Hallo Gavin 25

14.7K 986 6
                                    

Hari ini Gavin sudah mulai sekolah. Ia terus di motivasi Ayleen agar mau ke sekolah lagi. Gavin sebenarnya belum siap ketemu lagi teman-temannya. Ia tak mau teman-temannya hanya kasihan melihatnya. Ia tak mau dianggap lemah

"Hallo Bro, tampah tampan aja lo! Tapi masih gantengan gue sih," ucap Ronald melihat Gavin masuk kelas

"Lo ngeledek gue karena sekarang gini?" Gavin menujuk matanya yang sekarang menggunakan kacamata. Memang sekarang kalau tidak pakai kacamata pandangannya jadi kabur.

"Sensi amat lo! Gue jujur tau!" Ronald lalu duduk di sampingnya dan merangkul bahu Ronald

"Lo kemana aja sih? Doi dari kemarin galau nyariin lo," ucap Devan melihat kearah Jasmine. Jasmine hanya tersenyum. Tapi Gavin hanya cuek saja. Ia masih belum siap untuk menemui Jasmine.

Tak lama, Bu Inggrit masuk. Sebelum belajar ia menyuruh Gavin pindah ke depan. Ini semua atas perintah Ayleen mengingat sekarang penglihatan Gavin sudah mulai terganggu.

Setelah itu, mereka lalu belajar seperti biasa.

***

Gavin langsung keluar kelas saat bel istirahat berbunyi. Ia menjadi sangat pendiam sekarang. Ia juga lebih suka menyendiri. Ini semakin membuat Jasmine gelisah.

Ia memutuskan untuk menemui Gavin untuk meminta penjelasan pria itu.

"Vin ... gue mau ngomong!" Jasmine berdiri di depan Gavin yang lagi duduk sendirian di bangku taman sekolah.

"Lain kali aja. Gue lagi belajar," ucapnya tanpa melihat Jasmine.

"Bahkan kali ini pertama kalinya gue lihat lo belajar,"

"Setiap orang bisa berubah."

"Lo kenapa sih Vin jadi berubah?"

"Biasa aja," jawabnya singkat.

"Vin, lihat gue. Gue salah apa sama lo?" Gavin mengangkat wajahnya.

"Salah? Lo nyembunyiin semuanya dari gue."

"Tapi ini suruhan Tante Ayleen. Dia ga' mau lo tertekan."

"Sekarang gue tertekan. Lo tau ga'. Gue kaya orang bego. Yang tahu terakhir kalo gue bakal mati."

"Lo ngomong apa sih?"

"Gue ngomong apa adanya. Emang gue mau mati."

"Lo ...." Jasmine mulai emosi.

"Ngapain lo masih di sini? Kalo lo kasihan gue ga' butuh!" ucap Gavin lalu melihat bukunya lagi.

"Lo ...." tunjuk Jasmine. "Lo jahat, gue hampir mati penasaran ga' dapat kabar dari lo tiga hari dan lo bilang gue cuma kasihan? Gue kecewa sama lo!" ucap Jasmine lalu meninggalkan Gavin yang hanya diam.

"Lo keterlaluan Vin!" ucap Atha yang dari tadi berdiri tak jauh dari mereka.

Gavin hanya menunduk. Ia menyesal. "Argghh!" Ia menjambak rambutnya.

***

Sepulang sekolah Gavin tak langsung pulang ke rumahnya. Ia memutuskan untuk singgah ke sebuah taman terlebih dahulu. Ia harus menenangkan pikirannya.

Ia duduk di sebuah bangku taman. Lalu ia melihat seorang anak tepatnya pengamen cilik perempuan yang sedang berkelahi. Bukan, tepatnya ia du pukul anak yang Gavin perkirakan beberapa tahun diatas anak tersebut.

"Lepasin ...." teriaknya berontak.

"Kasihin uang lo cepat!" teriak anak yang memukulnya tadi.

"Aku ga' punya. Belum dapet dari tadi." ucap anak itu terus berontak.

Gavin yang tidak tega melihatnya menghampuri mereka.

"Eh lo, lepasin ga! Kalau ga' gue panggil polisi," ucap Gavin. Anak itu lalu lari ketakutan karena gertakan Gavin.

"Kamu ga' papa?" Gavin jongkok di depan anak itu untuk menyamakan tingginya.

"Ga' papa Kak. Makasi ya," ucapnya takut-takut.

"Orang tua kamu mana?" tanya Gavin memastikan.

