Setelah berteduh berjam-jam, akhirnya mereka memutuskan untuk pulang. Jasmine memilih untuk ke rumah Gavin terlebih dahulu karena tak memungkinkan kalau Gavin mengantarkannya Pulang.
"Maaf ya, gue jadi ga' bisa nganterin lo pulang," ucap Gavin menyesal. Sekarang dia yang duduk di bangku penumpang dan Jasmine yang mengemudi. Sebenarnya Gavin gigih. Dia mau nyetir. Tapi Jasmine lebih gigih lagi. Ia mengancam akan pulang sendiri kalau Gavin tak mengalah.
"It's okay, Gue ga papa kok." Jasmine tersenyum sambil melirik ke arah Gavin.
"Makasi ya untuk hari ini. Gue senang banget bisa jalan sama lo." Gavin memutar tubuhnya ke arah tempat duduk Jasmine.
"Iya sama-sama. Gue yang harusnya berterima kasih karena lo udah ngajak gue. Gue senang banget," ucap Jasmine tulus. Ia memang bahagia sekali bisa menghabiskan waktu dengan Gavin. Ternyata Gavin tidak semenyebalkan yang di pikirnya.
Mereka asik bercerita sehingga tak sadar mereka ternyata telah sampai di halaman rumah Gavin. Ternyata saat turun ternyata Ayleen sudah menunggu dengan wajah khawatir. Mereka langsung masuk kerumah dan menyalami Ayleen satu persatu.
"Ya Allah ... kalian dari mana?" tanya Ayleen yang sudah berdiri di pintu.
"Maaf tante, tadi kami kehujanan makanya kami telat pulang," kata Jasmine menjelaskan.
"Ya sudah! Gavin, segera ke kamar kamu untuk mandi setelah itu langsung istirahat!"
"Tapi ma? Gimana sama Jasmine?"
"Jasmine biar mama yang antar. Lagian mama juga kangen sama Jasmine."
Mau tak mau Gavin menuruti perintah mamanya karena ia merasa sangat lemas sekarang.
"Nah Jasmine, sekarang kamu mandi dulu ya! Ganti baju biar ga sakit." Ayleen lalu mengantar Jasmine ke kamar tamu untuk mandi.
Setelah mandi dan ganti pakaian, Jasmine lalu menemui Ayleen yang sudah menunggunya di bawah.
"Duduk sini sayang!" ucap Ayleen menepuk sofa yang ada di sampingnya.
Jasmine lalu duduk di sebelah Ayleen "Kenapa tante?" tanya Jasmine sopan.
"Kamu tahu kan gimana sekarang kondisi Gavin?" Jasmine menganggukkan kepalanya.
"Kalo gitu tante mohon kamu mau ya bantuin tante ngawasin Gavin. Tolong kontrol dia! Jangan sampai ia terlalu banyak kegiatan. Kamu tau kan tante jarang di rumah?" Ayleen menatap Jasmine sendu.
"Tapi gimana caranya tan? Gavin aja ga tau kalau dia sakit. Terus gimana caranya aku ngawasin Gavin sepulang sekolah saat tante ga' ada?" tanya Jasmine bingung.
"Nanti aja kita pikirin. Sekarang tante antar kamu pulang ya? Takutnya orang tua kamu khawarir."
Jasmine hanya mengangguk. Ayleen lalu mengantarkan Jasmine pulang. Setibanya di rumah, Jasmine lalu mengajak Ayleen untuk singgah terlebih dahulu.
"Yah, Bun sini dong!" teriak Jasmine yang membuat orang tuanya keluar.
"Ada ap-- Ayleen?" pekik Farah atau Bunda Jasmine kaget.
"Mbak Farah?" Ayleen langsung memeluk Farah.
"Kamu mengenal Ayleen?" tanya Ayah menatap Jasmine.
"Kenal dong yah. Tante Ayleen kan mamanya Gavin," ucap Jasmine memberi tahu.
"Ya Tuhan! Kamu ibunya Gavin?" tanya Farah lagi serasa tak percaya.
Jasmine dan Farah dulunya adalah tetangga. Mereka berdua sangat dekat seperti layaknya kakak adek. Namun sejak menikah, mereka jadi hilang komunikasi dan tak pernah bertemu lagi hingga saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hallo Gavin (Revisi)
Teen FictionGavin Aldebaran Abraham, cowok ganteng, kaya, most wanted, bad boy yang selalu mendapatkan apa yang diinginkannya. Namun apa jadinya kalau semua kesempurnaan itu berbalik jadi sesuatu yang tidak pernah dibayangkannya sekalipun? Jasmine Afsheen Myesh...