Sepulang sekolah, Jasmine memutuskan untuk ikut Gavin ke rumahnya untuk memastikan cowok itu baik-baik saja. Mengingat kondisi Gavin beberapa saat lalu. Ia tak mungkin membiarkan cowok tersebut pulang sendiri.
Memang, sejak beberapa hari ini Gavin lebih sering menggunakan mobil mengingat kondisinya yang kurang memungkinkan untuk mengendarai motor.
Lagian juga Ayleen tak akan mengizinkan Gavin untuk naik motor. Ayleen bahkan menyuruh Gavin diantar supir namun Gavin menolak karena menurutnya cowok yang ke sekolah diantar supir itu ga' keren.
Akhirnya mereka berdua masuk ke dalam mobil Gavin. Jasmine duduk di sebelah Gavin di bangku penumpang.
"Lo gak papakan kalo nyetir? Kalo gak biar gue aja," tawar Jasmine khawatir. Ia masih mengingat keadaan Gavin beberapa saat yang lalu.
"Gak papa sayang, gue kuat kok!" Gavin mengacak rambut Jasmine pelan.
"Mulai deh resenya!" ucap Jasmine menata rambutnya yang sudah acak-acakan karena ulah Gavin. Gavin hanya terkekeh melihatnya. Menurutnya lucu melihat Jasmine yang sedang cemberut.
Setibanya di rumah, ternyata Ronald, Devan dan Davin sudah menunggu sambil main game. Mereka memang sering main ke rumah Gavin dan menginap di sana. Mereka semua sudah menganggap rumah Gavin seperti rumah mereka sendiri. Jadi mereka tak perlu minta izin Gavin lagi untuk datang ke sini.
"Eh, curang lo! Harusnya gue yang menang!" Gavin mendengar sayup-sayup suara Ronald yang mengeluh karena kalah bermain game sama Davin.
"Lo aja bego! Main ginian aja gak bisa? Cemen lo!" Sekarang giliran Davin yang membalas perkataan Ronald dengan mengejeknya.
"Lo pada ngapain ke sini?" tanya Gavin dengan Jasmine di sampingnya kepada ketiga temannya. Ketiganya menatap Gavin dan Jasmine bersamaan.
"Eh, pangeran kita datang?" ejek Ronald yang membuat teman-temannya tertawa.
"Sama tuan putri ternyata?" Kali ini Davin ikut-ikutan mengejek.
"Lo ngapain ke sini?" tanya Gavin lagi.
"Biasa ...," ucap Ronald menaikkan sebelah alisnya.
"Bilang aja lo mau minta makan." kata Devan yang tiba-tiba ngomong.
"Eh, Mas Devan kalo ngomong suka benar," balas ronald yang membuat teman-temannya tertawa.
Jasmine hanya bisa ketawa melihat tingkah teman-temannya.
"Eh, kalian lihat Tante Ayleen gak?" tanya Jasmine kepada Ronald dan teman-teman.
"Tante Ayleen tadi di dapur," jawab Devan singkat.
Jasmine lalu menuju ke dapur untuk menemui Ayleen. Ia memang sudah hafal letak dapur di rumah Gavin karena ini bukan kali pertama ia ke sini. Ternyata Ayleen sedang membuat kue. Tercium dari wanginya yang sangat menggiurkan.
"Hai tante?" sapa Jasmine ramah dan berdiri di samping Ayleen.
"Hallo sayang. Kamu ikut juga?" tanya Ayleen sambil cipika-cipiki.
"Iya Tante, tadi aku ke sini sama Gavin," jawab Jasmine sambil memperhatikan Ayleen membuat kue.
"Ada yang bisa aku bantu Tante?" tanya Jasmine basa-basi.
"Ga' usah. Ini udah mau selesai kok. Teman-teman Gavin memang kalo kesini selalu minta bikinin kue sama tante," ucap Ayleen sambil mengeluarkan kue dari oven. Jasmine yang mendengarnya hanya mengangguk mengerti.
"Oh iya, Tan, aku mau ngomong penting sama Tante." Wajah Jasmine berubah menjadi serius.
"Tadi Gavin kambuh, Tan. Sampai-sampai aku ga' tega melihatnya begitu kesakitan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hallo Gavin (Revisi)
Teen FictionGavin Aldebaran Abraham, cowok ganteng, kaya, most wanted, bad boy yang selalu mendapatkan apa yang diinginkannya. Namun apa jadinya kalau semua kesempurnaan itu berbalik jadi sesuatu yang tidak pernah dibayangkannya sekalipun? Jasmine Afsheen Myesh...