"Aku ga' punya orang tua Kak." ucapnya masih menunduk.

"Terus kamu tinggal sama siapa?"

"Aku tinggal sama teman-teman di jalanan kak. Aku ngamen. Habis itu harus setor ke Bang Komar."

"Bang Komar?" tanya Gavin penasaran.

"Iya, Bang Komar. Orang jahat. Aku harus setor sama dia. Kalau ga' aku nanti dipukulun." Gavin tersentuh mendengarnya

"Terus yang tadi siapa?"

"Dia teman ngamen aku. Dia dari tadi belum dapat uang. Jadi ia maksa aku untuk ngasihin uang aku. Dia takut sama Bang Komar."

Gavin berdiri sebentar. Lalu ia memegang tangan anak itu.

"Gimana kalau kamu ikut Kakak aja?" tawar Gavin. "Kamu ga' perlu ngamen lagi."

Anak itu berfikir sebentar. "Kakak bukan penculik kan?" ucapnya tiba-tiba.

Gavin yang mendengarnya hanya tertawa dan mengacak rambut anak itu. "Ya enggak lah," jawabnya

Akhirnya anak itu mau juga ikut sama Gavin. Tak tahu kenapa begitu melihat anak itu ia langsung menyukainya.

"Oh iya. Nama kamu siapa?" tanya Gavin diperjalanan pulang.

"Aku Cilla Kak," jawab Cilla sambil salim dengan Gavin.

"Kakak Gavin. Mulai sekarang Kak Gavin Kakak kamu!" ucap Gavin tersenyum tulus.

"Beneran Kak? Cilla punya Kakak?" jawab Cilla berbinar.

"Bukan cuma Kakak. Tapi Mama juga," ucap Gavin yang membuat Cilla semakin bahagia.

Sesampainya di rumah, Gavin lalu mengajak Cilla masuk. Cilla langsung memandang takjub dengan pemandangan yang dilihatnya.

"Ini rumah Kak Gavin?" tanyanya ternganga.

"Iya ... tapi mulai sekarang ini juga rumah Cilla." Gavin menggendong Cilla.

Tak lama Ayleen datang dan terkejut melihat Gavin tak sendiri.

"Itu siapa Vin?" tanya Ayleen. Cilla hanya menunduk ketakutan.

"Ini Cilla Ma. Gavin nemuin dia di taman," ucap Gavin.

"Astaga Vin. Gimana kalau orang tuanya nyariin?" Ayleen panik. Gavin lalu menceritakan semuanya ke Ayleen yang membuat Ayleen tersentuh.

"Gimana Ma?" tanyanya penuh harap.

"Kamu memang baik sayang. Mama bangga sama kamu." Ayleen memeluk Gavin.

Kemudian ia jongkok di depan Cilla. Cilla makin menunduk takut

"Hai gadis manis. Mulai sekarang kamu tinggal di sini ya," ucapnya memegang tangan Cilla. Cilla yang mendengar perlahan mengangkat wajahnya.

"Beneran Tante?"

"Ia sayang! Mulai sekarang kamu panggil Mama ya?" ucapnya lalu memeluk Cilla.

"Makasi Mah." Cilla memeluk Ayleen senang.

"Makasih ya Ma. Aku yakin dia jadi pengganti aku nantinya," ucap Gavin haru.

"Gavin. Mama ga' mau kamu ngomong gitu lagi. Mama akan ngelakuin apapun agar kamu sembuh!"

"Maaf Ma." Gavin merasa bersalah.

"Iya sayang, sini." Kemudian Ayleen memeluk Gavin dan Cilla bersamaan.

Setelah itu Ayleen menelpon seseorang. "Hallo Hellen!" ucapnya "Saya mau kamu ke rumah sekarang. Iya saya mau kamu rombak sebuah kamar di sini jadi ala princess. Ia harus selesai hari ini juga karena mau dipakai anak saya. Oke. Saya juga mau beserta pakaian anak cewek umur 5 tahun. Pokoknya semua perlengkapannya. Saya mau hari ini juga selesai gimanapun caranya. Oke Hellen?" Ayleen lalu memutus sambungan telponnya.

Memang, sejak bekerja sifat otoriter Reynand sedikit banyak pindah kepadanya.

"Sebentar lagi kamar kamu akan siap," ucap Ayleen kepada Cilla.

"Mama emang hebat!" puji Gavin sambil memeluk Mamanya bangga.

Tbc...

Hallo Gavin (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang