Jasmine POV
Hari ini aku kerumah sakit pagi-pagi sekali. Aku tak tenang karena tadi malam sudah marah sama Gavin. Belum sehari saja marahan rasanya sudah kangen sekali. Apalagi kalau semakin lama. Aku pergi ke rumah sakit membawakan nasi goreng. Karena katanyanya kemarin Gavin sangat ingin memakan nasi Goreng.
Aku masuk kedalam kamar rawat Gavin. Ternyata hanya ada tante Ayleen dan Cilla yang ada di sana.
"Pagi tante, Cilla," sapaku ramah.
"Pagi kakak cantik," ucap Cilla semangat. Makin imut aja dia.
"Eh, Jasmine. Sini diduk sayang," kata tante Ayleen ramah.
"Iya Tan, Gavinnya mana Tan?" ucapku penasaran.
"Kamu tenang aja, Gavin aman kok. Dia sekarang lagi terapi jalan."
"Maksud tante?"
"Iya sayang. Pengobatan Gavin di sini berjalan cukup baik. Tak lama lagi kemungkinan Gavin bisa jalan lagi."
"Serius tante?" tanyaku antusias.
"Iya serius. Bukan cuma itu. Kalau pengobatannya terus kaya gini. Tak lama lagi Gavin akan bisa ngeliat lagi dan sembuh," ucap Tante Ayleen tersenyum.
Aku tidak dapat berkata apa-apa. Aku sangat senang sampai mataku berkaca-kaca terharu.
"Makasi ya sayang. Kamu selalu support Gavin. Secara tidak langsung kamu yang membuat Gavin termotivasi untuk sembuh."
"Iya tante, aku senang banget!" ucapku.
"Iya Kak. Cilla juga gak sabar pulang Indonesia sama Kak Gavin. Soalnya Cilla gak bisa bahaasa sini, " ucap Cilla polos.
Aku dan tante Ayleen jadi tertawa mendengar ucapan Cilla.
"Oh iya, Tan. Aku boleh lihat Gavin?"tanyaku.
"Tentu! yuk tante antar!"
***
Tante Ayleen dan Cilla langsung pergi setelah mengantarku ke tempat Jasmine. Katanya mereka tak mau mengganggu ku. Ada-ada saja. Aku kesini kan cuma mau menemani Gavin terapi. Bukan mau pacaran. Tapi bolehlah sambil menyelam minum air.
Aku melihat Gavin sedang berlatih berjalan menggunakan alat yang dengan pegangan di kanan dan kirinya.
Aku mendekatinya dari belakang dan menutup kedua matanya.
"Percuma kamu tutup. Gak ditutup aja aku gak akan ngeliat kamu," Ia tertawa.
"Oh iya, aku lupa," ucapku menepuk keningku pelan. "Btw, kok kamu tahu kalau aku yang nutup mata kamu?"
"Ya iyalah. Apasih yang aku gak tahu tentang kamu?" Ia mengedipkan sebelah matanya.
"Oh iya, sudah sampai mana kamu berlatihnya?"
"Baru dua langkah. Padahal udah satu jam. Rasanya kakiku berat banget. Ditambah aku gak ngeliat jalan."
"Kamu sabar dong? Ini kan baru satu hari!" Aku menyemangatinya. Ia akhirnya tersenyum.
"Pokoknya aku tiap hari akan menemani kamu sampai habis liburan."
"Emang kamu sampai kapan disini?"
"Mungkin dua minggu."
Nampak sekali raut wajah kecewa di wajahnya.
"Makanya kamu semangat dong biar cepat sembuh dan balik lagi ke Indonesia." Aku memberinya semangat.
"Oke, aku akan senangat!" Ia melepaskan tangannya dari pegangan hingga akhirnya dia terjatuh.
"Kamu ga papa?" Aku membantu berdua dengan terapis Gavin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hallo Gavin (Revisi)
Teen FictionGavin Aldebaran Abraham, cowok ganteng, kaya, most wanted, bad boy yang selalu mendapatkan apa yang diinginkannya. Namun apa jadinya kalau semua kesempurnaan itu berbalik jadi sesuatu yang tidak pernah dibayangkannya sekalipun? Jasmine Afsheen Myesh...