman-teman gue tahu aja kalau gue dan Jasmine butuh waktu berdua. Akhirnya mereka menjauh dan membawa Cilla dengan mereka.

"Kayanya ade lo kagum banget sama Devan," ucap Jasmine saat teman-teman gue mulai pergi. Ia kemudian duduk di bangku di dekat tempat tidur gue

"Aku kangen sama kamu," ucap gue spontan.

Jasmine kemudian mengarahkan pandangannya ke gue. Dia tersenyum. "Aku juga kangen sama kamu," jawabnya

Kamudian gue duduk. Gue memutar tubuh gue menghadap Jasmine. "Mungkin seterusnya aku bakalan sering nginap disini!" ucap gue.

"Ga' papa. Supaya kamu cepat sehat."

Setelah itu tak ada lagi yang kami bicarakan. Rasanya sekarang aku sangat canggung. Mungkin karena sekarang status kami sudah berbeda. Tiba-tiba Jasmine mengupaskan apel dan memberikannya pada gue.

"Ini ...." ucapnya. Gue menerima apel tersebut dan memakannya.

Tapi tiba-tiba saja gue ingin menanyakan sesuatu sama Jasmine.

"Aku boleh tanya?" Gue memegang lengan Jasmine yang sedang memotong apel

"Tanya apa?" tanya Jasmine.

"Kenapa dulu kamu benci banget sama aku?"

Jasmine menghentikan aksi nemotong apelnya. Ia sedikit tertegun. Setelah itu ia menatap wajah gue.

"Sebenarnya aku ga' pernah benci sama kamu. Aku cuma kesel soalnya kamu selalu ngikutin aku. Aku mau itu kamu juga. Yang lebih ngeselin kamu selalu menang, 'kan kesal."

Gue cuma tersenyum. Sebenarnya gue ga' pernah mengikuti Jasmine. Secara tidak sengaja gue selalu saja berada diposisi sama dengan Jasmine. Seperti waktu SMP, Jasmine sangat ingin menjadi juara sains. Tapi ternyata yang juara gue. Itu juga bukan keinginan gue. Kepala sekolah yang memaksa untuk ikut. Dan banyak hal lainnya.

"Tapi sekarang ga' papa. Aku sekarang tahu kalah kamu memang pantas mendapatkannya. Kamu istimewa," ucap Jasmine tersenyum.

Aku membalas senyum Jasmine. "Makasi sayang," ucapku.

"Tapi kita tetap harus saingan. Aku ga mau kamu ngalah. Kita harus buktikan siapa yang terbaik."

Aku hanya tertawa. "Oke ... kita saingan!" ucapku bersalaman dengan Jasmine.

***

Author POV

Saat ini Ayleen sedang berada di ruangan Bian untuk membicarakan langkah apa yang harus diambil untuk pengobatan Gavin nantinya.

"Sekarang kankernya sudah memasuki stadium empat. Jadi sekarang sangat sulit untuk diobati."

"Gue akan ngelakuin apapun supaya Gavin sembuh."

"Iya gue tau. Tapi ini sangat sulit. Penyakitnya sudah terlalu parah."

"Jadi kita harus apa?"

"Kita coba bujuk Gavin ke rumah sakit singapore waktu itu. Di sana alatnya lebih canggih. Kemungkinan sembuhnya lebih besar."

"Oke ... gue akan coba ..."

Ayleen lalu bangkit dari duduknya dan meninggalkan ruangan Bian. Sekarang ia tak dapat berfikir apa-apa. Rasanya otak Ayleen sekarang sedang buntu. Ia butuh istirahat untuk menyegarkan pikirannya lagi.

Saat ia kembali ke ruangan Gavin, ia melihat putranya tersebut tertawa begitu lepasnya bersama Jasmine. Sudah begitu lama ia tak melihat tawa Gavin. Semenjak anaknya tahu yang sebenarnya. Baru sekarang tawa itu dilihatnya kembali. Dan semua itu karena seorang Jasmine.

"Hai ... Mama ganggu ga'?" Ayleen menyapa Jasmine dan Gavin.

"Ga' kok Tante, kita ga' ngapa-ngapain," jawab Jasmine.

"Ngomong-ngomong Cilla mana ya?" tanya Ayleen yang tidak melihat anak perempuannya tersebut.

"Cilla keluar sama teman-teman Tante," ucap Jasmine lagi.

"Oh iya ma ... kayanya Cilla naksir sama Devan," ucap Gavin serius.

"Ngaco kamu ..." ucap Ayleen yang membuat Gavin mrngerucutkan bibirnya. Sedangkan Jasmine yang melihatnya hanya tertawa.

"Oh iya Vin. Mama mau ngomong serius sama kamu." Ayleen tiba-tiba mengubah wajahnya menjadi serius.

"Ngomong aja Ma!"

"Mama mau kita berobat di Singapore. Karena di sana peralatannya lebih lengkap. Dan kamu sembuhnya juga lebih cepat." ucap Ayleen hati-hati. Ia takut buah hatinya tidak siap mendengar apa yang dikatakannya

"Ngga Ma!" ucap Gavin pelan. Ayleen jadi bingung dengan sikap anaknya. Biasanya Gavin adalah anak yang sangat penurut.

"Lho kenapa?" Tatapan Ayleen jadi sendu. Ial kecewa dengan pernyataan Gavin.

"Aku mau ngelakuin apapun dan pengobatan apapun asalkan di Indonesia. Aku ga' mau ke luar negeri Ma!"

"Tapi Vin?" Ayleen berusa meyakinkan Gavin. Tapi belum selesai bersuara, Gavin lebih dulu memotongnya

"Please Ma! Kali ini tolong dengarin aku. Anggap aja ini permintaan terakhirku."

Gavin memutar tubuhnya memunggungi Jasmine dan Ayleen. Ayleen hanya bisa pasrah menerima keputusan anaknya. Gimanapun ia akan membujuk nanti Gavin ga akan mau mendengarnya.

Wanita yang melahirkan Gavin itu lalu ke luar dari ruang rawat Gavin. Jasmine bisa melihat kekecewaan Ayleen. Jasmine melihat air mata wanita itu sudah menggenangi kelopak matanya.

"Vin ..." Jasmine mencoba untuk membujuk Gavin. Tapi sebelum ia sempat bicara Gavin sudah memotongnya terlebih dahulu.

"Sorry Mine, kalo lo mau ikutan mujuk gue lo lebih baik pulang."

Jasmine yang mendengar perkataan Gavin terkejut. Ia tak menyangka Gavin akan bicara sekasar ini padanya.

Tapi ia tak akan sakit hati. Ia tahu saat ini Gavin sedang terpuruk dan ia tak akan meninggalkan Gavin hanya karena Gavin bicara kasar. Ia akan selalu ada di sampung Gavin walaupun Gavin tak menganggapnya sekalipun.

Hallo Gavin (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang