Jasmine POV
Hari ini adalah hari dimana aku dan Gavin akan mengikuti olimpiade matematika tingkat nasional. Sekarang kami sudah ada di tempat acara akan dilangsungkan.
Aku perlahan mendorong kursi roda milik Gavin memasuki tempat diadakannya acara. Aku melihat Gavin jadi sorotan orang-orang yang ada di sini. Mungkin karena mereka melihat Gavin yang ga' biasa. Gavin datang menggunakan kursi roda dan masih memakai infus dan selang oksigen. Mereka semua memandang aneh Gavin. Ada yang menatapnya kasihan bahkan ada yang terang-terangan meremehkan Gavin.
"Eh ... lihat deh ... itu kayanya kapten Abraham deh. Tapi kok sekarang gitu? Ga ganteng lagi ..."
Ku dengar bisik-bisik orang membicarakan Gavin.
"Iya .. lo benar. Sekarang dia sakit parah deh kayanya. Itu makanya jangan suka phpin orang. Rasain sekarang."
"Iya ... kenapa dia masih ikut aja ya?"
"Gue yakin dia ga' bakal bisa jawab soalnya."
Kupingku sudah mulai panas mendengarnya. Tapi aku heran melihat Gavin yang masih tenang. Seakan dia tidak mengalami apa-apa. Ku dengar mereka masih menertawakan Gavin. Mereka pikir ini lucu kali ya? Ini udah ga' benar. Aku harus melakukan sesuatu.
"DIAM!" ucapku lantang. Mereka langsung diam dan semuanya melihat ke arahku.
"Kalian pikir ini lucu? Kalian pikir dengan kalian tertawa kalian hebat. Kalian meremehkan Gavin. Kalian pasti mengira Gavin di sini cuma pengen cari perhatian. Kalian ngira Gavin ga' bakalam bisa jawab soalnya dengan baik. Kalian salah. Gue berani taruhan kalau nanti Gavin lebih baik dari kalian semua. Kalian lihat aja nanti."
Mereka hanya diam mendengar ucapanku. Mereka ga' berani menjawab ataupun menatapku langsung. Setelah itu aku mendorong Gavin ke tempat dimana akan diadakan lomba. Aku membantu Gavin duduk di nomor yang sesuai dengan nomor ujiannya. Sebelum aku meninggalkannya dia menarik tanganku.
"Makasi ..." ucapnya tulus. Aku tersenyum. "Aku melakukan yang seharusnya!" ucapku tulus.
Selanjudnya aku berjalan menuju mejaku. Aku duduk dua meja di depan Gavin.
***
Gavin POV
Gue ga' nyangka dengan apa yang di lakukan Jasmine tadi. Dia membela gue di depan orang-orang yang tadi meremehkan gue. Gur ga' nyangka dunia akan cepat berputar. Dulu gue dipuja. Dulu mereka akan melakukan apapun untuk bisa bersama gue bahkan ada yang rela mempermalukan diri sendiri untuk bisa dekat sama gue. Namun semuanya berubah. Mereka sekarang menatap gue kasihan. Bahkan ada juga yang menatap gue seakan gue ini makhluk paling menyedihkan di dunia. Namun itu semua ga' gue temukan pada Jasmine. Dia melihat gue sebagai Gavin. Gavin yang kuat. Tidak seperti mereka semua.
Soal telah di bagikan. Awalnya gue merasa baik-baik saja. Gue bisa dengan mudah mengerjakan soal-soal itu hingga soal ke 35 dari 40 soal. Pada saat mengerjakan soal ke 36, gue merasa kepala gue mulai sakit. Rasanya semuanya berputar. Sampai rasanya bernapaspun sangat susah. Gue ga' bisa lagi berfikir. Gue udah ga' kuat lagi. Sampai-sampai semuanya gelap. Gue ga' tahu apa yang terjadi setelah itu.
Author POV
Saat ini waktu ujian telah habis. Semua orang telah meninggalkan tempat ujian untuk pulang kerumah masing-masing.
Berbeda dengan Jasmine. Ia membereskan perlengkapan ujiannya terlebih dahulu. Setelah selesai barulah ia pergi ke tempat duduk Gavin untuk membantu Gavin membereskan perlengkapannya. Ia melihat Gavin kepala Gavin bertopang pada meja. Ia menyangka Gavin hanya istirahat karena lelah. Lalu ia berusaha membangunkan Gavin.
"Vin ... bangun Vin ... ayo pulang ..." Jasmine berusaha menggoyangkan tubuh Gavin Agar pemuda itu bangun. Namun Gavin tak meresponnya.
"Vin bangun!" Gavin tidak juga merespon. Jasmine lalu berusah mengangkat kepalab Gavin dengan kedua tangannya.
"Astaga Vin!" ucap Jasmine panik. Dilihatnya wajah Gavin sudah sangat pucat. Bahkan sekarang mulut dan hidungnya mengeluarkan darah yang cukup banyak. Bahkan selang oksigen yang tadi dipakai Gavin sudah terlepas dari hidungnya.
"TOLONG!" teriak Jasmine panik.
Orang-orang langsung datang mendengar teriakan Jasmine.
"Tolong angkat ke mobil!"
Akhirnya mereka mengangkat tubuh Gavin ke mobil yang telah menunggu di parkiran.
"Pak udin, tolong buka pintu belakang!" ucap Jasmine panik.
Pak Udin lalu membuka pintu belakang dengan cepat.
"Ya Allah Non. Ini kenapa?" tanya Pak Udin panik.
"Saya juga ga' tau Pak. Sekarang cepat ke rumah sakit pak."
Pak Udin lalu menjalankan mobil menuju rumah sakit. Jasmine yang menemani Gavin di belakang hanya bisa berdoa.
"Bertahan sayang!" ucapnya sambil memeluk kepala Gavin.
"Kamu ga' boleh pergi. Jangan tinggalin aku."
***
Setibanya di rumah sakit, Gavin langsung dibawa ke ruang ICU untuk di tindak lanjuti. Ayleen yang berada di sana hanya bisa pasrah. Ia terus memeluk Jasmine. Ia tahu sekarang Jasmine sama hancur dengannya.
"Tante ... aku takut!" kata Jasmine.
Ayleen hanya bisa menenangkan Jasmine walau ia merasa sama hancurnya dengan Jasmine. Mungkin lebih. Mengingat Gavin adalah hartanya yang paling berharga. Gavin adalah alasannya masih bertahan selama ini. Gavin adalah titipan Tuhan yang paling indah. Tak tau bagaimana kalau sampai Gavin diambil darinya. Ia tak tahu apakah masih bisa bertahan. Ia tak tahu apakah masih bisa hidup atau tidak. Karena yang ia tahu Gavin adalah nafasnya. Bagaimana dia bisa hidup kalau nafasnya sudah tidak ada lagi.
"Tante janji akan melalukan apapun untuk kesembuhan Gavin."
"Janji ya tante."
"Iya sayang tante janji."
Ayleen tak tahu apakah ia mampu menepati janjinya sama Jasmine. Tapi ia akan berusaha. Ia akan melalukan apapun untuk kesembuhan Gavin. Walau dengan menukarkan nyawanya sekalipun. Karena baginya Gavin adalah yang terpenting.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hallo Gavin (Revisi)
Teen FictionGavin Aldebaran Abraham, cowok ganteng, kaya, most wanted, bad boy yang selalu mendapatkan apa yang diinginkannya. Namun apa jadinya kalau semua kesempurnaan itu berbalik jadi sesuatu yang tidak pernah dibayangkannya sekalipun? Jasmine Afsheen Myesh...