Hallo Gavin 8

19.4K 1.2K 11
                                    

Akhirnya, setelah tiga hari mereka melakukan study tour. Sekarang saatnya mereka pulang ke Jakarta. Sebenarnya ini berat, mengingat jarang hal-hal seperti ini bisa terjadi. Berkumpul dan menghabiskan waktu bersama teman. Apalagi tempatnya begitu tenang tanpa polusi. Ini pasti akan sangat mereka rindukan.

Waktu di perjalanan pulang ini, Jasmine tidak lagi duduk bersama Gavin. Dia lebih memilih duduk bersama Atha. Karena menurutnya duduk bersama Atha lebih nyaman dibanding dengan Gavin.

Jasmine masih tak habis pikir dengan jalan pikiran Gavin. Ia masih tak menyangka Gavin menerima tantangan Atha yang menurutnya tidak masuk akal itu.

Sedang asik melamun, tak sengaja Jasmine melihat Gavin yang sedang tertidur. Kebetulan Gavin duduk di depan sebelah kanan Jasmine berdiri. Jadi ia dengan leluasa melihat wajah Gavin.

Jasmine baru sadar kalau ternyata Gavin itu ganteng. Bukan, tapi ganteng banget. Ia memiliki kulit putih, rambut coklat tebal yang acak-acakan. Menambah kesan Badboy pada pemuda itu. Matanya berwarna coklat tua, namun sedikit sayu. Tapi itu tak mengurangi kadar kegantengannya. Bibirnya merah muda tipis dan ia memiliki rahang yang tegas ditambah lagi tinggi dan berat badannya sangat proporsional. Tak heran ia sangat dipuja-puja di sekolah.

Saat tengah melihat Gavin, tiba-tiba Atha mengejutkannya. Ternyata ia tahu kalau Jasmine dari tadi sedang memperhatikan Gavin.

"Ayo! Lo lagi mikir jorok ya?" tuduh Atha dengan suara yang cukup keras. Karena malu, Jasmine membekap mulut Atha dengan tangannya.

"Apaan sih lo! Nuduh sembarangan aja!!" Geram Jasmine. Atha berusaha melepaskan tangan Jasmine dari mulutnya.

"Gue tau keleus, dari tadi lo ngeliatin apaan," kata Atha sambil mengarahkan pandangannya kepada Gavin.

"Ga usah ngaco lo! Sok tahu amat sih lo!" Jasmine masih mencoba mengelak, namun pipinya sudah semerah tomat.

"Cie ... blushing cie," Atha meledek Jasmine sehingga ia menjadi lebih salah tingkah lagi. Itu membuat Atha semakin meledeknya lagi.

"Udah ah! Gue mau tidur." Jasmine mengalihkan pembicaraan. Ia memutar tubuhnya membelakangi Atha. Lalu Ia pura-pura tidur. Ia masih memikirkan Gavin. Apakah benar ia menyukainya lagi?

***
Setibanya di Jakarta, seluruh siswa di persilahkan untuk pulang ke rumah masing-masing. Kebetulan Arya sudah setia menunggu Jasmine di halaman sekolah. Melihat kakaknya di sana, Jasmine lalu melambaikan tangannya dan mendekati Arya. Tapi ia tak sendirian. Ada Atha yang sudah memasang tampang mupeng di sampingnya.

"Abang!" Jasmine lalu mencium pipi Arya dan memeluknya. Arya membalas pelukan Jasmine dan mengacak rambut adiknya itu.

"Gue tahu lo kangen sama gue. Tenang! Gue juga kangen," kata Arya mulai songong.

"Ih Abang ...baru aja ketemu udah songong aja." Jasmine mengerucutkan bibirnya kesal. Tak habis pikir. Dia memiliki seorang abang. Tapi songongnya minta ampun. Bukannya kangen-kangenan baru ketemu malah ngajak berantem.

"Ia gue minta maaf!" Arya mengacak rambut Jasmine lagi. Sebenarnya ia juga sangat merindukan Jasmine. Tapi apa boleh buat. Ini sudah menjadi kebiasaan buatnya menjahili Jasmine.

Jasmine menepuk jidatnya pelan. Ia lupa kalau sekarang ia lagi bersama Atha yang sudah senyum-senyum ga jelas.

"Tha!! lo kenapa diam aja?" Jasmine melambaikan tangannya kearah Atha. Atha sadar dari lamunannya langsung heboh.

"Hai kak Arya," ucap Atha heboh. "Lama ga ketemu. Kakak makin ganteng aja!" ucapnya menggebu-gebu. Memang beginilah Atha. Selalu bisa mengungkapkan isi hatinya. Tak peduli itu akan mempermalukan dirinya sendiri.

"Hai Atha!" jawab Arya singkat. "Sorry ya gue pamit dulu." Arya langsung menarik tangan Jasmine menuju mobil. Atha hanya busa terpaku melihatnya. Sudah biasa ia diperlakukan seperti itu oleh seorang Arya.

Sementara, tak jauh dari sana ada seorang yang sedang mengepalkan tangannya. Ia cemburu melihat adegan tadi. Orang itu adalah Gavin.

Ternyata bukan hanya Gavin yang melihat adegan tadi. Tapi juga ada sepasang mata lagi. Namun pikirannya berbeda dengan Gavin. Kali ini, sasarannya adalah Gavin sendiri. Jadi itu? Gadis itu yang akan menghancurkan lo?" ucapnya dalam hati." "Tunggu kehancuran lo. Gavin Aldebaran Abraham."

***
"Lo kenapa sih langsung pergi buru-buru aja? Kasian tau Atha di tinggal sendirian." kata Jasmine menatap Arya kesal.

Saat ini mereka sedang berada di perjalanan pulang ke rumah. setelah insiden Arya menarik paksa tangan Jasmine dan meninggalkan Atha di sekolah.

"Abisnya gue kesel. Teman lo itu bawelnya minta ampun," jawab Arya yang semakin membuat Jasmine semakin esmosi.

"Tapi dia temen gue!! tega banget sih lo!" Jasmine cemberut. Dia melipat tangannya di dada.

"Iya maaf!! Tadi gue reflek," kata Arya enteng.

"Tau ah! Kesel gue sama lo!" Jasmine memutar tubuhnya membelakangin Arya.

Arya hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan Jasmine. Ia tahu kalau sudah begini percuma mengajak adiknya ini bicara. Jasmine kalau sudah ngambek bakalan lama.

Sementara di tempat yang berbeda Gavin baru sampai di rumahnya. Namun saat sudah masuk ia tak menemukan siapa-siapa. Rumahnya sangat sepi.

"Mah ... aku pulang m ... Mama dimana?" teriak Gavin keras. Mendengar teriakan Gavin, Bi Surti yang sudah bekerja sejak ayahnya masih kecil keluar.

"Eh den Gavin sudah pulang. Sini Bibik bawain tasnya!" Bi surti hendak mengambil tas dari tangan Gavin.

"Ga usah bi! Biar aku sendiri. Lagian cuma tas doang," tolak Gavin halus.

"Oh ya bik, Mama mana ya? ga kelihatan," tanya Gavin penasaran.

"Oh anu, dari kemarin Ibu pergi ke Inggris. Katanya perusahaan yang di sana ada bermasalah." jawab Bi Surti tidak enak. Ia tahu Gavin pasti sangat merindukan Ayleen.

Gavin diam sejenak. "Ya udah Bi. Aku ke kamar dulu mau istirahat." Gavin meninggalkan Bu Surti menuju kamarnya. Ia tahu ini sudah biasa terjadi. Tapi ia hanya berharap memiliki sedikit waktu bersama sang Ibu.

Saat tengah asik melamun, tiba-tiba ada pesan masuk dari ponselnya. Pesan dari orang yang sudah lama tidak di temuinya.

Gue kembali. Kalau lo berani. Gue tunggu lo besok di tempat dulu.

Itulah isi darin pesan tersebut. Gavin menghela napas berat. Ia tahu cepat atau lambat ini semua akan terjadi.

tbc....

Hallo Gavin (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang