Hallo Gavin 5

21.7K 1.3K 6
                                    

Hari ini Gavin sudah masuk sekolah. Keadaannya sudah membaik. Ia sudah kembali menjadi Gavin yang seperti biasanya. Tapi masalahnya sekarang jam pertama adalah pelajaran sejarah. Ia sangat tidak menyukai pelajaran ini. Daripada tambah pusing, ia memutuskan untuk tidur di UKS.

Sebenarnya sudah lama ia tidak bolos. Bahkan untuk tahun ajaran ini, baru pertama kali. Itupun tidak bisa dikatakan bolos karena ia masih di sekolah. Gavin di sekolah memang dikenal suka bolos. Anehnya, walaupun begitu ia tidak pernah lepas dari peringkat tiga besar di kelasnya.

Biasanya ia bolos bareng teman-temannya. Tapi karena sekarang mereka tidak merencanakan untuk bolos sebelumnya, Jadilah Gavin bolos sendiri.

***
Sementara di kelas sekarang sedang pelajaran sejarah. Setiap pelajaran ini siswa pasti pada ribut. Terlebih Ronald. Suaranya dan teman-temannya sudah terdengar kemana-mana yang membuat pak Joko marah.

Sekali dua kali kena tegur, Ia masih saja ribut yang membuat Pak Joko yang berkumis tebal naik pitam hingga melempar
Ronald dengan penghapus papan tulis yang terbuat dari kayu.

"Awww," Terdengar suara ringisan. Tapi bukan suara Ronald maupun suara perempuan. Ternyata Pak Joko salah sasaran. Ia mengenai kepala Jasmine yang duduk di belakang Ronald. Ronald menghindar hingga Jasmine yang menjadi sasaran.

"Aduh Jasmine. Maafin saya. Saya benar-benar tidak sengaja," ucap Pak Joko dengan logat jawanya. "Ini semua karena kamu!" Tunjuknya kepada Ronald. "Keluar kamu Ronald!" T
teriaknya keras yang membuat Ronald terkejut dan langsung lari keluar. Melihat itu, siswa lainnya hanya ketawa melihat ekspresi Ronald.

"Atha ... kamu antar Jasmine ke UKS." Atha mengangguk dan mengantar Jasmine ke UKS. Kepala cewek itu sudah benjol.

Setiba di UKS, Atha langsung balik ke kelas dan meninggalkan Jasmine sendiri.

"Dasar tua, kumis, botak. Kenapa sih ngelempar aja ga becus. Benjol kan pala gue." Jasmine terus mendumel. Mendengar ada suara orang marah-marah Gavin lalu terbangun.

"Ini semua salah Ronald bego. Andai aja di ga' ngelak pasti gue ga gini." Jasmine terus marah-marah tak jelas. Mendengar Jasmine terus begitu, Gavin tersenyum. Dia tahu siapa yang marah-marah ini.

Lalu ia membuka tirai pembatas antara tempat tidurnya dengan Jasmine. Ia mau mengejutkan Jasmine.

"DOR!" Gavin mengejutkan Jasmine dari belakang. Tapi anehnya Jasmin tak terkejut. Ia memandang Gavin lama.

"Lo! Kenapa disini? Lo masih sakit. Kenapa seko ..." Ia baru sadar dan langsung meraba kening Gavin karena khawatir pemuda itu masih sakit. Belum sempat selesai bicara. Ucapannya dipotong Gavin.

"Udah gue ga' papa." Ia menahan tangan Jasmine yang sedang di kepalanya. Karena sentuhan itu jantung Jasmine kembali berdetak tak normal. Tapi ia bisa menyembunyikannya.

"Lo ga' papa? Jadi lo bolos?" tanya Jasmine keras.

"Kaya ga' tau gue aja," jawab Gavin singkat

"Oh iya. Gue lupa." Jasmine menatap Gavin sinis. Pemuda itu selalu saja menggampangkan hidupnya. Mentang-mentang dia anak pemilik sekolah.

"Btw, lo kenapa ke sini?" tanya Gavin penasaran.

Mendengar pertanyaan Gavin Jasmine emosi lagi. Ia kembali ingat Ronald. Ia ingin memutilasi pemuda itu karena telah membuat keningnya benjol.

"Oh ini? ini gara-gara sahabat lo. Gara-gara dia gue jadi benjol. Pokoknya nanti gue harus bikin perhitungan sama dia." Gavin hanya geleng-geleng melihat kelakuan Jasmine. Muka gadis itu sudah seperti kepiting rebus menahan amarah kepada sahabatnya.

Tiba-tiba Gavin berdiri dan mengambil salep di kotak obat. Lalu ia mengoleskannya ke kepala Jasmine. Karena gerakan tiba-tiba Gavin pipi Jasmine bersemu merah. Ia jadi salah tingkah.

"Udah biasa aja. Ga usah ngeces. Gue tau gue ganteng. " Jasmine langsung memeriksa mulutnya. Saat sadar ia tengah di goda Gavin, Ia kembali emosi.

tukk.. Jasmine memukul kepala Gavin kuat. "Aww," teriak Gavin reflek.

"Makanya jangan bikin gue kesel!" ucap Jasmine diiringi dengan pelototan tajam.

Gavin hanya mengusap-usap kepalanya. "Ya maaf! galak amat sih."

***
Sepulang sekolah, Gavin memutuskan tidak langsung pulang ke rumah. Ia memilih untuk pergi ke tempat yang belakangan jarang ia kunjungi. Ia akan berziarah ke makam ayahnya. Ayah yang bahkan tidak pernah ia temui.

Setibanya di sana, Gavin memarkirkan motor sportnya dan berjalan menuju makam ayahnya.

Ia membersihkan rumpu-rumput liar yang telah menutupi permukaan makam terlebih dahulu. Setelah itu, ia mulai membacakan doa untuk sang ayah.

"Apa kabar Pa? maaf belakangan ini aku jarang kesini." Gavin mengusap batu nisan ayahnya

"Aku akan selalu ingat pesan Papa ke Mama. Aku akan selalu jagain Mama."

"Sebenarnya aku kesepian. Mama sekarang jarang di rumah semenjak Opa ga' ada. Tapi aku paham. Mama ngelakuin itu demi keluarga." Tak terasa Gavin sudah menangis. Ini adalah hal yang hampir tak pernah ia lakukan.

"Tapi Papa tenang aja. Aku kuat. Aku akan menjadi yang papa inginkan." Ia menghapus air matanya.

"Tapi, aku ga' mau jadi orang yang terlalu baik kaya papa. Gap' seru," ucapnya terkekeh.

Hanya di sini tempat Gavin selalu menumpahkan isi hatinya. Di sini sepi. Jadi tak akan ada orang yang tahu kalau ia sedang menangis. Di samping itu, ia juga serasa bisa bercengkrama dengan sang ayah. Ia yakin ayahnya mendengar semua yang ia bicarakan.

Setelah pamit, ia memutuskan untuk pulang ke rumah. Karena besok ia akan berangkat study tour. Jadi, ia harus packing segala keperluan yang harus ia bawa.

***
Sementara itu Jasmine sedang sibuk menyiapkan segala keperluannya untuk besok dibantu Atha. Sebelumnya Jasmine terlebih dahulu membantu Atha di rumah gadis itu.

Kamar Jasmine sekarang sudah seperti kapal pecah. Ia mengeluarkan semua pakaiannya dari dalam lemari.

"Lo tu mau pindahan atau gimana sih?" omel Atha yang sudah pusing melihat keadaan kamar Jasmine.

"Abisnya gue bingung mau bawa apa aja." Jasmine masih tetap memilih-milih baju yang dari tadi tak ia temukan.

"Lo cukup bawa tiga. Kita di sana cuma sebentar." Atha menyerahkan tiga baju Jasmine.

"Ya ... masa yang ini?" Jasmine mengerucutkan bibirnya.

"Ape kate lo deh. Pusing gue." Atha meninggalkan Jasmine yang masih sibuk memilih baju.

Saat keluar, tak sengaja ia melihat Arya yang sedang menonton tv.

"Hai kak Arya!" Atha mendekati Arya.

"Hai Atha," jawab Arya tanpa melihat ke Atha.

"Kak Arya makin ganteng deh." Atha memulai modusnya.

"Gmm," Arya tetap cuek.

"Kakak nonton apaan sih?" Atha mulai duduk dempetan dengan Arya.

Arya menggeser tubuhnya menjauhi Atha. Tapi Atha semakin mendekat lagi.

"Sorry Atha! Kayaknya Gue harus keatas soalnya ada tugas." Arya lalu berdiri dan meninggalkan Atha yang masih tak percaya.

Jasmine yang kebetulan keluar melihat kejadian itu langsung tertawa terbahak-bahak.

"Jahat!" Teriak Atha tragis.

tbc.....

Hallo Gavin (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang