Hallo Gavin 31

14.4K 912 1
                                    

Saat ini gue baru saja selesai melakukan kemoterapi pertama. Dan semuanya ga' sesuai ekspektasi. Kemarin gue percaya sama Mama kalau rasanya itu kaya disuntik. Itu semua bohong. Rasanya sungguh menyakitkan. Tak bisa gue bayangkan sakitnya.

Tapi untungnya ada Mama dan Cilla yang selalu menguatkan gue. Mereka selalu membantu gue melewati semua ini. Mereka selalu di sini setiap saat.

"Huekk." Mama mengambikan baskom untuk menampung cairan yang keluar dari mulut gue

Inilah salah satu efek samping kemoterapi. Gue jadi sering muntah sejak selesai tadi. Nggak terhitung sudah berapa kali gue mengeluarkan cairan hijau tersebut hingga rasanya gue ga' memiliki tenaga sedikitpun.

"Maa ... sebenarnya Kak Gavin sakit apa?" tanya Cilla tiba-tiba.

Mama tersenyum kepada Cilla. "Kak Gavim sakit karena malas makan. Jadi Cilla ga' boleh kaya gitu ya," ucap Mama.

Cilla hanya mengangguk dan mendekat ke arahku.

"Kakak mau Cilla pijitin?" tanyanya. Gue mengangguk. "Emang Cilla mau mijitin Kakak?" tanya gue lembut.

Ia lalu menganggukkan kepalanya semangat.

"Cilla mau. Supaya kakak cepat sembuh. Cilla kan sayang sama Kak Gavin," ucapnya lalu mulai mijitin gue.

Rasanya geli. Seperi ga' ada rasanya. Namun gue menikmatinya. Karena ini dilakukan oleh orang yang gue sayang.

"Muka Kakak merah," ucap Cilla.

Gue lalu melihat wajah gue melalui ponsel. Dan benar saja. Muka gue sangat merah seperti habis dijemur di matahari. Gue rasa wajah gue sekarang udah semakin jelek aja. Tulang pipi gue juga sudah semakin kelihatan. Apalagi sekarang gue ga' lagi memiliki rambut. Huh sungguh tragis.

"Kakak jelek ya?"

Cilla menggeleng. Ia menggenggam tangan gue. "Kakak tetap ganteng. Cilla sayang kakak. "

Tiba-tiba Cilla naik ke kasur dan memeluk gue erat. Gue hanya bisa membalas pelukannya dan mencium pipinya lama.

Gue lihat Mama yang dari tadi memperhatikan hanya menangis terharu. 'Maafin aku Ma cuma bisa bikin mama nangis.'

***
Seminggu sudah gue di rumah sakit. Dan sekarang keadaan gue sudah membaik. Jadi sekarang gue diperbolehkan pulang.

Sambil menunggu Mama membereskan peralatan dan atministrasi, gue memutuskan untuk mengelilingi rumah sakit. Walaupun gue udah sering dirawat di sini, namun baru kali ini gue melihat se keliling rumah sakit ini.

Sebenarnya rumah sakit ini punya Om Bian. Rumah sakit yang cukup besar. Bisa disebut yang terbesar di Jakarta.

Saat melihat-lihat, ga' sengaja gue berpapasan dengan seorang wanita yang gue kenal. Ya, wanita itu Tante Dewi. Mamanya Alden. Awalnya Tante Dewi agak terkejut melihat gue. Tapi kemudian ia tersenyum dan menghampiri gue.

"Kamu udah boleh pulang Vin?" tanya Tante Dewi ramah. Ternyata Tante dewi tahu gue dirawat di sini.

"Alhamdulillah Tan. Tante sendiri ngapain di sini?" Atanya gue bingun.

"Devan sama Jasmine belum beri tahu kamu kalau Alden juga dirawat di sini?"

"Alden kenapa Tan?"

"Mending kita duduk di situ."

Gue hanya mengikuti Tante Dewi untuk duduk di salah satu bangku. Setelah itu Tante Dewi mulai menceritakan semuanya tentang Alden dan penyakitnya. Betapa terkejutnya gue mendengar Alden ga' jauh beda ama gue. Ternyata ia juga menderita penyakit yang ga' main-main.

Hallo Gavin (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang