Gavin POV
"Ma ... mama bisa tolongin aku ngetik pesan untuk Devan? Tolong tanyain gimana kabar Jasmine sekarang."
Aku lalu menyerahkan ponsel ku kepada mama. Karena sekarang aku sudah tidak bisa lagi menggunakan ponsel karena kondisi ku yang buta.
"Ya udah!! Mama kirim ya."
Aku tersenyum. Tapi aku tak tahu apakah aku tersenyum kearah mama atau tidak."Ma, Cilla masih lama ya Ma?"
"Bentar lagi juga datang. Sekarang udah pukul 12. Cilla pulang sekolahnya kan pukul segini."
Sejak kejadian mama membawaku ke sini memang mama memutuskan juga ikut membawa Cilla dan memindahkan Cilla ke sekolah disini.
Tiap hari sepulang sekolah Cilla selalu ke sini. Memang sekarang cuma Cilla yang bisa ku ajak main. Karena ga mungkin disini aku memiliki teman mengingat kondisiku yang seperti ini.
"Kak Gavin ganteng!"
Itu suara Cilla. Ternyata dia sudah pulang sekolah.
"Iya Cilla. Kamu dimana?" ucapku sambil meraba-raba untuk menemukan Cilla.
"Ini Cilla kak." Cilla menuntun tanganku menuju ke wajahnya. Aku lalu tersenyum setelah menyentuh wajahnya.
"Kak Gavin mau keluar sama Cilla?"
"Emang Cilla kuat dorong kursi roda kakak?"
"Enggak."
Aku tertawa. Cilla memang lucu. Dia menawariku untuk keluar tapi dia tak kuat mendorongku.
"Ya udah, mama bantu dorong ketaman," ucap mama tiba-tiba.
Cilla langsung bersorak semangat. Setibanya ditaman, mama lalu meninggalkanku dan Cilla.
"Cilla jangan nakal ya ... jagain kak Gavin ya sayang!" ucap mama
"Beres ma," jawab Cilla semangat. Setelah itu. Mama pergi meninggalkanku berdua bersama Cilla.
"Kak Gavin mau Cilla beliin sesuatu?" tanya Cilla yang duduk di pangkuankum
"Ga sayang, kita disini aja," ucapku.
"Wah! Itu ada kupu-kupu bagus banget."
"Oh ya? Sayangnya kakak ga bisa liat ya?" ucapku.
"Ga papa kak, kakak tunggu disini. Biar Cilla tangkap."
"Tapi Cilla jangan lama-lama ya,"
Cilla lalu pergi menangkap kupu-kupu itu. Tapi setelah sekian lama dia tak kunjung kembali. Aku jadi cemas. Aku lalu meneriakkan nama Cilla berkali-kali namun tak ada jawaban dari Cilla.
Karena panik aku akhirnya memutuskan untuk menyusulnya. Aku mencoba mendorong kursi rodaku. Tapi karena aku tidak bisa melihat, ternyata aku mendorong kursi rodaku ke bawah yang lebih rendah dengan dipisahkan satu anak tangga hingga aku terjatuh dari kursi roda.
Aku berusaha meraba-raba untuk mencari dimana kursi rodaku berada. Tapi sial. Kepalaku malah jadi pusing.
"Arghh," ucapku yang masih terduduk di lantai.
Tapi tiba-tiba aku merasa ada seseorang yang membantuku dan memapahku kembali ke kursi roda.
"Mas gak papa?" tanyanya. Ternyata dia juga orang Indonesia.
"Iya, gak papa. Makasih ya," ucapku yang masih memegang kepalaku.
"Kepalanya sakit? Ini biar saya antar. Tahukan kamarnya dimana?" tanyanya lagi. Aku tahu dia seorang perempuan. Ya iyalah aku kan cuma buta ga tuli. Jadi masih bisa mendengarkan suara perempuan.
"Iya sedikit. Gak perlu mbak. Saya juga mau nungguin adek dulu.
"Yaudah. Biar saya temani dulu. Oh iya kita belum kenalan. Nama saya Melati."
Hah, melati? Mendengar nama melati aku jadi ingat Jasmine. Aku kangen Jasmine.
"Oh iya, maaf," ucapnya mengambil tanganku untuk berjabat tangan.
"Gavin," ucapku..
"Oh Gavin, udah lama dirawat di sini?" tanya melati..
"Sekitar 6 bulan. Kamu sendiri?"
"Oh, aku di sini gak dirawat. Aku di sini praktek kedokteran."
"Oh, jadi kamu mahasiswi kedokteran?"
"Iya, aku mahasiswi kedokteran."
"Maaf, berarti aku harus manggil kakak. Soalnya masih kelas sebelas."
"Santai aja Vin. Oh iya, ngomong-ngomong kamu dirawat karena apa?"
"Aku kanker otak stadium 4. Sekarang udah gak bisa ngeliat."
"Sabar, aku yakin sebentar lagi kamu akan sembuh. Karena aku lihat kamu orangnya semangat."
"Amiin, makasi Kak."
Memang benar. Aku akan terus berjuang untuk sembuh. Ini semua demi mama. Mama yang telah mati-matian merawatku. Sudah tak terhitung berapa air mata dan materi yang telah dikeluarkan mama untuk kesembuhanku. Jadi aku akan terus semangat untuk mama dan untuk seseorang yang sangat ku rindukan. Yang sangat terluka karena tak dapat kepastian dariku. Orang yang sangat ku cintai. JASMINE AFSHIN MIESHA.
"Kak Gavin, kakak sama siapa?" tanya Cilla yang tiba-tiba datang.
Aku yang mendengar suara Cilla langsung tersenyum lega. Ternyata Cilla tidak kenapa-napa.
"Oh ini, kakak sama Kak Melati. Kamu dari mana aja sih?"
Cilla lalu menggenggam tanganku.
"Maaf Kak. Tadi Cilla nangkap kupu-kupu. Tapi kupu-kupunya terbang jauh. Jadi Cilla ngejar. Maaf ya kak Cilla udah bikin kakak khawatir." Ia menyesal.
"Yaudah gak papa. Lain kali jangan gini lagi ya. Kamu tahu kan sekarang kakak ga bisa jalan sama lihat lagi. Kalau kamu kenapa-napa gimana?
"Maaf kak." Cilla mulai menangis. Karena ku dengar ia mulai terisak.
"Ya udah gak papa. Kamu jangan nangis ya." Aku berusaha meraba pipi Cilla untuk menghapus air matanya.
"Cilla sayang kakak." Ia langsung memekukku. Aku lalu membalas pelukannya dan mengelus rambutnya.
Tak lama, ku dengar suara orang berdehem. Astaga aku sampai melupakan kak melati.
"Maaf kak. Kakak jadi di cuekin," ucapku merasa bersalah.
"Gak papa Vin. Aku ngerti. Kamu adeknya Gavin ya?" Melati mengelus rambut Cilla.
Cilla yang tadi memekukku melepaskan pelukannya.
"Iya kak. Kakak siapa?" tanya Cilla ke Melati.
"Aku Melati. Aku teman baru kakak kamu. "
"Waw, nama kakak mirip kak Jasmine. Muka kakak juga mirip."
Hah mirip? Cilla bilang muka melati mirip Jasmine? Andai aku bisa lihat. Jadi aku bisa mastiin apa benar yang dikatakan Cilla.
"Emang Jasmine itu siapa?" Ku dengar Melati bertanya lagi.
"Kak Jasmine itu pacarnya kak Gavin." Cilla menjawab.
Aku jadi salah tingkah sendiri mendengar ucapan Cilla barusan.
"Cilla lihat deh. Mukanya kak Gavin merah."
Mereka apa-apaan sih. Mereka membuatku malu. Tapi aku tak berkata apa-apa. Aku hanya tersenyum. Ini semua semakin membuatku tambah merindukan Jasmine.
Tak lama kemudian, mama datang untuk menjemputku untuk kembali ke kamar rawat.
"Eh ... ternyata Gavin punya teman baru?" Mama tiba-tiba datang.
"Kenalin Ma. Kak melati. Kak melati ini mama aku," ucapku
Setelah berkenalan mama lalu pamit sama melati untuk membawaku kembali ke kamar. Karena memang waktunya untuk istirahat karena besok aku ada jadwal operasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hallo Gavin (Revisi)
Teen FictionGavin Aldebaran Abraham, cowok ganteng, kaya, most wanted, bad boy yang selalu mendapatkan apa yang diinginkannya. Namun apa jadinya kalau semua kesempurnaan itu berbalik jadi sesuatu yang tidak pernah dibayangkannya sekalipun? Jasmine Afsheen Myesh...