Hari ini adalah hari pengumuman kejuaraan olimpiade yang yang diikuti Jasmine dan Gavin seminggu yang lalu dan final kejuaraan basket yang tak lagi bisa diikuti Gavin.
Di tempat pengumuman olimpiade sudah ada Jasmine dan keluarganya. Di sini juga ada Atha yang dari tadi menemani Jasmine. Awalnya Jasmine sudah tak peduli lagi tentang olimpiade itu. Tapi akhirnya dengan bujukan Ayleen akhirnya dia mau dan ikut menyaksikan pengumuman acara tersebut.
Kebetulan acaranya diadakan di sebuah gor. Jadi sekarang tempat ini sudah penuh dengan penonton yang kebanyakan siswa sma yang temannya mengikuti olimpiade seperti Jasmine.
Setelah beberapa saat, orang yang selaku panitia acara naik ke atas panggung untuk mengumumkan pemenang. Jasmine sendiri tidak terlalu berharap. Karena memang ini diikuti oleh orang-orang se Indonesia.
Setelah mengumumkan peringkat harapan keriga sampai juara tiga, akhirnya pembawa acara mengumumkan juara kedua.
"Baiklah untuk juara kedua kita jatuh kepada Gavin aldebaran Abraham dari Abraham International High School."
Jasmine syok. Dia tak menyangka Gavin akan mendapat juara kedua mengingat ia tak menyelesaikan soalnya karena keburu tak sadarkan diri.
Jasmine langsung memeluk Atha yang sekarang di sampingnya.
"Lo lihat tha. Gavin memang hebat," katanya sambil menangis. Dia benar-benar terharu.
"Ia Min, Gavin memang istimewa," jawab Atha yang juga menangis terharu.
Setelah pengumuman juara dua. Jasmine tak terlalu mendengarkan pengumuman juara satu. Karena menurutnya hampir mustahil rasanya dia bisa memenangkan ini.
"Baiklah, untuk pemenang olimpiade matematika tingkat nasional juara pertama kita adalah .... Jasmine afshin myesha dari, oh masih Abraham Internasional High School."
Atha kembali memeluk Jasmine yang masih belum sadar.
"Min ... utu nama lo." ucap Atha. Orang tua Jasmine serta Arya menatap anaknya dengan bangga. Setelah sadar akhirnya Jasmine pergi ke atas panggung.
Setelah menerima hadiah dan menerima ucapan selamat dari juri dan panitia akhirnya Jasmine diminta untuk memberikan sepatah dua patah kata.
Jasmin POV
Rasanya tak menyangka kalau yang juara itu aku. Setelah sadar akhirnya aku naik ke atas panggung untuk menerima hadiah. Setelah itu, mereka memintaku untuk memberikan sepatah kata di atas podium.
"Selamat malam semuanya. Sebelumnya terima kasih kepada Allah karena memberikan kesempatan untuk saya memenangkan penghargaan ini. Juga untuk keluarga dan sahabat saya yang ada di sana." kulihat Ayah, Bunda, Bang Arya dan Atha mengacungkan jempolnya ke arahku.
"Sebenarnya saya tidak berhak menerima penghargaan ini."
Semua mata memandangku tak percaya.
"Yang berhak mendapatkan piala ini adalah orang yang sangat spesial untuk saya. Orang yang mengajarkan saya bukan hanya materi agar saya bisa memenangkan ini. Tapi dia juga mengajarkan saya arti kehidupan. Dia orang yang semangat dan pantang menyerah. Selalu tersenyum walaupun ia menderita sakit yang teramat. Selalu tersenyum walaupun banyak yang memcemooh dan memandangnya berbeda karena penyakitnya. Dia yang membawa saya ada di sini. Dan dia membuktikan kepada dunia kalau memang dia tidak lemah. Dia bisa mendapatkan juara kedua walaupun dia tak mengerjakan semua soalnya karena dia keburu tumbang. Ini semua untuk Gavin. Gavin Aldebaran Abraham. Gavin. Semoga kamu cepat sadar."
Semuanya memandangku haru. Mereka sangat tersentuh mendengar ucapanku Bahkan tak sedikit diantara mereka yang menangis mendengarnya.
"Sebelum saya turun, saya meminta waktu kalian semua untuk mendoakan Gavin. Sekarang Gavin sedang koma. Saya sangat mengharapkan dengan kita berdoa bersama Gavin bisa segera sadar dan sembuh lagi. Berdoa mulai."
Semuanya menundukkan kepalanya. Mendoakan Gavin menurut agamanya masing-masing. Aku juga ikut berdoa. Aku menengadahkan kedua tanganku. Awalnya ku baca Alfatiha. Setelah itu aku meminta kepada Allah agar memberikan keajaiban buat Gavin. Aku benar-benar memohon sampai air mataku tumpah. Begitu menyedihkan.
"Berdoa selesai." Aku mengusapkan kedua tanganku ke wajah dan membaca amin. Semua orang yang ada di sini juga melalukan hal yang seperti yang kulakukan.
Setelah mengucapkan terima kasih, akhirnya aku turun. Aku langsung menuju tempat keluargaku. Begitu sampai Bunda langsung memelukku.
"Bunda bangga sama kamu sayang," ucap Bunda sambi mengusap rambutku.
Setelah melepaskan pelukan bunda aku lalu memeluk Ayah. "Ayah yakin semua doa kita akan dikabulkan," ucap ayah lembut.
"Gue bangga sama lo Dek." ucap bang Arya yang tiba-tiba memelukku.
"Makasi semua," ucapku terharu
Semua keluargaku dan Atha ikut merasakan keharuan yang sangat Dalam. Bahkan Bang Arya sekalipun. Dia sampai menitikan air mata. Ini merupakan hal langka. Bahkan terakhir kulihat bang Arya menangis adalah waktu SD.
Semua orang sayang sama kamu Vin....
***
Devan POV
Permainan kami sangat kacau. Kepergian Gavin dari tim sangat berimbas ke pertandingan. Tim kami rasanya seperti kehilangan mental. Gavin biasanya yang selalu memotivasi kami. Dia yang selalu memberi semangat berjuang. Kami seperti sebuah kapal tanpa awak. Terombang-ambing tak tentu arah. Terbukti dengan sekarang poin kami sangat jauh dengan tim lawan. Kami hampir kalah.
"Ayo dong kita harus bangkit. Kita ga' boleh nyerah gitu aja!" ucap gue berusaha memberi semangat mereka.
"Percuma, kita udah kalah. Ga' ada harapan, " ucap Ronald pesimis.
"Gavin ga' ada sama aja kita kalah," tambah Davin yang juga tampak loyo.
Semua anggota lainnya juga seperti setuju. Mereka seperti pasrah gitu aja.
"Justru itu ... kalian ngelakuin ini untuk Gavin. Kita ga' boleh ngecewain dia. Dia selalu optimis dengan tim ini. Kalian harus ingat. Gavin akan sangat kecewa kalau kita seperti ini." Gue mencoba menyemangati team.
"Iya, lo benar. Kita harus berjuang demi Gavin," ucap Ronald tiba-tiba
"Kita harus menang." Davin lalu berdiri diikuti yang lainnya.
"Untuk Gavin ..." ucap gue.l
Semuanya lalu menyatukan tangan. Setelah itu peluit kembali berbunyi menandakan babak selanjutnya akan dimulai.
Entah keajaiban atau apa, permainan kami mulai membaik. Kami mulai mengejar poin lawan. Bahkan permainan kami sangat berbanding terbalik dengan babak sebelumnya. Begitu tenang dan tajam. Dan sekarang hanya butuh satu point lagi untuk kami bisa juara.
"Ayo Nald."
Ronald lalu melempar bola ke arah gue. Gue yakin bola itu masuk. Perlahan gur lempar bola itu ke ring. Gue ga' sanggup melihatnya. Gue memejamkan mata hingga gue merasakan teman-teman memeluk gue.
"Hebat Van ... kita menang," ucap kembaran gue sambil melompat ke badan gue.
"Serius masuk?" tanya gue ga' percaya.
"Yoi ..." ucap mereka serentak.
Lalu mereka semua mengangkat gue. Mereka mengarak gue keliling lapangan.
Setelah piala kemenangan kami di berikan. Gue lalu mengangkatnya ke udara.
"Untuk GAVIN,!" Teria gue.
Suporter yang ada di situ lalu bertepuk tangan meriah.
Kita menang Vin ... dan piala ini buat lo...
KAMU SEDANG MEMBACA
Hallo Gavin (Revisi)
Teen FictionGavin Aldebaran Abraham, cowok ganteng, kaya, most wanted, bad boy yang selalu mendapatkan apa yang diinginkannya. Namun apa jadinya kalau semua kesempurnaan itu berbalik jadi sesuatu yang tidak pernah dibayangkannya sekalipun? Jasmine Afsheen Myesh...